Banyak menyantap makanan sumber vitamin E dan C membuat kondisi otak bisa tetap terjaga. Apalagi kalau ditambah dengan kegiatan yang berkaitan erat dengan kualitas fungsi otak.
“Umur saya baru 40 tahun, tapi kenapa akhir-akhir ini saya jadi pelupa? Setelah menaruh kunci mobil, sudah lupa dimana letaknya, padahal baru lima menit lalu. Janji menjemput anak di sekolah pukul 12.00, baru ingat setelah pukul 14.00. Apa ini pertanda menurunnya daya ingat alias pikun?” keluh seorang pria.
Jangan cepat menilai diri sudah mulai pikun, kata dr. Sukono Djojoatmodjo, Sp.S., spesialis saraf dari RS Mitra Intenational, Jatinegara, Jakarta.
“Memasuki usia 40-an tahun daya ingat seseorang rata-rata masih normal, kecuali pernah mengalami stroke, cedera otak berat, atau lainnya,” tambahnya.
Lalu, kenapa pria itu mengeluh pelupa?
Banyak orang usia 40-an tahun sedang naik daun, sibuk dengan pekerjaan kantor atau urusan bisnis. Begitu bangun tidur, yang menyesaki otak hanyalah hal-hal besar yang perlu dilakukan pada hari itu, sehingga yang kecil-kecil kerap terabaikan. Bisa jadi, itu antara lain biang keladinya. Kurang konsentrasi.
Kalau sifat pelupa diartikan sebagai pikun, itu berkaitan dengan fungsi luhur yang mulai menurun, yang meliputi daya pikir, daya ingat (memori), kemampuan menilai, berbahasa, berkomunikasi dll. “Kalau dalam otaknya tersimpan berbagai masalah yang perlu diselesaikan sehingga lupa melakukan banyak hal, itu masih normal. Bukan gejala penurunan daya ingat, tapi kurang konsentrasi saja,” tegas dr. Sukono.
Bobot Otak Berkurang
Banyak contoh bagaimana fungsi luhur bisa dikatakan sudah menurun. Misal, marah-marah mencari uang yang katanya hilang, padahal tersimpan di saku. Sibuk mencari kacamata, ternyata masih nempel di kepala. Atau, makan belepotan, pakai lipstik sampai ke luar bibir, sering lupa menutup resluiting celana, di bandara bingung mengurus tiket, membayar fiskal dll.
Menjadi pikun ada prosesnya. Dari normal menuju pikun, menurut dr. Sukono, harus melalui tahap MCI (mild cognitif impairment). Kalau tidak dijaga, bisa menjurus ke pikun (dementia).
Tidak terelakkan, memasuki usia 50 tahun fungsi organ dalam tubuh, termasuk otak, menurun. Berat otak orang dewasa sekitar 1.3 kg. Di usia setengah abad itu, beratnya mengurang tinggal 1.2 kg, karena menyusutnya kadar air.
Namun, tak perlu was-was. Beranjak tua tidak harus menjadi kakek atau nenek pikun. Paling-paling daya ingat sedikit anjlok. Pikun baru terjadi bila otak mengalami atrofi atau penciutan. Tapi, dengan gaya hidup sehat, resiko kepikunan dapat dihalau.
Sebelum memasuki fase MCI, dr. Sukono menyarankan agar kita melakukan primary prevention. Makan seimbang, berhenti merokok, menghindari minuman beralkohol, berolahraga teratur, menghindari stres, serta cukup berekreasi.
Bila sudah melangkah ke tahap MCI, usahakan jangan sampai terjerumus ke tahap dementia dengan melakukan secondary prevention. Kalau gejala pikun mulai tampak, segera atasi dengan, misalnya, banyak melakukan senam crossing (tangan dan kaki digerakkan menyilang secara bergantian) agar otak kiri dan kanan bekerja seimbang, lebih banyak membaca, mengisi teka-teki silang, lebih memperhatikan makanan sehat dan tetap aktif berorganisasi sosial.
Diketahui, otak kiri berfungsi untuk memikirkan hal-hal yang logis dan verbal. Sedangkan otak kanan untuk kreatifitas, imajinasi dan fantasi.
Yang juga perlu, jangan sampai terserang penyakit yang bisa semakin mengganggu fungsi otak, seperti stroke, diabetes atau pengapuran pembuluh darah. Bila anda penderita tekanan darah tinggi atau diabetes, kendalikan penyakit itu sebaik-baiknya agar selalu berada pada kadar normal untuk mencegah serangan stroke. Pasalnya, penurunan daya ingat banyak dijumpai pada lansia yang mengalami gangguan pembuluh darah akibat aliran darah (termasuk ke otak) tidak cukup lagi.
Indikator untuk menilai penyakit vaskuler, menurut pakar gizi dr. Luciana B. Sutanto MS., adalah kadar homosistein darah yang tinggi (hiperhomosisteinemia). Itu karena antara lain rendahnya kadar vitamin B12, folat dan B6 dalam tubuh.
Konsumsi Makanan Sehat
Dr. Luciana menganjurkan banyak mengkonsumsi makanan sumber vitamin B12 (daging tanpa lemak, hati, susu, keju, telur), asam folat (sayuran segar hijau, hati, daging tanpa lemak) dan B6 (daging, ikan, sayur-mayur, ragi, beras, susu, kacang tanah, kacang-kacangan). Juga vitamin C (sayuran hijau tua, kuning/merah, buah-buahan, seperti jambu klutuk, jeruk, tomat), serta riboflavin atau B2 (ragi, susu, telur, kacang tanah, kacang-kacangan, sayur berdaun hijau, daging tanpa lemak), yang berperan dalam menjaga penurunan daya ingat serta kemampuan berpikir abstrak nonverbal.
Masalahnya, 20 – 50% populasi lanjut usia mengalami perubahan sel permukaan dan fungsi lambung, sehingga penyerapan B12 terganggu. Akibatnya, kadar yang disyaratkan sering kali tidak tercukupi.
Kadar glukosa juga cukup penting bagi kerja otak untuk menjaga daya tangkap dan daya ingat tetap baik. Padahal, metabolisme glukosa pada usia lanjut umumnya menurun atau mengalami perubahan. Karena itu, perlu selalu dijaga keseimbangannya. Kadar glukosa darah yang sangat rendah (hipoglikemia) atau sangat tinggi (hiperglikemia), menurut Luciana, akan mempengaruhi metabolisme otak, bahkan bisa mengakibatkan koma. Sebab itu, penderita diabetes patut berhati-hati dalam mengendalikan kadar glukosanya.
Sukono dan Luciana senada mengingatkan pentingnya antioksidan untuk menghabisi radikal bebas, perusak sel dalam tubuh. Antioksidan itu penyerang utama radikal bebas demi kesehatan otak. Mengingat semakin tua kebutuhan akan antioksidan semakin banyak, salah satu yang dianjurkan ialah mengkonsumsi vitamin E, nutrien yang konon bermanfaat mencegah penurunan daya ingat.
Suatu penelitian di Meksiko menunjukkan, orang tua yang mendapat asupan karbohidrat, serat, vitamin B6, C dan E (padi-padian, minyak biji kapas, sayuran hijau, taoge, kuning telur, kacang-kacangan), beta karoten, besi (Fe) dan seng (Zn) dalam jumlah cukup mempunyai penampilan kognitif lebih baik.
Hasil penelitian lain di AS menunjukkan, vitamin C diperlukan untuk memproduksi hydroxyproline, komponen kolagen terpenting untuk memperkuat pembuluh darah dan membuatnya lebih lentur. Sedang vitamin E merupakan antioksidan pelarut lemak dalam otak.
Penelitian National Institute of Aging di Bethesda, Marryland, AS, terhadap 11.178 manula berusia 67 – 109 tahun juga menunjukkan, mereka yang rajin mengkonsumsi vitamin E hidup lebih sehat sampai tua. Mereka yang mengkonsumsi paling tidak 100 IU vitamin E dalam sehari, memiliki resiko 27% lebih rendah terhadap semua penyebab kematian. Vitamin E juga katanya memperlambat kemunduran pernderita Alzheimer.
Sukono menganjurkan, konsumsi vitamin E 200 – 800 IU tiap hari, ditambah vitamin C sekitar 500 IU untuk menambah “kekuatan” otak. Namun, hendaknya tidak dikonsumsi berlebihan agar tidak mubazir, terutama vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C. Jika kebanyakan, malah akan dibuang bersama urine.
Omega-3 atau asam lemak tak jenuh majemuk (mengandung EPA = eikosapentaenoik dan DHA = dokosaheksaenoik) juga dianjurkan. Asam lemak ini menekan proses terjadinya penggumpalan darah, sehingga pengapuran pembuluh darah dapat dihambat. Nutrien itu banyak terdapat pada ikan laut seperti tenggiri, sarden, tuna dan kakap.
Perihal ginko biloba, Sukono berkomentar, tak ada salahnya dikonsumsi. Konon, suplemen ini mempunyai peran agar orang tak mudah jatuh pikun. Cara kerjanya menghambat sel-sel bekuan darah, memperlancar aliran darah, meningkatkan toleransi terhadap kondisi kurang oksigen, serta mencegah kerusakan selaput sel akibat pengaruh radikal bebas.
Sukono menambahkan, obat penurun kadar kolesterol yang mengandung statin pun, menurut penelitian, bisa mencegah kepikunan. Begitu juga dengan obat golongan NSAID (non steroid antiinflamatory drugs) atau obat anti-peradangan serta terapi hormon pada wanita menopause.
Jangan Menganggur
Untuk menjaga agar daya ingat tidak turun, “Mengkonsumsi makanan sehat apa saja tidak menjadi masalah, asal tahu batasnya,” kata Sungkono. “Konsumsi makanan dalam jumlah cukup dengan jenis makanan bervariasi diharapkan dapat memenuhi nutrien yang diperlukan dalam metabolisme dan kerja otak,” tambah Luciana. Nutrien dalam bentuk suplemen hanya diperlukan jika dari bahan makanan sehari-hari belum terpenuhi.
Kalau dibilang protein hewani penting untuk “membangun” daya pikir, bagaimana dengan kaum vegetarian? “Penganut vegetarian yang menghindari protein hewani belum terbukti menjadikan dirinya cepat pikun, karena sumber protein bisa diperoleh dari makanan lain,” tambahnya. Daging merah yang tinggi protein dan lemak hewaninya sebenarnya lebih diperlukan bagi anak atau remaja untuk masa pertumbuhan mereka. Sedangkan bagi orang dewasa menjelang tua, tidak begitu diperlukan lagi.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu tetap aktif di usia lanjut. Sukono menyarankan agar setiap manula tidak menarik diri dari dunia pergaulan. “Tetaplah bersosialisasi dengan dunia luar dan carilah teman sebaya sebagai kawan mengobrol,” sarannya. Bermain catur, membaca buku, bernyanyi dan belajar bahasa bisa mempertahankan daya ingat.
Namun, setiap kegiatan hendaknya dilakukan sesuai dengan usia. “Jangan melakukan kegiatan di luar batas kemampuan usianya sehingga malah kelelahan atau jatuh sakit,” tambahnya. Bila ditawari suplemen atau obat awet muda, Sukono berpesan agar berhati-hati. “Minum obat ada batasnya, tidak boleh ngawur atau berlebihan.”
Bagaimanapun tidak ada makanan atau suplemen khas yang bisa menyempurnakan kerja otak. Yang ada, menunjang kesehatan otak!
Oleh Nany Selamihardja
Intisari edisi Desember 2003
“Umur saya baru 40 tahun, tapi kenapa akhir-akhir ini saya jadi pelupa? Setelah menaruh kunci mobil, sudah lupa dimana letaknya, padahal baru lima menit lalu. Janji menjemput anak di sekolah pukul 12.00, baru ingat setelah pukul 14.00. Apa ini pertanda menurunnya daya ingat alias pikun?” keluh seorang pria.
Jangan cepat menilai diri sudah mulai pikun, kata dr. Sukono Djojoatmodjo, Sp.S., spesialis saraf dari RS Mitra Intenational, Jatinegara, Jakarta.
“Memasuki usia 40-an tahun daya ingat seseorang rata-rata masih normal, kecuali pernah mengalami stroke, cedera otak berat, atau lainnya,” tambahnya.
Lalu, kenapa pria itu mengeluh pelupa?
Banyak orang usia 40-an tahun sedang naik daun, sibuk dengan pekerjaan kantor atau urusan bisnis. Begitu bangun tidur, yang menyesaki otak hanyalah hal-hal besar yang perlu dilakukan pada hari itu, sehingga yang kecil-kecil kerap terabaikan. Bisa jadi, itu antara lain biang keladinya. Kurang konsentrasi.
Kalau sifat pelupa diartikan sebagai pikun, itu berkaitan dengan fungsi luhur yang mulai menurun, yang meliputi daya pikir, daya ingat (memori), kemampuan menilai, berbahasa, berkomunikasi dll. “Kalau dalam otaknya tersimpan berbagai masalah yang perlu diselesaikan sehingga lupa melakukan banyak hal, itu masih normal. Bukan gejala penurunan daya ingat, tapi kurang konsentrasi saja,” tegas dr. Sukono.
Bobot Otak Berkurang
Banyak contoh bagaimana fungsi luhur bisa dikatakan sudah menurun. Misal, marah-marah mencari uang yang katanya hilang, padahal tersimpan di saku. Sibuk mencari kacamata, ternyata masih nempel di kepala. Atau, makan belepotan, pakai lipstik sampai ke luar bibir, sering lupa menutup resluiting celana, di bandara bingung mengurus tiket, membayar fiskal dll.
Menjadi pikun ada prosesnya. Dari normal menuju pikun, menurut dr. Sukono, harus melalui tahap MCI (mild cognitif impairment). Kalau tidak dijaga, bisa menjurus ke pikun (dementia).
Tidak terelakkan, memasuki usia 50 tahun fungsi organ dalam tubuh, termasuk otak, menurun. Berat otak orang dewasa sekitar 1.3 kg. Di usia setengah abad itu, beratnya mengurang tinggal 1.2 kg, karena menyusutnya kadar air.
Namun, tak perlu was-was. Beranjak tua tidak harus menjadi kakek atau nenek pikun. Paling-paling daya ingat sedikit anjlok. Pikun baru terjadi bila otak mengalami atrofi atau penciutan. Tapi, dengan gaya hidup sehat, resiko kepikunan dapat dihalau.
Sebelum memasuki fase MCI, dr. Sukono menyarankan agar kita melakukan primary prevention. Makan seimbang, berhenti merokok, menghindari minuman beralkohol, berolahraga teratur, menghindari stres, serta cukup berekreasi.
Bila sudah melangkah ke tahap MCI, usahakan jangan sampai terjerumus ke tahap dementia dengan melakukan secondary prevention. Kalau gejala pikun mulai tampak, segera atasi dengan, misalnya, banyak melakukan senam crossing (tangan dan kaki digerakkan menyilang secara bergantian) agar otak kiri dan kanan bekerja seimbang, lebih banyak membaca, mengisi teka-teki silang, lebih memperhatikan makanan sehat dan tetap aktif berorganisasi sosial.
Diketahui, otak kiri berfungsi untuk memikirkan hal-hal yang logis dan verbal. Sedangkan otak kanan untuk kreatifitas, imajinasi dan fantasi.
Yang juga perlu, jangan sampai terserang penyakit yang bisa semakin mengganggu fungsi otak, seperti stroke, diabetes atau pengapuran pembuluh darah. Bila anda penderita tekanan darah tinggi atau diabetes, kendalikan penyakit itu sebaik-baiknya agar selalu berada pada kadar normal untuk mencegah serangan stroke. Pasalnya, penurunan daya ingat banyak dijumpai pada lansia yang mengalami gangguan pembuluh darah akibat aliran darah (termasuk ke otak) tidak cukup lagi.
Indikator untuk menilai penyakit vaskuler, menurut pakar gizi dr. Luciana B. Sutanto MS., adalah kadar homosistein darah yang tinggi (hiperhomosisteinemia). Itu karena antara lain rendahnya kadar vitamin B12, folat dan B6 dalam tubuh.
Konsumsi Makanan Sehat
Dr. Luciana menganjurkan banyak mengkonsumsi makanan sumber vitamin B12 (daging tanpa lemak, hati, susu, keju, telur), asam folat (sayuran segar hijau, hati, daging tanpa lemak) dan B6 (daging, ikan, sayur-mayur, ragi, beras, susu, kacang tanah, kacang-kacangan). Juga vitamin C (sayuran hijau tua, kuning/merah, buah-buahan, seperti jambu klutuk, jeruk, tomat), serta riboflavin atau B2 (ragi, susu, telur, kacang tanah, kacang-kacangan, sayur berdaun hijau, daging tanpa lemak), yang berperan dalam menjaga penurunan daya ingat serta kemampuan berpikir abstrak nonverbal.
Masalahnya, 20 – 50% populasi lanjut usia mengalami perubahan sel permukaan dan fungsi lambung, sehingga penyerapan B12 terganggu. Akibatnya, kadar yang disyaratkan sering kali tidak tercukupi.
Kadar glukosa juga cukup penting bagi kerja otak untuk menjaga daya tangkap dan daya ingat tetap baik. Padahal, metabolisme glukosa pada usia lanjut umumnya menurun atau mengalami perubahan. Karena itu, perlu selalu dijaga keseimbangannya. Kadar glukosa darah yang sangat rendah (hipoglikemia) atau sangat tinggi (hiperglikemia), menurut Luciana, akan mempengaruhi metabolisme otak, bahkan bisa mengakibatkan koma. Sebab itu, penderita diabetes patut berhati-hati dalam mengendalikan kadar glukosanya.
Sukono dan Luciana senada mengingatkan pentingnya antioksidan untuk menghabisi radikal bebas, perusak sel dalam tubuh. Antioksidan itu penyerang utama radikal bebas demi kesehatan otak. Mengingat semakin tua kebutuhan akan antioksidan semakin banyak, salah satu yang dianjurkan ialah mengkonsumsi vitamin E, nutrien yang konon bermanfaat mencegah penurunan daya ingat.
Suatu penelitian di Meksiko menunjukkan, orang tua yang mendapat asupan karbohidrat, serat, vitamin B6, C dan E (padi-padian, minyak biji kapas, sayuran hijau, taoge, kuning telur, kacang-kacangan), beta karoten, besi (Fe) dan seng (Zn) dalam jumlah cukup mempunyai penampilan kognitif lebih baik.
Hasil penelitian lain di AS menunjukkan, vitamin C diperlukan untuk memproduksi hydroxyproline, komponen kolagen terpenting untuk memperkuat pembuluh darah dan membuatnya lebih lentur. Sedang vitamin E merupakan antioksidan pelarut lemak dalam otak.
Penelitian National Institute of Aging di Bethesda, Marryland, AS, terhadap 11.178 manula berusia 67 – 109 tahun juga menunjukkan, mereka yang rajin mengkonsumsi vitamin E hidup lebih sehat sampai tua. Mereka yang mengkonsumsi paling tidak 100 IU vitamin E dalam sehari, memiliki resiko 27% lebih rendah terhadap semua penyebab kematian. Vitamin E juga katanya memperlambat kemunduran pernderita Alzheimer.
Sukono menganjurkan, konsumsi vitamin E 200 – 800 IU tiap hari, ditambah vitamin C sekitar 500 IU untuk menambah “kekuatan” otak. Namun, hendaknya tidak dikonsumsi berlebihan agar tidak mubazir, terutama vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C. Jika kebanyakan, malah akan dibuang bersama urine.
Omega-3 atau asam lemak tak jenuh majemuk (mengandung EPA = eikosapentaenoik dan DHA = dokosaheksaenoik) juga dianjurkan. Asam lemak ini menekan proses terjadinya penggumpalan darah, sehingga pengapuran pembuluh darah dapat dihambat. Nutrien itu banyak terdapat pada ikan laut seperti tenggiri, sarden, tuna dan kakap.
Perihal ginko biloba, Sukono berkomentar, tak ada salahnya dikonsumsi. Konon, suplemen ini mempunyai peran agar orang tak mudah jatuh pikun. Cara kerjanya menghambat sel-sel bekuan darah, memperlancar aliran darah, meningkatkan toleransi terhadap kondisi kurang oksigen, serta mencegah kerusakan selaput sel akibat pengaruh radikal bebas.
Sukono menambahkan, obat penurun kadar kolesterol yang mengandung statin pun, menurut penelitian, bisa mencegah kepikunan. Begitu juga dengan obat golongan NSAID (non steroid antiinflamatory drugs) atau obat anti-peradangan serta terapi hormon pada wanita menopause.
Jangan Menganggur
Untuk menjaga agar daya ingat tidak turun, “Mengkonsumsi makanan sehat apa saja tidak menjadi masalah, asal tahu batasnya,” kata Sungkono. “Konsumsi makanan dalam jumlah cukup dengan jenis makanan bervariasi diharapkan dapat memenuhi nutrien yang diperlukan dalam metabolisme dan kerja otak,” tambah Luciana. Nutrien dalam bentuk suplemen hanya diperlukan jika dari bahan makanan sehari-hari belum terpenuhi.
Kalau dibilang protein hewani penting untuk “membangun” daya pikir, bagaimana dengan kaum vegetarian? “Penganut vegetarian yang menghindari protein hewani belum terbukti menjadikan dirinya cepat pikun, karena sumber protein bisa diperoleh dari makanan lain,” tambahnya. Daging merah yang tinggi protein dan lemak hewaninya sebenarnya lebih diperlukan bagi anak atau remaja untuk masa pertumbuhan mereka. Sedangkan bagi orang dewasa menjelang tua, tidak begitu diperlukan lagi.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu tetap aktif di usia lanjut. Sukono menyarankan agar setiap manula tidak menarik diri dari dunia pergaulan. “Tetaplah bersosialisasi dengan dunia luar dan carilah teman sebaya sebagai kawan mengobrol,” sarannya. Bermain catur, membaca buku, bernyanyi dan belajar bahasa bisa mempertahankan daya ingat.
Namun, setiap kegiatan hendaknya dilakukan sesuai dengan usia. “Jangan melakukan kegiatan di luar batas kemampuan usianya sehingga malah kelelahan atau jatuh sakit,” tambahnya. Bila ditawari suplemen atau obat awet muda, Sukono berpesan agar berhati-hati. “Minum obat ada batasnya, tidak boleh ngawur atau berlebihan.”
Bagaimanapun tidak ada makanan atau suplemen khas yang bisa menyempurnakan kerja otak. Yang ada, menunjang kesehatan otak!
Oleh Nany Selamihardja
Intisari edisi Desember 2003
No comments:
Post a Comment