Masih ingatkah Anda kapan pertama kali flu burung di temukan di Indonesia? Benar, kasus flu burung pertama di Indonesia yang menimpa Iwan Siswara dan kedua anaknya terjadi pada pertengahan Juli 2005 lalu. Sejak saat itu kasus demi kasus terus bertambah, sampai dengan Juni 2007 tercatat 101 kasus Flu burung di Indonesia dengan 80 orang meninggal dunia, serta 21 orang dinyatakan sehat kembali. Bahkan hingga tanggal 28 Januari 2008 jumlah kasus mencapai 124 orang, 100 orang diantaranya meninggal dunia. Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) mencapai 80.6%. Oleh karenanya Indonesia tercatat sebagai salah satu Negara dengan kasus flu burung dengan kematian terbanyak di dunia.
Setiap Kejadian Pasti Ada Hikmahnya
Guna melindungi masyarakat dan mencegah jatuhnya korban, maka tingkat alert (kewaspadaan) sistem surveilans ditingkatkan baik di masyarakat maupun institusi kesehatan (rumah sakit, Puskesmas, dan lain-lain). Sejak itu pula Depkes mempunyai prosedur tetap (protap) yaitu kewaspadan dini, dimana bila ada pasien yang menderita pneumonia berat dengan disertai adanya faktor risiko dan atau hasil laboratorium penunjang mengarah ke infeksi virus, diperlakukan sebagai under investigation ( dalam penylidikan ), sehingga penderita tersebut dilakukan pengambilan sample dan pemeriksaan ke arah AI serta ditelusuri faktor risiko dan riwayat kontaknya dan seterusnya.
Tidak hanya sampai disitu saja, berbagai langkah pun di tempuh pemerintah melalui Departemen Kesehatan. Mulai dari dibentuknya KOMNAS FLU BURUNG (FBPI), pendistribusian Oseltamivir/Tamiflu sampai tingkat puskesmas, melengkapi berbagai alat dan sarana kesehatan seperti thermo scanner, body cleaner, ambulans di Pelabuhan dan Bandara, sampai disiapkannya rumah sakit – rumah sakit rujukan khusus flu burung. Dan yang menjadi perhatian dunia adalah pelaksanaan Simulasi penanggulangan Pandemi Influenza April 2008 di Bali dan April 2009 lalu di Makassar (Sulsel) serta mungkin akan berlanjut di beberapa daerah lainnya.
Dari sekian upaya yang dilakukan (masih banyak lagi) diharapkan Indonesia menjadi lebih siap untuk menghadapi pandemi influenza terutama bila bila terjadi sinyal epidemiologi berupa penularan dari orang ke orang yang pernah kontak serta diperkuat oleh adanya sinyal virologi yaitu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap virus.
Apa yang Terjadi Kemudiaan ?
Tanpa diduga dunia dikagetkan oleh merebaknya FLU BABI (Swine Influenza) yang pertama kali ditemukan kasusnya pada manusia 15 Pebruari 2009 di Meksiko, yang kemudian disebut Flu Meksiko dan terakhir menjadi Influenza A H1N1.
Dimana hingga tanggal 10 mei 2009 sudah 29 negara yang melaporkan terjadi 4379 kasus infeksi influenza A(H1N1). Di Meksiko (10/5) telah dilaporkan 1626 hasil laboratorium konfirmasi kasus infeksi pada manusia, termasuk 45 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di Amerika dilaporkan 2254 hasil laboratorium konfirmasi kasus infeksi pada manusia, serta termasuk dua orang meninggal dunia (WHO).
WHO sendiri telah menetapkan status Pandemi pada level 5 untuk kasus influenza H1N1 ini, satu tingkat dibawah pandemi influenza yang dapat menyebar keseluruh penjuru dunia, serta memperingatkan negara-negara di dunia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan penyebarannya.
Bagaimana Dengan Indonesia?
Bersama negara-negara anggota ASEAN +3 (Jepang, Korea, dan China) Indonesia mengadakan pertemuan “Joint Ministerial Statement ASEAN +3 Ministers Special Meeting on Influenza A H1N1” di Bangkok Thailand tanggal 7-8 Mei 2009. Dalam pertemuan tersebut delegasi Indonesia dipimpin Menkes Dr.dr.Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) dengan anggota Dirjen P2PL Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Litbangkes Prof. dr. Agus Puwadianto SH, dan Staf Khusus Menkes Bidang Kesehatan Publik dr. Wijaya Lukito, Ph.D.
Usul Indonesia yang disepakati sebagai salah satu klausul adalah agar WHO merevisi parameter dalam menentukan status pandemi karena status pandemi yang ditetapkan dapat membawa konsekuensi yang cukup berat bagi suatu negara (dalam hal ini contohnya Meksiko). Dalam menetapkan status pandemi hendaknya bukan hanya berdasarkan transmissibillity (penularan antar manusia) saja tetapi harus juga memasukkan pertimbangan determinan klinis (morbiditas dan mortalitas) serta determinan virologi/gen sequencing (high atau low pathogenic).
Di dalam Joint Ministerial Statement, Indonesia juga mengingatkan meskipun dunia sedang menghadapi outbreak influenza A H1N1 tetapi ASEAN + 3 tetap akan terus menyelesaikan proses perjuangan Indonesia dalam virus sharing dan benefit sharing di WHO (IGM-PIP) yang akan berlangsung di WHA minggu depan, kata dr. Siti Fadilah Supari. Dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga mengemukakan bahwa telah melaksanakan pandemic preparedness plan secara komprehensif. (depkes.go.id)
Apakah Indonesia Terbebas dari Ancaman Pandemi Influenza ?
Tentu saja tidak bukan ? Indonesia mungkin lebih siap menghadapinya namun jangan lupa bahwa terlalu banyak faktor risiko yang mungkin menjadi penyebab pandemi influenza terjadi di negeri ini.
Kita bahkan tidak pernah tahu masalah kesehatan apalagi yang akan muncul dan dapat menjadi perhatian dunia internasional atau yang sering disebut sebagai PHEIC (Public Health Emergency of International Concern). Kapan, dimana, dan siapa yang akan terkena kita juga tidak tahu, tetapi kita bisa mengambil hikmah dan belajar dari apa yang pernah dan sedang terjadi.
Apa yang dilakukan pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya hanyalah sebuah upaya melindungi masyarakat dan menjaga kesehatannya.
Hal yang terpenting adalah bagaimana kita meningkatkan kewaspadaan diri terhadap kemungkinan terjadinya masalah kesehatan apapun itu, dengan berpola dan berprilaku hidup sehat.(F.Isnaini)
Pandemi atau tidak harus tetap waspada!
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment