Antibiotik merupakan obat dengan berbagai macam jenis yang ada sekarang ini, yang bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri dengan mekanisme kerja membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik merupakan racun yang tertakar. Ya…racun yang sangat kuat untuk membunuh mikroba, namun relatif aman untuk manusia.
Kembali ke posting tentang bahaya antibiotik. Dikatakan di sana bahwa antibiotik dapat mempengaruhi bakteri usus, menyebabkan diare, reaksi alergi kulit, bahkan mempengaruhi efektifitas pil KB. Pada keadaan tertentu, bisa timbul resistensi bakteri. Hmmm, benar nggak ya ? berikut penjelasan yang bisa saya tulis di sini.
Kapan anda perlu antibiotik ?
Kayaknya saya perlu membahas ini di awal, karena menurut saya inilah yang paling penting anda ketahui, kapan anda perlu antibiotik.
Jika dokter anda meresepkan antibiotik, berarti anda dianggap menderita penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, tentunya dari pemeriksaan fisis, dan penunjang seperti laboratorium darah, kultur, dan sebagainya.
Seorang dokter yang baik akan mempertimbangkan apakah memang perlu untuk meresepkan antibiotik untuk anda, ataukah cukup dengan memberikan obat lainnya. Sebab tidak semua penyakit dengan demam perlu diterapi dengan antibiotik. Sebagai contoh bayi yang kurang mendapat asupan ASI dari ibunya bisa jadi demam. Yang menyebabkan demamnya pada hal ini adalah dehidrasi, bukan infeksi. Anak yang menderita batuk, pilek yang tidak khas, bisa saja menderita common cold yang penyebab utamanya adalah virus, tentunya tak ada guna dengan antibiotik.
Atau kadang obat antibiotik diberikan juga untuk pencegahan. Jika memang ada alasan untuk pencegahan yang benar, misalnya untuk pasien yang akan menjalani operasi saluran cerna, yang sangat beresiko bakteri saluran cerna masuk lewat luka operasi yang dibuat, lalu beredar ke seluruh tubuh, maka dokter bedah biasanya memberikan instruksi pemberian antibiotik beberapa waktu sebelum operasi.
Apa efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan antibiotik ?
Sangat banyak. Namun yang perlu anda ketahui tentang efek samping, yaitu dia tidak mesti timbul. Artinya dari segala macam yang tertera di buku tentang efek samping antibiotik, tidak ada panduan yang mana yang akan anda derita, itu sangat subyektif. Juga tidak beralasan untuk tidak meminum antibiotik yang diresepkan dengan alasan menghindari efek samping. Kita tidak akan pernah tahu kapan efek samping akan muncul. Dokter hanya akan memberi peringatan bagi pasien kalau-kalau dia merasa demikian dan demikian, maka bisa jadi itu efek samping yang timbul.
Kecuali, alergi. Jika anda pernah mengalami alergi dengan salah satu antibiotik, besar kemungkinan anda akan mengalaminya lagi jika diberikan antibiotik yang sama. Yang paling ditakutkan adalah syok anafilaktik, yaitu reaksi alergi yang sangat serius, berupa penurunan tekanan darah drastis, kegagalan jantung memompa, yang berakhir pada kematian.
Yang jelas, meminum antibiotik tidak sesuai indikasi, apalagi beli sendiri, sangat beresiko tinggi menimbulkan efek samping. Dan anda tidak tahu bagaimana menanganinya bukan ?
Adapun penggunaan antibiotik dalam waktu yang lama, memang sangat mungkin untuk menimbulkan efek samping berupa reaksi alergi, pertumbuhan jamur, gangguan fungsi organ seperti hati, ginjal, atau organ pendengaran. Yang jelas, penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama haruslah di bawah pengawasan dokter yang berkompeten, dan tahu efek yang bisa timbul dari obat yang diberikannya.
Mungkinkah sembuh tanpa penggunaan antibiotik ?
Pernah dulu, setelah menulis resep dan memberikannya , seorang pasien bertanya pada saya “Apa saya diberi antibiotik dok ?, soalnya setiap kali saya berobat, selalu ada antibiotiknya ”. Yang saya pahami adalah pasien ini khawatir tidak akan sembuh tanpa diberi antibiotik, karena selama ini dia selalu diberi dan ternyata selalu sembuh.
Sebagaimana telah saya singgung di atas bahwasanya tidak semua penyakit yang anda derita adalah penyakit akibat infeksi bakteri. Common cold malah bisa sembuh dengan sendirinya, jika memang perlu obat, paling hanya obat simptomatis yang berfungsi menghilangkan gejala yang mengganggu. Ingat bahwa tubuh anda punya antibodi alami yang fungsinya untuk melindungi anda dari segala macam penyakit. Jangan buat mereka lemah dengan terus menerus mengirim bantuan pasukan keamanan yang bernama antibiotik. Tentunya sesuai keadaan lho ya, kalau memang indikasi, ya… apa boleh buat, anda harus minum antibiotik.
Saya sudah sembuh, antibiotiknya masih sisa banyak, minum gak ya ?
Anda belum tentu sembuh sepenuhnya. Hilangnya gejala tidak berarti sebagian besar mikroba penyebab infeksi sudah mati. Jika anda berhenti minum antibiotik pada titik ini, apa yang bisa terjadi ? Resistensi. Bakteri punya kemampuan untuk mengubah diri sesuai tantangan yang ia terima, dengan mengubah struktur dinding selnya, ribosom, atau metabolismenya. Lebih lanjut baca tentang resistensi mikroba.
Tinggalkan sisa antibiotiknya, dan lain kali anda meminum antibiotik yang sama, mungkin sudah tidak mempan lagi. Mikroba itu pintar lho, jangan sampai mereka lebih pintar daripada anda.
Saran dari saya untuk anda !
Jika anda adalah pasien :
• Gunakan antibiotik yang diresepkan sesuai aturannya. Jangan mengurangi dosis dengan alasan anda sendiri, jangan pula menambahnya untuk mendapatkan penyembuhan yang lebih cepat.
• Beli sendiri antibiotik, no.. no… jangan coba-coba! . Pasti dari nyontek obat dokter yang dulu, atau dianjurkan sama teman. Belum tentu antibiotik itu cocok buat anda. Penyakit yang anda derita sekarang bisa jadi bukan yang dulu. Meresikokan diri minum antibiotik untuk hal yang belum jelas, ada resiko besar yang anda hadapi.
• Minum antibotiknya hingga tuntas, berantas habis mikroba dalam tubuh anda. Tentunya anda tidak ingin mikroba dalam tubuh anda resisten, dan menunggu hingga pertahanan tubuh anda kembali lemah untuk beraksi kembali. Masalah resistensi adalah masalah yang pelik, butuh kerjasama yang kuat dari banyak pihak seperti dokter, pasien, farmasi, dan pemerintah untuk menangkalnya.
• Jika ada efek samping yang anda rasakan setelah mengkonsumsi obat tersebut, segera hubungi dokter yang meresepkan obat anda. Kalaupun anda datang ke dokter yang lain, bawa serta obat tersebut. Sering kali saya mendapati pasien dengan keluhan efek samping obat, namun ia datang ke saya tanpa membawa obat tersebut, dan juga tidak tahu nama obatnya. Terus obat yang mana yang bikin efek samping ?
• Jangan lupa beritahu dokter jika anda pernah mengalami alergi dengan obat tertentu. Nah, tentunya ingat baik-baik nama obat itu, sebab tidak mungkin anda mengantonginya seumur hidup.
• Jika anda hamil, informasikan kepada dokter anda agar dipilihkan obat yang paling cocok dan paling aman. Memang statistik menunjukkan bahwa hanya 2-3% kejadian teratogenik berasal dari penggunaan obat, namun tentunya anda tidak ingin bayi anda jadi bagian dari korban tersebut.
Jika anda adalah teman sejawat dokter :
• Berikanlah selalu obat sesuai indikasinya, pasien adalah manusia dan mereka ingin diperlakukan seperti anda ingin diperlakukan. Anda lah yang lebih tahu segala macam tentang obat lebih daripada mereka. Ngerti kan.
• Berikan edukasi yang cukup bagi pasien dalam menggunakan obatnya, pastikan mereka mengerti manfaat yang diinginkan dan bahaya yang mengancam dari antibiotik.
Jika anda adalah apoteker, asisten apoteker, atau siapa saja yang mempunyai kebebasan memberikan obat pada seseorang.
Anda pasti tahu dalam setiap antibiotik ada tulisan “Hanya dengan resep dokter” . Tulisan itu bukan cuma-cuma, juga bukan konspirasi untuk membuat dokter lebih kaya. Di balik tulisan itu ada kemaslahatan yang diinginkan bagi sang pasien, yaitu agar pasien tidak sembarangan memakai obat. Orang bisa bebas membeli antibiotik dari apotik, salah satunya akibat izin anda lho. Dengan demikian, anda juga bertanggung jawab dengan kasus-kasus resistensi yang ada.
Sumber: dari sini
No comments:
Post a Comment