Kode ICD 10 (International Classification of Diseases): B 86: Scabies
Gudik (gudikan), penyakit ampera, gatal agogo, budukan, scabies, the itch, sevenyear itch,Norwegian itch, Norwegian scabies, canine scabies, mange, intense pruritus, nocturnal pruritus, Sarcoptes scabies.
P r o l o g
Ini dia, Gudikan atau Skabies, salah satu penyakit kulit yang mudah menular dari satu orang keorang lainnya, sehingga tak jarang menyebar dalam keluarga ketika salah satu anggota keluarganya pulang kerumah membawa penyakit ini.
Bila sebuah keluarga terjangkit penyakit gudik (skabies) maka tak ayal akan terjadi ritual menggaruk bersama terutama di malam hari. Beberapa penderita penyakit gudik menggambarkan seperti gitaran. Gerakan menggaruk yang mirip bermain gitar di malam hari lantaran rasa gatal yang ditimbulkannya.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa penyakit gudik (skabies) mudah menular dan menjangkiti sekelompok orang melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren.
Di daerah Palaran-Samarinda, gudik (skabies) merebak lagi sejak tahun 2002 hingga saat ini. Pada tahap awal, penyakit gudik (skabies) sulit dibedakan dengan penyakit alergi kulit, akibatnya gudik (skabies) menyebar karena penyebabnya tidak diobati.
Biasanya, penyakit gudik (skabies) terdeteksi manakala menjangkiti lebih dari 1 orang dalam sebuah keluarga.
PENGERTIAN
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melui bekas alas tidur atau pakaian.
PERJALANAN PENYAKIT
Sekilas kutu Sarcoptes scabiei
Sarcoptes scabiei adalah kutu (atau tungau) mungil berwarna putih transparan, berbentuk bulat lonjong. Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm, sedangkan si jantan setengah dari ukuran betina. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar dan kelembaban 40-80%. Kutu betina dapat hidup di kulit selama 30 hari, setelah itu mati di ujung liang yang dibuatnya.
Cara berkembang biak dan penularan:
Setelah membuahi kutu betina maka si pejantan mati. Kutu betina yang sudah dibuahi akan membuat liang terowongan di kulit, kemudian bertelor sekitar 40-50 butir telor, dan akan menetas setelah sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu sekitar 16-17 hari. (referensi lain menyebutkan 10-14 hari). Penyakit Skabies (gudik) acapkali sulit diberantas karena terjadinya penularan ulang atau mis diagnosis.
Penularan terjadi melalui:
· Kontak langsung,
· Kontak seksual
· Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta pakaian.
TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:
Penularan terjadi melalui:
· Kontak langsung,
· Kontak seksual
· Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta pakaian.
TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:
· Rasa gatal terutama waktu malam hari.
· Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
· Kadang disertai nanah.
Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah payudara, sekitar pusar dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat. Sedangkan pada bayi dan anak-anak dapat mengenai wajah, selasela jari kaki dan telapak kaki.
Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan sekujur kemaluan. Duhhh gatalnya alang kepalang. ( gimana nggaruknya ya ... )
DIAGNOSA
Penetapan diagnosa skabies (gudik) berdasarkan riwayat gatal terutama pada malam hari dan adanya anggota keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita (ini menunjukkan adanya penularan ).
Pemeriksaan fisik yang sangat penting adalah dengan melihat bentuk tonjolan kulit yang gatal dan arena penyebarannya.
Untuk memastikan diagnosa skabies (gudik) adalah dengan pemeriksaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan mengorek tonjolan kulit atau tonjolan yang bernanah, kemudian diperiksa langsung dengan mikroskop.
Pemeriksaan fisik yang sangat penting adalah dengan melihat bentuk tonjolan kulit yang gatal dan arena penyebarannya.
Untuk memastikan diagnosa skabies (gudik) adalah dengan pemeriksaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan mengorek tonjolan kulit atau tonjolan yang bernanah, kemudian diperiksa langsung dengan mikroskop.
PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei dan mengurangi keluhan gatal serta penyulit yang timbul karena garukan.
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll). Infeksi sekunder biasanya disebabkan kuman akibat garukan.
Untuk mengurangi gatal dapat digunakan obat antihistamin.
Obat-obat yang lazim digunakan antara lain:
· Salep yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Dioleskan setelah mandi selama 3-4 hari dan diulang seminggu kemudian.
· Salep atau lotion yang mengandung Benzoas benzilicus 25%. Dioleskan setelah mandi selama 3-4 hari dan diulang seminggu kemudian. Dapat juga di oleskan selama 24 jam dan diulang seminggu kemudian. Jangan diberikan pada bayi dan anak-anak karena rasa panas pada kulit.
· Lotion atau cairan Benzene hexachlorid. Dioleskan setelah mandi ke tubuh ( leher ke
bawah ) kemudian dicuci bersih setelah 12 jam. Pemakaian selama 3-4 hari dan diulang
seminggu kemudian. Jangan diberikan pada bayi, anak-anak dan wanita hamil.
· Dan beberapa obat lain seperti lotion Monosulfiran 25%, dan lain-lain.
TIPS dan ANJURAN
· Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan pengobatan.
· Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas.
· Mandi teratur dengan sabun.
· Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika ternyata menderita skabies, obati semuanya secara serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
· Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk berobat secara serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
l PDT Lab Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamanin, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
l Ilmu Penyakit Kulit, Marwali H. Prof. Dr, 2000 Juni 2007
Disunting dari http://cakmoki86.wordpress.com/2007/06/16/skabies-kulit-gatal-bikin-sebal/
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll). Infeksi sekunder biasanya disebabkan kuman akibat garukan.
Untuk mengurangi gatal dapat digunakan obat antihistamin.
Obat-obat yang lazim digunakan antara lain:
· Salep yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Dioleskan setelah mandi selama 3-4 hari dan diulang seminggu kemudian.
· Salep atau lotion yang mengandung Benzoas benzilicus 25%. Dioleskan setelah mandi selama 3-4 hari dan diulang seminggu kemudian. Dapat juga di oleskan selama 24 jam dan diulang seminggu kemudian. Jangan diberikan pada bayi dan anak-anak karena rasa panas pada kulit.
· Lotion atau cairan Benzene hexachlorid. Dioleskan setelah mandi ke tubuh ( leher ke
bawah ) kemudian dicuci bersih setelah 12 jam. Pemakaian selama 3-4 hari dan diulang
seminggu kemudian. Jangan diberikan pada bayi, anak-anak dan wanita hamil.
· Dan beberapa obat lain seperti lotion Monosulfiran 25%, dan lain-lain.
TIPS dan ANJURAN
· Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan pengobatan.
· Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas.
· Mandi teratur dengan sabun.
· Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika ternyata menderita skabies, obati semuanya secara serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
· Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk berobat secara serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
l PDT Lab Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamanin, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
l Ilmu Penyakit Kulit, Marwali H. Prof. Dr, 2000 Juni 2007
Disunting dari http://cakmoki86.wordpress.com/2007/06/16/skabies-kulit-gatal-bikin-sebal/
No comments:
Post a Comment