Monday, March 30, 2009
Mengatasi Turun Berok (Hernia) Sejak dini
Nah sebelum itu terjadi ada baiknya kita atasi sejak dini saja apabila ada gejalanya sebelum menjadi parah. Saya ada beberapa tips baik dari pengalaman pribadi dan juga info dari teman-teman mengenai mengatasi turun berok sejak dini.
Caranya :
- Makan yang teratur, dan perbanyak makan buah dan sayuran.
- Kurangi merokok
- Perbanyak minum air putih
Apabila sudah ada gejalanya seperti sakit dibawah pusar coba tahapan berikut :
- Nggak ada salahnya pergi ke urut atau pijat tradisional yang berpengalaman ( jangan Pijat plus plus )
- Kurangi angkat yang berat-berat tapi seandainya memang sudah kerjaan, ketika mengangkat barang usahakan lutut ikut ditekuk dan kita angkat dari bawah ( seperti lifter atau atlit angkat besi ).
- Biasakan memakai cangcut atau segitiga pengaman atau sempaque.
- Biasakan setiap pagi ( sebelum sarapan ) kaki diangkat keatas dan pantat menempel di dinding sambil perut diurut kearah dada sekitar 5 - 10 menit
- Sebelum sarapan coba masukkan jari ke mulut ( agar seperti mau muntah ) agar kita seperti mau muntah dan ketika kita akan seperti mau muntah, bagian dalam perut kita terutama usus akan tertarik keatas dengan sendirinya ( coba saja ).
Tips diatas khusus hanya untuk menghindari dan mengatasi sejak dini serta baru gejala dan apabila sudah parah, lebih amannya langsung kedokter.
Semoga kita terhindar dari segala penyakit dan diberikan kesehatan dari Allah SWT....amin
Salam blogger.....
Saturday, March 28, 2009
Si Kecil Ngedot Sampai Kapan, Ya?
Jawaban ini masih terus diperdebatkan para ahli. Yang jelas, para ahli di Amerika berpendapat, dot bisa digunakan sampai bayi berusia setahun.
SISI POSITIF
Untuk sejumlah
Tuesday, March 24, 2009
Veruka (Kutil,common wart)
• Kutil bisa tumbuh pada usia berapapun, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak dan paling jarang ditemukan pada dewasa.
• Kutil di kulit mudah menyebar dari suatu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya, tetapi kebanyakan tidak terlalu menular kepada orang lain.
• Sedangkan kutil genitalis (kutil pada alat kelamin) bisa ditularkan kepada orang lain.
• Sebagian besar kutil tidak berbahaya dan jenis kutil yang paling banyak ditemukan tidak berubah menjadi keganasan (kanker).
• Hanya jenis kutil tertentu yang jarang ditemukan dan beberapa kutil yang menginfeksi rahim, leher rahim (serviks) dan penis, yang kadang menjadi ganas.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah salah satu dari 60 jenis virus papilloma manusia (human papillomavirus, HPV).
KALSIFIKASI MENURUT BENTUK
1. veruka vulgaris
2. veruka plana juvenilis
3. veruka plantaris
4. veruka akuminatum (kandiloma akuminatum)
GEJALA
• Ukuran dan bentuk kutil tergantung kepada virus penyebabnya dan lokasinya di tubuh.
• Beberapa kutil tidak menimbulkan nyeri; sedangkan kutil yang lainnya menyebabkan nyeri karena mengiritasi saraf.
• Beberapa kutil tumbuh sendiri dan terpisah, kutil lainnya tumbuh bersama-sama dan membentuk kelompok kutil (kutil mosaik).
Veruka vulgaris
• Biasanya memiliki permukaan yang kasar; bentuknya bundar atau tidak beraturan; berwarna keabuan, kuning atau coklat dan biasanya memiliki garis tengah kurang dari 1 cm.
• Kutil ini bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya tetapi tidak pernah berubah menjadi keganasan.
Veruka plantaris
• Berbeda dengan kapalan, veruka plantaris cenderung mengalami perdarahan berupa bintik-bintik kecil jika disayat dengan pisau bedah.
Veruka filiformis
• Merupakan kutil yang bentuknya memanjang, yang biasanya ditemukan di kelopak mata, wajah, leher atau bibir.
• Kutil datar sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, biasanya tumbuh dalam suatu kelompok bintik-bintik halus berwarna kuning-coklat di wajah.
Kutil genitalis (kondiloma akuminata)
• adalah kutil lembab yang ditemukan di daerah kemaluan. Virusnya ditularkan melalui hubungan seksual.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
PENGOBATAN
• Kutil seringkali menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
• Beberapa kutil bersifat menetap selama bertahun-tahun dan ada juga kutil yang hilang-timbul.
• Pengobatan tergantung kepada lokasi, jenis, berat dan sudah berapa lama kutil berada.
• Veruka vulgaris biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 2 tahun.
• Untuk mempercepat hilangnya kutil bisa dioleskan larutan atau plester yang mengandung asam salisilat dan asam laktat.
• Kutil juga bisa dibekukan dengan cairan nitrogen dan pembekuan ini biasanya dilakukan berulang-ulang agar seluruh kutil hilang.
• Elektrodesikasi (pengobatan dengan arus listrik) atau bedah sinar laser bisa menghancurkan kutil, tetapi bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
• Kutil juga bisa diatasi dengan bahan kimia seperti asam trichloroacetat atau kantaridin, tetapi kutil yang baru bisa tumbuh di pinggiran bekas kutil yang terdahulu.
• Apapun jenis pengobatannya, sekitar sepertiga kasus mengalami kekambuhan.
• Veruka plantaris biasanya bisa dihaluskan dengan larutan atau plester yang mengandung asam salisilat yang kuat. Lalu kutil diangkat dengan menggunakan pisau bedah, pembekuan atau pemberian asam lainnya. Atau suatu zat kimia juga bisa disuntikkan langsung ke dalam kutil.
• Veruka plantaris sulit disembuhkan.
• Kutil datar seringkali diobati dengan pemberian zat pengelupas, misalnya asam retinoat atau asam salisilat.
Khasiat Teh untuk Obat Luka
Caranya gampang, rebus setengah cangkir teh hijau atau hitam selama 10 menit, lalu saring. Dinginkan sebentar, kemudian masukkan air teh ke kulkas, dan biarkan selama 10 hari.
Pemakaian untuk luka goresan, yakni basahi kapas dengan teh, sapukan kapas ke atas luka dan diamkan selama lima menit. Lakukan empat kali sehari. Sementara luka karena sengatan matahari dengan membiarkan kapas yang sudah dibasahi teh di atas kulit yang terbakar selama 15-20 menit atau sampai kulit terasa dingin.
Sumber : lifestyle.com
Monday, March 23, 2009
Gigi Susu
Masa tumbuh gigi susu tiap anak beda-beda, ada yang usia 5 bulan, 6 bulan, bahkan ada yang usia anak setahun baru tumbuh gigi. Untuk yang setahun belum tumbuh gigi, segera kunjungi dokter Anda, biasanya akan di lihat lagi kenapa usia setahun belum tumbuh gigi. Faktor-faktor apa yang
Sunday, March 22, 2009
Gigitan nyamuk pada bayi...
ASAP ROKOK BISA MEMBAHAYAKAN RAMBUT
Kita sudah ketahui bersama bahaya dari rokok bisa mengganggu pernafasan, kanker dan penyakit jantung, namun ternyata bahaya rokok juga berdampak pada rambut.
