Saturday, 01 May 2009
JENEWA (SI) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak akan lagi memakai sebutan flu babi (swine flu) untuk merujuk wabah penyakit berbahaya yang meresahkan dunia itu.
WHO lebih memilih menyebut virus influenza baru itu dengan “influenza A” (H1N1). Menurut WHO nama flu babi sudah menimbulkan kesalahpahaman hingga menyebabkan beberapa negara melarang daging babi.Mesir bahkan memerintahkan pembantaian hewan babi. “Mulai hari ini (30 April) WHO akan menyebut virus influenza baru tersebut sebagai influenza A H1N1,” jelas WHO dalam situs resmi mereka kemarin.
WHO sebelumnya sudah berulang kali menegaskan bahwa manusia tidak dapat terinfeksi virus H1N1 melalui konsumsi daging babi yang sudah dimasak dengan baik. “Bahkan sekalipun virus tersebut berasal dari babi, kami tidak percaya orang bisa terinfeksi oleh babi. Ini benar-benar virus yang menular dari manusia ke manusia. Kami yakin, bila diolah dengan benar,memakan daging babi tidak akan menimbulkan bahaya bagi manusia,”tutur Fukuda.
Nama flu babi dari awal sudah menimbulkan protes termasuk dari Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Janet Napolitano serta Menteri Pertanian AS Tom Vilsack.Apalagi sejauh ini tak ada babi yang ditemukan menderita penyakit tersebut. “Ini bukanlah penyakit yang ditularkan melalui makanan, melainkan virus.Tidak tepat menyebut penyakit ini sebagai flu babi karena bukan itu masalah utamanya,” kataVilsack.
Nama flu babi sudah membuat produsen daging babi di AS merugi besar.Pemerintah di sana memang sudah menyatakan daging babi Amerika aman dikonsumsi tapi nyatanya hal ini tidak terlalu berguna. Virus flu babi atau H1N1 memang diketahui berasal dari babi, namun virus flu yang sedang mewabah ini merupakan keturunan baru yang memiliki gen dari virus manusia,burung,dan babi.
Sementara itu, WHO belum akan meningkatkan level siaga wabah flu babi ke level tertinggi karena belum ada alasan untuk melakukan itu. WHO menaikkan tingkat siaga dari level empat ke level lima, Rabu (29/4), setelah penyebaran flu babi meningkat tajam. Level lima menunjukkan kemungkinan pandemi global flu babi sudah di ambang pintu atau akan segera terjadi.
Adapun level enam menunjukkan pandemi sudah benar-benar terjadi. “Laporan kasus yang masuk hari menunjukkan angka yang stabil. Kami tidak memiliki bukti lain yang bisa digunakan untuk meningkatkan level siaga ke level enam atau untuk menyatakan pandemi sedang terjadi,” tutur Asisten Jenderal Direktur Ad-Interim WHO Keiji Fukuda. Fukuda menambahkan flu babi yang berasal dari virus H1N1 memiliki sifat yang mirip virus influenza sehingga mudah menyebar di musim dingin.
Karena itu Fukuda memperingatkan bahwa penyebaran wabah flu babi paling banyak terjadi di belahan bumi bagian selatan seperti Afrika Selatan atau Zimbabwe.Ancaman wabah di kedua negara ini meningkat dalam beberapa waktu ke depan mengingat wilayah itu sedang memasuki musim dingin yang rentan penyebaran flu.
Wilayah bumi bagian utara seperti Amerika Serikat dan Meksiko kini sedang memasuki musim semi sehingga penyebarannya relatif bisa ditekan. Risiko di belahan bumi bagian selatan semakin besar mengingat infrastruktur serta staf medis kesehatan di sana sangat minim.
Rumah-rumah sakit di Zimbabwe dan Mozambik tidak berfungi sebagaimana mestinya,sementara rumah sakit di beberapa wilayah Afrika Selatan sangat minim peralatan dan staf medis sehingga dikhawatirkan tidak bisa menangani wabah flu babi jika menyebar ke sana.
Beberapa negara melaporkan adanya tambahan pasien yang menderita flu babi. Di Belanda seorang bocah berusia tiga tahun sudah dipastikan menderita flu babi. Bocah ini baru saja kembali dari Meksiko bersama orang tuanya pada 27 April lalu. (AFP/NewYorkTimes/ maesaroh).seputar-indonesia.com
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment