DEFINISI
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu.
ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksotosin kurang. Faktor lain menurut Nwoso dan kawan-kawan adalah adanya perbedaan dalam rendahnya kadar cortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufiensi plasenta.
DIAGNOSIS
1) Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
2) Bila wanita tidak tahu, lup4 atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid terus menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3) Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4) Pemeriksaan rontgenologik
Dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagianproksimal tibia,os kuboid, diameter biparietal 9,8 cm atau lebih.
5) Ulhasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
6) Pemeriksaansi tologik air ketuban:
Air ketuban diambil dengan amniosentesis baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai 36 minggu ke atas. Air ketuban yang diperoleh di pulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga:
. Melebihi 10%: kehamilan di atas 36 minggu
. Melebihi 50%: kehamilan di atas 39 minggu
7) Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut wamanya karena dikeruhi mekoneum.
8) Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plasenta.
9) Uji oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin, dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik hal ini mungkinj anin akan berbahaya dalam kandungan.
10) Pemeriksaan kadar striol dalam urin.
11) Pemeriksaan pH darah kepala janin.
12) Pemeriksaas Histologi vagina.
TANDA-TANDA BAYI POST TERM :
. Biasanya lebih berat dari bayi matur
. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
. Verniks kaseosa di badan kurang
. Kuku-kuku panjang
. Rambut kepala agak tebal
. Kulit agak pucat dengan deskuama sel epitel.
PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN
a) Terhadap ibu : persalinan post term dapat menyebabkan distosia karena
1) Aksi uterus tidak terkoordinasi
2) Janin besar
3) Moulding (moulage) kepala kurang
Maka akan sering dliumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Karena itu akan menaikkan angka morbiditas dan mortalitas.
b) Terhadap janin:
1) Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu
2) Post term akan menambah bahaya padajanin
3) Pengaruh post term padajanin bervariasi : berat badanjanin tetap bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
PENATALAKSANAAN
1) Setelah kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa emniotomi.
4) Bila disertai riwayat kehamilan yang lalu ada : kematian janin dalam rahim, hipertensi, pre-eklampsi dan ini adalah anak pertama karena infertilitas, pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, wanita dirawat di rumah sakit
5) Tindakan operasi seksio sesaria dapat dipertimbangkan pada indikasi :
~ Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
~ Pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin
~ Pada primigavida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6) Pada persalinan pervagina harus diperhatikan :
~ Bahwa pertus lama akan sangat merugikan bayi
~ Bahwa janin post term kadang-kadang besar, kemungkinan disproporsi sefalo -pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan
~ Bahwa janin post term lebih peka terhadap sedatif dan narkosa oleh karena itu anestesi konduksi paling baik
~ Bahwa perawatan neonatus post term perlu di bawah pengawasan dokter anak
DAFTAR PUSTAKA
Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica
wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka
sumber: dari sini
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu.
ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksotosin kurang. Faktor lain menurut Nwoso dan kawan-kawan adalah adanya perbedaan dalam rendahnya kadar cortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufiensi plasenta.
DIAGNOSIS
1) Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
2) Bila wanita tidak tahu, lup4 atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid terus menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3) Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4) Pemeriksaan rontgenologik
Dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagianproksimal tibia,os kuboid, diameter biparietal 9,8 cm atau lebih.
5) Ulhasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
6) Pemeriksaansi tologik air ketuban:
Air ketuban diambil dengan amniosentesis baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai 36 minggu ke atas. Air ketuban yang diperoleh di pulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga:
. Melebihi 10%: kehamilan di atas 36 minggu
. Melebihi 50%: kehamilan di atas 39 minggu
7) Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut wamanya karena dikeruhi mekoneum.
8) Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plasenta.
9) Uji oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin, dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik hal ini mungkinj anin akan berbahaya dalam kandungan.
10) Pemeriksaan kadar striol dalam urin.
11) Pemeriksaan pH darah kepala janin.
12) Pemeriksaas Histologi vagina.
TANDA-TANDA BAYI POST TERM :
. Biasanya lebih berat dari bayi matur
. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
. Verniks kaseosa di badan kurang
. Kuku-kuku panjang
. Rambut kepala agak tebal
. Kulit agak pucat dengan deskuama sel epitel.
PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN
a) Terhadap ibu : persalinan post term dapat menyebabkan distosia karena
1) Aksi uterus tidak terkoordinasi
2) Janin besar
3) Moulding (moulage) kepala kurang
Maka akan sering dliumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Karena itu akan menaikkan angka morbiditas dan mortalitas.
b) Terhadap janin:
1) Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu
2) Post term akan menambah bahaya padajanin
3) Pengaruh post term padajanin bervariasi : berat badanjanin tetap bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
PENATALAKSANAAN
1) Setelah kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa emniotomi.
4) Bila disertai riwayat kehamilan yang lalu ada : kematian janin dalam rahim, hipertensi, pre-eklampsi dan ini adalah anak pertama karena infertilitas, pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, wanita dirawat di rumah sakit
5) Tindakan operasi seksio sesaria dapat dipertimbangkan pada indikasi :
~ Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
~ Pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin
~ Pada primigavida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6) Pada persalinan pervagina harus diperhatikan :
~ Bahwa pertus lama akan sangat merugikan bayi
~ Bahwa janin post term kadang-kadang besar, kemungkinan disproporsi sefalo -pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan
~ Bahwa janin post term lebih peka terhadap sedatif dan narkosa oleh karena itu anestesi konduksi paling baik
~ Bahwa perawatan neonatus post term perlu di bawah pengawasan dokter anak
DAFTAR PUSTAKA
Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica
wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka
sumber: dari sini
No comments:
Post a Comment