Para ilmuwan telah meneliti bahwa asap rokok dapat menyebabkan kerontokan rambut dan cepat beruban. Mereka mengemukakan bahwa asap racun (rokok) bisa merusak kelenjar (lubang) rambut dan hormon (pertumbuhan) rambut. Penelitian telah dibuktikan dengan laporan BMJ, 600 pria dan wanita yang sebagian dari mereka adalah perokok, lebih cepat rambutnya beruban daripada yang tidak merokok.
Tahun 2008, telah diteliti sebanyak 740 orang pria di Taiwan, yang berusia sekitar 40 sampai 91 tahun, dimana rata-rata pria Asia lebih rendah tingkat kebotakan secara turun temurun. Setelah diteliti dari silsilah keluarga, peneliti menemukan tingkat kebotakan rambut terjadi pada perokok yang terus menerus mengisap rokok.
Thursday, March 19, 2009
Moluskum Kontagiosum
• Infeksi kulit yang berupa papul (benjolan licin dan sewarna kulit), tidak nyeri dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu setahun.
• Penyakit ini mudah menular, namun hanya menyerang kulit tidak menyerang organ-organ dalam.
• Cara penularan yang biasa terjadi adalah lewat kontak langsung maupun kontak dengan benda lain yang terkontaminasi.
PREDILEKSI
• Pada anak-anak, papul biasanya terdapat di wajah, leher, ketiak, kaki dan tangan.
• Pada orang dewasa, papul dapat ditemukan di daerah genital (kemaluan), perut bagian bawah, selangkangan, dan bokong sehingga dapat dikategorikan sebagai Penyakit akibat Hubungan Seksual. Kelainan ini tidak menyebabkan akibat yang serius, seperti pada Penyakit akibat Hubungan Seksual yang lain.
EPIDEMIOLOGI
• Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian paling tinggi di negara tropis.
• Walaupun biasanya terjadi pada anak-anak, penyakit ini dapat menyerang orang dewasa.
• Penyakit ini menyebar dengan cepat pada suatu komunitas yang padat, higienis kurang dan kurang mampu.
PENYEBAB
• Infeksi virus molluscum contagiosum, yang merupakan bagian dari virus pox.
• Virus ini sangat menular; bisa menular melalui sentuhan kulit langsung atau melalui hubungan seksual dan bisa menginfeksi kulit di bagian tubuh manapun.
PATOFISIOLOGI
Virus ini masuk ke kulit lewat kelenjar rambut dan mudah menular lewat kontak langsung kulit ke kulit atau kontak dengan benda yang terkontaminasi, seperti mainan atau gagang pintu. Virus ini juga menular melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Bila papul digaruk, virus ini dapat menyebar ke kulit di sekitarnya. Daerah lipatan kulit yang lembab, seperti di ketiak, dapat mempercepat penyebaran virus.
GEJALA
• Terbentuknya papul yang cukup banyak.
• Papul merupakan benjolan yang berbatas tegas, licin, berbentuk kubah dan sewarna dengan kulit. Ukuran dari papul ini bervariasi, biasanya antara 2-6 milimeter.
• Di bagian tengah benjolan seringkali terdapat lekukan(delle) kecil yang berisi bahan seperti nasi dan berwarna putih, yang merupakan ciri khas untuk moluskum kontagiosum.
• Benjolan biasanya tidak terasa gatal ataupun nyeri dan bisa ditemukan secara tidak sengaja ketika penderita sedang menjalani pemeriksaan fisik.
• Papul ini dapat meradang secara spontan ataupun karena trauma akibat garukan. Papul yang meradang memberikan gambaran benjolan yang merah, dan hangat.
Gambar 2. Moluskum Kontagiosum di ketiak
Gambar 3. Moluskum Kontangiosum di kemaluan wanita
DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
PENGOBATAN
Moluskum kontagiosum bisa diobati dengan cara pembekuan atau pengangkatan benjolan dengan sebuah jarum.
Pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu enam sampai 18 bulan. Karena moluskum kontagiosum dapat mudah menular, dokter biasanya akan merekomendasikan tindakan medis, terutama untuk orang dewasa.
Tindakan medis ini meliputi pengangkatan papul melalui:
• Operasi
• Cryotherapy (pembekuan dengan nitrogen cair)
• Electrocautery (terapi dengan jarum)
• Terapi laser
Walaupun penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gatal, pada beberapa orang dapat timbul dermatitis di sekitar papul sehingga dapat menimbulkan rasa gatal. Pengobatan untuk gatal karena dermatitis dapat menggunakan krim atau salep hidrokortison (kortikosteroid). Namun krim atau salep ini dioleskan hanya di daerah dermatitis dan tidak pada papul moluskum kontagiosum. Kelainan ini dapat menjadi berat dan meluas pada orang dengan kekebalan tubuh yang lemah seperti pada penderita AIDS.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyebaran virus, dapat dilakukan:
1. Hindari menyentuh atau menggaruk papul.
2. Tidak pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk, baju atau sisir.
3. Hindari kontak seksual sampai papul telah diobati dan sembuh
Kondiloma Akuminata
1. Kutil kelamin
2. Kutil kemaluan
3. Kutil genital (kutil genitalia)
4. Genital warts
5. Veruka akuminata
6. Venereal wart
7. Jengger ayam
Definisi
Kondiloma akuminata adalah:
1. Tumor pada genitalia yang bersifat lunak seperti jengger ayam dan tidak nyeri.
2. Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin).
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena:
- tidak enak dilihat,
- bisa terinfeksi bakteri
- bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan.
Penyebab (Etiologi)
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV).
HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam).
HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat).
HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin),
menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim
Manifestasi/Gejala Klinis
Masa inkubasi: 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan) Tempat masuk: mikrolesi pada kulit - sering pd daerah yang mudah trauma pada saat hubungan seksual. Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Kutil biasanya dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol).
Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam. Terkadang penderita mengeluh nyeri.
Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.
Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
Terdapat 3 bentuk * bentuk akuminata
# terutama pada daerah lembab dan lipatan
# vegetasi bertangkai, permukaan berjonjot- jonjot seperti jari, bila bersatu jadi lbh besar vegetasi bertangkai, permukaan berjonjot- jonjot seperti jari, bila bersatu jadi lbh besar
tampak seperti kembang kol
# lesi besar - pada wanita hamil, imunitas
Bentuk papul :
Biasanya pada daerah batang penis, vulva bagian lateral, perianal, perineum)
Berupa papul dengan permukaan licin, multipel, tersebar diskret
Bentuk datar:
tampak sebagai makula, atau tidak tampak sama sekali (infeksi subklinis)
Bentuk khusus:
Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Papulosa Bowenoid
Predileksi
Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna.
Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat)
Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, leher rahim (serviks) terkadang pada porsio uteri.
Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
Penegakan Diagnosis
1. Klinis: papul verukous, lunak, tidak nyeri.
2. Asam asetat 5% untuk lesi subklinis.
3. Histopatologi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Perlu dilakukan pemeriksaan darah serologis (untuk membedakan dengan kondiloma lata pada sifilis).
2. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.
3. Histopatologi.
Diagnosis Banding
1. Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis).
2. Moluskum kontagiosum.
3. Veruka vulgaris.
4. Karsinoma sel skuamosa.
Penatalaksanaan
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.
b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).
10. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Prognosis
Baik.
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang – kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara seksual.
Variola vera [small pox]
Family: Poxviridae
Genus: Orthopoxvirus
Species: Variola vera
Penyakit cacar (smallpox) merupakan salah satu penyakit mematikan yang pernah ada di dunia. Diperkirakan penyakit ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Cacar merupakan penyakit yang spesifik dan mudah menyebar yang hanya bisa ditularkan oleh manusia.
Dari abad 15-18, penyakit cacar membuat rekor di Eropa sebagai penyakit yang menyebabkan bencana besar terhadap kehidupan manusia, sejarah politik, serta sejarah ekonomi. Baru pada bulan Mei 1980, WHO menyatakan bahwa smallpox telah menghilang. Kasus terakhir terjadi di Somalia pada bulan Oktober 1977.
MORFOLOGI
SIKLUS HIDUP:
1. Entry
Partikel IMV (Intracellular mature virion) mengikat reseptor yang belum diketahui dan bergabung dengan membran sel. Partikel EMV (Extracellular mature virion) mengikat reseptor yang tak dikenal juga dan terendositosis ke dalam sel.
2. Initial Uncoating
Partikel inti dari virus yang mengandung gen virus, DNA-RNA polymerase, dan enzim lainnya dilepaskan ke sitoplasma.
3. Early Transcription
Gen awal (termasuk code untuk immunomodulatory protein, enzim replikasi dan faktor transkripsi) ditranskripsikan dan ditranslasikan dengan segera dari inti partikel awal ke dalam sitoplasma.
4. Translocation
Partikel inti virus melakukan perpindahan ke luar nukleus sel
5. Secondary Uncoating
Nukleoprotein kompleks dari virus, yang mengandung gen, dilepaskan. Pada tahap ini, gen virus direplikasi sebagai rangkaian transkripsi dan translasi dari gen intermediet.
6. Late Transcription
Gen virus terbaru (code untuk protein struktural, enzim, dan faktor transkripsi) ditranskripsikan dan ditranslasikan.
7. Assembly
Rangkaian intermediet diputuskan menjadi linear double-stranded DNA dan dikemas bersama protein virus terbaru menjadi immature virions (IV)
8. Release
IV dewasa berubah menjadi IMV melalui mekanisme yang tidak dapat digambarkan. IMV dipindahkan ke batas luar dari sel dan dilepaskan melalui tiga jalan. Pertama, IMV dilepaskan melalui lisis sel. Kedua, IMV bisa menguncup melewati permukaan sel, mengambil envelope virus dari membran plasma sel. Di permukaan, sel yang berasosiasi dengan dengan virus envelope (CEV) didorong
melalui actin tail sampai bersentuhan dengan sel yang kedua. Ketiga, IMV menguncup melalui membran plasma lalu mengambil envelope dan menjadi EEV.
PENYAKIT
Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.
Gejala penyakit mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat.
24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya banyak ditemukan pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu). Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala.
Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh Stafilococcus
PENGOBATAN
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
- kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
- menjaga kebersihan tangan
- kuku dipotong pendek
- pakaian tetap kering dan bersih.
Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asiklovir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.
PUSTAKA
Anonim, 2008, http://heapol.oxfordjournals.org/cgi/reprint/14/4, diakses tanggal 12 Mei 2008
Anonim, 2008, http://www.microbelibrary.org/ASMOnly/Details.asp?ID=1944, diakses tanggal 12 Mei 2008
Anonim, 2008, http://www.medicineonline.com/articles/S/1/Smallpox.html, diakses tanggal 12 Mei 2008
Anonim, 2008, http://www.afip.org/Departments/infectious/sp/text/1_1.htm, diakses tanggal 12 Mei 2008
Anonim, 2008, http://www.medicastore.com, diakses tanggal 12 Mei 2008
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, 438-449, EGC, Jakarta
Disusun Oleh : EMANUEL DANI RAMDANI (078114095)
CACAR AIR [Varicella, “Chicken Pox”]
Epidemiologi
Insiden terbanyak varisela terjadi pada usia 1-6 tahun dan hanya terjadi 10% pada usia lebih dari 14 tahun. Pada usia 1-14 tahun angka mortalitas varisela adalah 2 per 100.000 kasus. Angka mortalitas pada anak dengan immunocompromised lebih besar. Kejadian varisela dapat menjadi lebih berat pada neonatus, tergantung periode infeksi pada ibu (Mehta, 2006).
Etiologi
Varisela merupakan penyakit infeksi akut, disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV). VZV adalah virus DNA yang tergolong dalam group herpesvirus, subfamily Alphaherpesvirinae. VZV mempunyai DNA sekuens sendiri dan amplop glikoprotein. VZV sulit diisolasikan pada kultur sel dan tumbuh paling baik tetapi lambat pada human diploid fibroblast cells (Mehta, 2006; Fox & Sande, 2001, CDC, 2005).
Patofisiologi
Varisela sangat menular, penularannya mencapai 80-90% pada kontak serumah. Transmisi virus varisela zoster dapat terjadi melalui droplet respirasi yang mengandung virus, serta kontak langsung dengan lesi dimana pada papula dan vesikel terdapat populasi yang tinggi dari virus. Varisela infeksius mulai 2 hari sebelum lesi pada kulit muncul dan berakhir ketika muncul krusta, umumnya 5 hari setelahnya. Varisela maternal dengan viremia dapat menyebar secara transplasenta menuju fetus dan menyebabkan varisela neonatus (Mehta, 2006).
VZV masuk melewati traktus respiratorik dan konjungtiva. Kemudian virus bereplikasi di daerah masuknya (nasofaring) dan limfonodi regional di sekitarnya. Viremia primer terjadi 4-6 hari setelah infeksi dan menyebarkan virus ke seluruh organ, seperti liver, limpa, dan ganglia sensori. Replikasi selanjutnya muncul pada visera, diikuti dengan viremia sekunder, dengan infeksi virus pada kulit (CDC, 2005).
Faktor Resiko
Faktor resiko yang mendukung terjadinya varisela berat, meliputi (Mehta, 2006):
- Neonatus, terutama pada ibu yang seronegatif.
- Usia dewasa
- Terapi steroid
- Keganasan
- Kondisi immunocompromised
- Kehamilan
Manifestasi Klinis
Inkubasi : Berlangsung selama 10-14 hari
Prodromal :
Terjadi pada hari 1 hingga hari ke 3
Berupa nyeri perut, sakit kepala, anoreksia, batuk dan coryza, sakit tenggorokan, perasaan lemah (malaise)
Kadang-kadang terdapat kelainan scarlatinaform atau morbiliform
Erupsi (rash):
Pada anak yang sehat terdapat sekitar 250-500 lesi.
Dimulai dengan gejala-gejala sistemik ringan diikuti dengan munculnya makula-makula merah (seperti embun di atas mahkota mawar merah) yang kemudian dengan cepat berubah menjadi vesikel kecil dengan tepi yang eritema, berisi cairan jernih, tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Kemudian menjadi pustula, dan terakhir menjadi krusta.
Isi vesikel berubah menjadi keruh dalam 24 jam.
Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh.
Dalam 3-4 hari erupsi tersebar. Ruam pada umumnya muncul di kepala dan telinga, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah, leher, badan dan ekstremitas.
Erupsi ini disertai perasaan gatal.
Pada suatu saat terdapat bermacam-macam stadium erupsi; ini merupakan tanda khas penyakit varisela.
Vesikel tidak hanya terdapat di kulit melainkan juga di selaput lendir mulut, dan beberapa terlihat di orofaring.
Konvalescen:
Lesi biasanya pecah membentuk krusta setelah 6 hari (2-12 hari) dan sembuh sempurna dalam 16 hari (7-34 hari). Erupsi yang berkepanjangan atau lamanya pembentukan krusta dan penyembuhan dapat terjadi pada imunitas seluler yang tidak cocok.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varisela dapat terlihat dari gejala klinis. Kebanyakan pada anak-anak dengan varisela terjadi leukopeni pada 3 hari pertama, kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi bakteri sekunder, tetapi tidak selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri sekunder tidak terjadi leukositosis.
Pemeriksaan serologi digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos dengan varisela. Identifikasi virus varisela zoster secara cepat diindikasikan pada kasus yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fluorescent Antibody (IFA), