Pengunjung yang terhormat.. artikel ini saya copas dari artikelmu.com berisi cerita sang penulis yang menamakan dirinya LUKMAN, saya tertarik untuk mempostingnya karena isinya yang menggelitik pikiran dan angan - angan saya tentang biaya pelayanan kesehatan di Indonesia, karena sedikit agak panjang maka cerita ini akan saya bagi menjadi 2 bagian okeh... jangan marah ya.. biar tambah penasaran... yuk kita simak cerita pak LUKMAN berikut ini...
Pengobatan Gratis di Inggris (Bagian 1)
Pagi ini saya sempat menonton sebuah film dokumenter berjudul Sicko karya sineas Michael Moore. Tidak seperti biasanya, kali ini saya sangat tertarik pada film dokumenter yang satu ini, sampai-sampai hampir terlambat pergi ke kantor. Film itu berisi tentang komparasi antara biaya kesehatan di berbagai negara. Yang sempat saya lihat hanya tentang biaya kesehatan di Inggris.
Di Inggris, biaya pengobatan hampir tidak ada. Hampir tidak ada ? Ya, memang begitu kenyataannya. Bagi warga Inggris berusia dibawah 16 tahun dan diatas 60 tahun benar-benar dibebaskan dari seluruh biaya yang terkait dengan kesehatan alias gratis. Biaya kesehatan hanya dikenakan kepada warga berusia antara 16 hingga 60 tahun, karena rentang usia itu dianggap usia produktif. Garis besarnya adalah, hanya warga yang memiliki penghasilan yang harus membayar biaya kesehatan. Biaya yang dikeluarkan pun sama sekali tidak besar.
Seberapa besar sih? Hanya 6,65 pounds atau sekitar US$ 10 untuk setiap resep obat yang ditebus, dan tarifnya flat. Dalam artian jenis obat apapun yang tercantum dalam resep, baik obat flu, sampai dengan obat untuk HIV, berapapun jenis dan kuantitasnya, harga yang harus dibayar tetap 6,65 pounds atau sekitar US$ 10. Lalu bagaimana dengan rawat inap ? Rawat inap sama sekali tidak dikenakan biaya alias gratis.
Karena penasaran, Michael menyempatkan diri untuk melakukan berbagai cara untuk membuktikan kebenaran dari sistem pengobatan seperti itu. Wawancara dimulai di rumah sakit, dan dimulai dengan mewawancarai pegawai rumah sakit. Beberapa pertanyaan disampaikan kepada para pegawai rumah sakit, dan kepercayaan Michael sudah mulai terbangun.
Hasil wawancara maupun survey lokasi memberikan fakta bahwa memang tidak ada bagian penagihan, administrasi untuk pembayaran dan semacamnya. Administrasi hanya ditujukan untuk mencatat nama pasien dan histori pengobatan sebelumnya untuk kemudian dikompulasi dalam medical record milik pasien. Too good to be true? Memang begitu kok kenyataannya.
Tapi ternyata belum semuanya terungkap lho. Michael meneruskan perjalanan wawancaranya ke bagian lain dari rumah sakit itu. Dia sangat percaya, pasti ada tempat dimana pasien harus membayar. Dimana ya kira-kira ? Dia memutuskan untuk pergi ke bagian UGD, karena pastinya disini pasien harus membayar uang jaminan atau semacamnya untuk mendapat perawatan.
Wawancara kembali berlanjut dengan nara sumber pegawai di Unit Gawat Darurat, yang ternyata mementahkan prediksi Michael, karena semua pasien langsung mendapat perawatan begitu masuk ke UGD. Tidak ada pertanyaan mengenai kartu sosial, kartu askes, dan lain-lainnya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kondisi pasien, yang ditanyakan benar-benar fokus pada apa yang diderita pasien untuk segera menentukan tindak lanjut yang sesuai. Identitas pasien bisa diperoleh nanti, karena kenyataannya turis asing pun mendapat perlakuan yang sama, tidak ada pertanyaan tentang kartu-kartu, paspor dan lain-lain. Intinya siapapun pasiennya, warga Inggris ataupun bukan, akan mendapat pelayanan dengan kualitas yang sama.
Nah, kalau turis asing, lalu berapa tarifnya ? Ya sama saja, gratis untuk perawatan, dan hanya US$ 10 untuk obat. Bagaimana kalau pasiennya harus kemoterapi, fisioterapi, cuci darah dll yang seharusnya biayanya sangat mahal di berbagai negara lain? Tetap gratis, apapun bentuk perawatannya, semuanya gratis, kecuali ya hanya beban farmasi yang satu tarif itu tadi. Semakin too good to be true ?
Menurut pengalaman, sesuatu yang too good to be true hampir tidak mungkin, karena biasanya memang terbukti sebaliknya. Nah, berangkat dari pola pikir seperti itu, penelusuran Michael dilanjutkan. Dan benar saja, karena kepercayaan Michael tiba-tiba sedikit bergeser. Setelah Michael berkeliling, akhirnya menemukan bagian cashier (kasir). Wah, fakta seperti ini memunculkan keraguan baru, karena apabila memang tidak perlu membayar apapun selama perawatan di rumah sakit (kecuali untuk obat yang hanya US$10 tadi, dan itupun langsung dibayarkan ke bagian farmasi), lalu untuk apa ada kasir di dekat pintu keluar rumah sakit? Pertanyaan yang sangat bagus. Dan pertanyaan ini langsung disampaikan kepada pegawai kasir yang memberikan jawaban yang sangat mengejutkan. Apa jawabannya ?
Ke Bagian 2 ya..
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment