itu tercantum daftar komposisi bahan. Umumnya berupa campuran daun teh Theae folium dan bahan tambahan berupa empat macam bahan tradisional. Dengan perbandingan Theae folium 80% dan ekstrak bahan tambahan 20%, meliputi kayu rapat, adas, jati belanda, dan temu giring.
Dengan bahan ramuan ekstrak tumbuh-tumbuhan pilihan berupa akar, daun, kulit pohon, biji, sari bunga, dan lain-lain, produk tersebut mengklaim diri dapat mengurangi berat badan, melarutkan lemak, dan mengencangkan perut. Betulkah begitu?
“Secara klinis sebenarnya tidak ada obat mujarab yang mampu melangsingkan tubuh. Tidak ada obat khusus untuk itu”, tegas Dr. Budiono Santosa M.D., Ph.D., direktur Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada.
“Teh pelangsing”, menurut Budiono Santosa, tidak jauh berbeda dengan produk minuman teh lainnya. Hanya ia diberi bahan aroma yang memang menyedapkan rasa. Kalaupun masyarakat mempercayai kemujaraban “teh pelangsing”, itu karena faktor psikologis saja. Di samping itu, karena konsumen telah termakan iklan atau promosi yang digembar-gemborkan produsen”, tuturnya.
Jika betul produk “teh pelangsing” kini banyak dikonsumsi orang, menurutnya, itu hanya sebagai
“Sebab”, lanjut Budiono Santosa, “Dari segi gizi dan kesehatan, produk itu tak ada efek sampingan negative atau tidak membahayakan untuk dikonsumsi. Dampak negatifnya paling-paling soal borosnya keuangan, karena harganya lebih mahal dari teh biasa. Tapi saol
Sementara itu, berdasarkan pengamatan YLKI, criteria produk yang menyebutkan diri “teh pelangsing” itu dianggap masih kabur. Apakah ia tergolong teh atau bukan teh? Betulkan ia diramu dari bahan-bahan tradisional?
“Kami (YLKI) khawatir kalau-kalau ada senyawa ‘X’ yang ditambahkan ke dalam ramuan itu. Kami ingin meneliti namun masih kesulitan karena susah mencari parameternya. Bukan bermaksud apa-apa, tapi demi melindungi konsumen”, jelas Ida Marlinda.
YLKI juga mengkhawatirkan kemungkinan adanya bahan – entah tradisional atau bukan – yang bisa mempengaruhi metabolisme tubuh. “Kalau terdapat bahan semacam itu sebaliknya ya diperlakukan sama seperti obat. Artinya, daftar kandungan zat kimia, aturan pakai dan efek sampingnya harus jelas. Jadi, jangan hanya mencantumkan daftar khasiatnya”, tegasnya.
Kalau produk “teh pelangsing” terdaftar sebagai obat, lanjut Ida, isinya betul-betul bisa dipertanggungjawabkan.
Menurut Ida Marlinda, pencantuman label untuk produk semacam itu perlu dikontrol ulang. “Sedapat mungkin ada catatan peringatan bagi pemakainya. Misalnya, mengenai efek sampingan bila dikonsumsi berlebihan. Jadi, selain mencantumkan aturan pakai dan khasiatnya saja, juga dilengkapi informasi yang benar dan tidak sumir”.
Pelancar Air Seni
“Teh pelangsing” memang sering disebut-sebut bisa mengurangi lemak dalam tubuh. Sayang sekali semua itu hanya berdasarkan data empiris. “Secara laboratories “teh pelangsing” memang belum diketahui kandungan unsur-unsur di dalamnya”, ujar Dr. Budiono Santosa, M.D., Ph.D.
Meski tidak jelas kandungan zatnya, tapi sejumlah literature dan pengalaman orang menunjukkan adanya khasiat dari masing-masing bahan ramuan yang berkaitan dengan urusan pelangsingan tubuh.
Sebagai bahan dasar “teh pelangsing”, tunas dan daun muda teh Camellia sinensis dari keluarga Camellia (Theaceae) diketahui memiliki beberapa khasiat. Minum teh biasa dapat menyegarkan tubuh dan pikiran, karena mengandung kafein 3 – 5%. Zat ini mendorong aktivitas mental dan memperbaiki pencernaan makanan dalam lambung. Pencernaan makanan yang baik akan membakar lemak dalam tubuh lebih efisien. Bagi yang berdiet, proses ini membantu upaya mengurangi bobot badan kalau diminum pada saat perut masih kosong.
Selain mengandung kafein (sebagai perangsang susunan saraf), teh juga mengandung teofilin. Zat ini mempunyai daya pelancar air seni (diuretic). Bila diminum akan memicu produksi keringat dan air seni, sehingga peminumnya sebentar-sebentar kencing.
Demikian pula dengan bahan tambahan lainnya, mempunyai khasiat tersendiri. Kulit tumbuhan merambat Parameria barbata, yang sering dikenal sebagai kayu rapat atau pegat asih, menurut K. Heyne dalam buku Tumbuhan Berguna Indonesia, disebut-sebut bisa dibuat saru minuman oleh para wanita, terutama pada saat menjelang pernikahan. Air rebusan kayu rapat, konon, juga bisa untuk mengerutkan rahim yang membesar dan mencegah rahim melorot, serta menyembuhkan organ dalam yang sakit. Tapi berdasarkan penelitian, seperti ditulis K. Heyne, tidak terungkap adanya daya penyembuhan. Sementara itu ada Feoniculum vulgare dikenal sebagai obat pembuang gas, dan buahnya dapat untuk obat. Air rebusan biji adas ditambah pulasari Alixya stellata dan biji kayu
Lain lagi khasiat temu giring Curcuma heyneana. Menurut J. Kloppenburg, sepotong rimpang temu giring, segenggam daun kemuning, dan segenggam daun mengkudu dihaluskan, kemudian ditambah secangkir air, lalu perasannya bisa untuk pelangsing (mengurangi lemak tubuh) bila diminum tiap pagi selagi perut kosong.
Seduhan daun jati belanda Guazuma ulmifolia, tulis K. Heyne, kalau diminum dua kali sehari selama sebulan bisa sebagai obat pelangsing tubuh. J. Kloppenburg juga menulis senada, teh dan daun jatu belanda merupakan “obat” yang baik untuk menguruskan badan dan mencegah timbulnya lemak dalam tubuh. Merasa hasilnya baik, orang lantas cenderung menggunakannya secara berlebihan. Berdasarkan pengalaman, pemakaian yang terlalu banyak ternyata bisa merugikan, terutama terhadap daya kerja jeroan (organ dalam perut, seperti usus, limpa, dsb.). Kecuali kalau diminum secara teratur, teh daun jati belanda, katanya, bisa mencegah melemaknya organ-organ dalam tubuh.
Akar wangi Andropogon zizanioides, seperti ditulis K. Heyne dalam buku Tumbuhan Berguna
Sementara seduhan akar dan tunas alang-alang Imperata spec. dilaporkan memiliki khasiat diuretic. Demikian pula J. Kloppenburg menyebutkan bahwa akar alang-alang bisa untuk obat-obatan, dan air rebusannya untuk melancarkan air seni.
Langsing Karena Sel Mengecil
Baik teh biasa maupun “teh pelangsing” yang menonjol adalah sifat diuretiknya. Orang yang mengkonsumsi produk tersebut, menurut dr. Leane, MSc., seorang ahli gizi, akan sering buang air kecil sehingga sel ikut mengecil karena cairan sel berkurang.
Berkurangnya air dari dalam tubuh memang dapat menyusutkan bobot badan. Badan pun jadi langsing. “Langsingnya bukan karena kurus, tapi karean cairan tubuh berkurang dan sel mengecil. Itu pun bersifat sementara. Kalau tidak mengkonsumsi lagi, bisa jadi bobot badan naik lagi”, tuturnya. “Kalau tidak terkontrol bisa-bisa terjadi dehidrasi. Apalagi bagi yang ginjalnya tidak kuat bisa terjadi sakit ginjal”.
Selain “teh pelangsing” tadi, di pasaran bebas sering pula beredar obat-obatan lain yang diiklankan sebagai obat pelangsing tubuh. Misal, obat diuretic. “Obat-obatan jenis ini memang memacu peningkatan pengeluaran urine. Orang yang minum obat itu akan lebih sering kencing”, tutur Budiono Santosa.
Obat-obatan diuretic, lanjut Budiono, tidak memiliki dampak pada kelangsingan tubuh. Sebab terjadinya penurunan berat badan bukan karena lemaknya yang berkurang, melainkan karena banyaknya cairan yang keluar tadi. Bila cairan keluar secara berlebihan, pasti membahayakan tubuh manusia. Obat jenis ini jika dikonsumsi secara berlebihan sangat berbahaya, bisa menyerang ginjal. “Bagi yang menderita sakit ginjal sebaiknya jangan minum obat tersebut”, sarannya.
Tentang obat diuretic, Leane mengingatkan, sebaiknya tidak digunakan karena berbahaya, bisa menyebabkan dehidrasi. Bahkan kalau tidak terkontrol dan orang sensitive terhadap obat ini, bisa berakibat fatal. Obat-obatan yang diklaim sebagai pelangsing tubuh, menurut Budiono Santosa, biasanya bersifat menekan nafsu makan. Itu pun hanya sementara dan celakanya bisa membuat ketergantungan bagi pasien. Jika tidak minum obat tersebut, pasien kembali merasakan lapar – ingin makan. Kalau makannya tidak terkontrol, jelas akan gemuk lagi.
Tidak sedikit produk yang beredar di pasaran ditawarkan oleh produsen sebagai makanan dan minuman atau obat-obatan pelangsing tubuh. “Di sini masyarakat perlu hati-hati, jangan sampai tersesat oleh iklan atau promosi yang dijanjikan itu. Sebab manfaat suatu produk belum tentu sesuai dengan promosi yang diiklankan”, saran dr. Budiono Santosa, M.D., Ph.D.
Ikuti Cara Alami
Kegemukan, menurut dr. Leana, M.Sc., terjadi karena penumpukkan lemak dan atau kelebihan cairan dalam sel. Pada proses menjadi gemuk, jumlah sel tubuh akan terus bertambah. Ketika penambahan jumlah sel berhenti, ukuran selnya bertambah.
Penimbunan lemak terjadi karena makanan (sumber karbohidrat) yang masuk berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan tubuh. Makanan dirombak menjadi energi (tenaga), tapi tubuh tak memanfaatkannya. Akibatnya, surplus energi itu disimpan tubuh dalam bentuk lemak sebagai energi cadangan.
Oleh karena itu, menurut Budiono Santosa, secara alami berat badan menusia hanya dapat diturunkan dengan cara membatasi masukan energi melalui makanan ke dalam tubuh atau diet, dan meningkatkan keluaran energi dalam tubuh melalui aktivitas fisik. “Kedua cara ini nampaknya sangat sederhana, tetapi dalam kenyataannya butuh motivasi serta pengendalian diri”, katanya.
Senada dengan Budiono, untuk mengembalikan bobot badan ke kondisi normal, Leana lebih mengutamakan pengaturan makanan. “Metode saya sebenarnya alamiah. Saya biasanya memakai pola makan, apa yang boleh dan tidak boleh”, jelas dokter ahli gizi yang berpraktek di
Untuk gemuk karena ukuran selnya yang bertambah, menurutnya, gampang menguruskannya, yakni dengan menghentikan kebiasaan ngemil – terutama makanan kecil bertepung atau bergula tinggi. Perlunya menjaga keseimbangan input dan output. Minuman ringan berkalori tinggi juga perlu dihindari. Cara praktis mengatur diet bisa dengan membatasi makanan berkarbohidrat tinggi, seperti nasi, makanan dari tepung terigu (roti atau mi), juga bubur.
Menurut Leane, proses penurunan bobot badan mestinya secara bertahap, yang baik adalah 1 – 1,5 kg per minggu. Kalau disertai dengan olah raga bisa 2 kg per minggu. “Lebih dari itu tidak bagus. Ia bakal lemas, dan efek sampingnya besar”, jelasnya. Makanya, mesti hati-hati untuk urusan yang satu ini.
Oleh Rye/BS
Intisari edisi Juli 1997
No comments:
Post a Comment