Orang-orang dengan asma tentunya
memiliki pemicu munculnya gejala yang
dapat berbeda pada masing-masing
orang. Pemicu munculnya gejala bisa
karena alergi, polusi, virus, dingin,
olahraga.
Faktor pemicu ini bisa membuat
terjadinya peradangan di paru-paru
yang memburuk dan menyebabkan
saluran udara untuk menghasilkan lendir
membengkak dan berpotensi
menyempit.
Untuk mencegah sesak napas, batuk
dan serangan asma, maka perlu
menghindari pemicu dan mengurangi
peradangan kronis. Berikut adalah 13
cara untuk mencegah serangan asma
antara lain:
1. Gunakan inhaler
Inhalasi kortikosteroid adalah cara yang
paling efektif untuk mengontrol gejala
dan mencegah serangan. Tetapi banyak
orang yang menggunakannya hanya
ketika gejala timbul.
Peneliti dari Henry Ford Hospital
menemukan bahwa, hampir 25 persen
serangan asma dapat dicegah pada
pasien dengan asma berat jika mereka
mengambil obat mereka pada waktu
yang ditentukan setiap hari atau
setidaknya 75 persen dari waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
orang dengan asma ringan hingga
sedang mungkin tidak perlu
menggunakan inhaler setiap hari.
"Jika telah bebas serangan asma selama
beberapa bulan, maka berkonsultasilah
dengan dokter mengenai pengurangan
dosis atau frekensi obat secara
perlahan-lahan. Tetapi jika terjadi tanda
pertama dari ketidaknyamanan, seperti
pengetatan dada, peningkatan batuk
atau sesak napas ringan, maka
sebaiknya langsung kembali periksa ke
dokter," kata David Rosenstreich, MD,
kepala divisi alergi dan imunologi di
Montefiore Medical Center, Bronx, NY.
2. Proaktif mencegah gejala dengan
obat
Jika mengetahui bahwa rentan
terhadap serangan asma selama waktu
tertentu, seperti ketika musim demam
atau dingin. Maka mulailah
mengonsumsi obat 3 atau 4 minggu
sebelum musim dimulai daripada
menunggu sampai merasakan gejala
pertama. Lebih mudah untuk mencegah
serangan daripada mengobatinya.
3. Tes alergi
Hasil penelitian baru menemukan bahwa,
alergi memicu lebih dari 50 persen kasus
asma. Tetapi banyak orang tidak
menyadari bahwa mereka memiliki
alergi, terutama terhadap alergen dalam
ruangan atau makanan.
Satu hasil studi menemukan bahwa,
hampir 16 persen orang yang pergi ke
UGD karena serangan asma memiliki
peningkatan kadar antibodi IgE.
Peningkatan kadar antibodi IgE
mengindikasikan kemungkinan alergi
makanan. Berkonsultasilah dengan
dokter mengenai tes darah alergi atau
melakukan tes alergi kulit.
National Heart, Lung and Blood
Institute (NHLBI) sangat menganjurkan
bahwa, orang dengan asma alergi
sebaiknya di bawah kontrol untuk
mengurangi serangan asma.
4. Menghilangkan alergen di kamar tidur
Semakin dapat menghindari paparan
semua alergen, seperti debu, bulu, dan
iritasi dalam ruangan lainnya. Maka
semakin besar kemungkinan untuk
mengurangi frekuensi dan keparahan
serangan dan kebutuhan obat asma.
Mulailah dari kamar tidur. Singkirkan
bantal dan selimut dari bulu, serta
buku-buku lama, surat kabar dan
merapikan kamar.
Jangan menggunakan humidifier, dan
pastikan tidak ada jamur yang tumbuh
di kamar tidur. Dibutuhkan waktu lama
untuk mengurangi peradangan pada
saluran udara, sehingga mungkin tidak
melihat peningkatan yang signifikan
selama berbulan-bulan.
5. Di dalam rumah dapat tersembunyi
pemicu alergi
Rumah mungkin memiliki beberapa
pemicu asma tersembunyi, seperti asap
dan bau dari perapian, lilin, dupa dan
bahkan pengharum ruangan.
"Dari semua penderita asma, iritasi
pernapasan seperti asap, terutama asap
rokok, dapat berkontribusi untuk
peradangan saluran napas," kata John
McBride, MD, seorang dokter anak di
Akron Children’s Hospital di Ohio.
6. Mendapatkan suntikan alergi
Setelah suntikan alergi biasa, yang
dikenal sebagai immunotherapy dapat
membangun toleransi dan mengurangi
reaksi terhadap alergen. Sebuah meta
analisis oleh Cochrane Collaboration
menemukan bahwa, imunoterapi secara
signifikan mengurangi gejala asma dan
menggunakan obat asma.
7. Perhatikan berat badan
Hasil studi menunjukkan hubungan
antara obesitas dan serangan asma lebih
sering dan parah dan penggunaan obat
yang lebih besar. Risiko asma meningkat
bersama dengan indeks massa tubuh.
8. Dapatkan lebih banyak vitamin D
Kekurangan vitamin D berhubungan
dengan fungsi paru-paru yang lebih
buruk, alergi lebih buruk, dan
penggunaan obat asma yang lebih
banyak. Selain itu, studi yang
dipublikasikan dalam Journal of Allergy
and Clinical Immunology menemukan
bahwa, vitamin D meningkatkan
efektivitas inhaler kortikosteroid.
Tidak diketahui apakah vitamin
tersebut memiliki dampak langsung
pada terapi kortikosteroid atau dengan
mengurangi gejala, akan membuat lebih
mudah untuk mengobati asma. Data
menunjukkan bahwa tiga perempat dari
semua orang dewasa mungkin
kekurangan vitamin D.
9. Menghinadari Acetaminophen
Mengonsumsi obat penghilang nyeri
yang mengandung acetaminophen
dapat meningkatkan risiko mengalami
serangan asma. Hasil studi menemukan
bahwa, penggunaan acetaminophen
mingguan dikaitkan dengan hampir tiga
kali lipat peningkatan risiko asma.
"Ada juga hubungan antara kenaikan
penggunaan asetaminofen dari waktu
ke waktu dan peningkatan tingkat
asma. Acetaminophen tampaknya
menyebabkan penurunan molekul yang
disebut glutathione yang membantu
mengurangi peradangan," kata Dr.
McBride.
10. Lebih memperhatikan olahraga
Jika tidak mengontrol asma, maka
berada pada risiko mengalami serangan
saat berolahraga. Pernapasan yang
cepat, dan mungkin udara dingin, dapat
menyebabkan kejang pada saluran
napas.
Gunakan inhaler sebelum berolahraga.
Latihan dengan intensitas rendah
seperti pelatihan kekuatan dan yoga
mungkin lebih mudah pada paru-paru
daripada lari jarak jauh atau sepak bola.
Hal yang sama berlaku untuk olahraga
jangka pendek dengan intensitas tinggi.
Hindari olahraga ketika sedang demam,
dan berolahraga di ruangan latihan
selama musim dingin.
11. Mendapatkan vaksin flu
Virus flu dapat tersebar di saluran udara
dan memicu serangan asma. Untuk
mengurangi risiko terkena sakit,
mendapatkan vaksinasi flu tahunan dan
cucilah tangan denagn rutin.
12. Melakukan yoga secara rutin
Beberapa studi telah menemukan
bahwa, yoga membantu penderita asma
dengan meningkatkan fungsi paru-paru
dan saluran napas dan mengurangi
hyperresponsivity jumlah serangan. Hal
ini juga dapat mengurangi kebutuhan
obat dan mengurangi latihan yang
mmepengaruhi konstriksi bronkus.
13. Rencana tertulis perawatan
Setiap orang dengan asma harus
memiliki asma rencana tertulis
pengelolaan diri. Tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa, hanya 34 persen
penderita asma yang memiliki rencana
tertulis pengelolaan diri.
Rencana termasuk untuk menghindari
pemicu, bagaimana mengambil obat
dengan benar, kesadaran terhadap
gejala dan apa yang harus dilakukan
ketika gejala memburuk.
sumber:ivelage
No comments:
Post a Comment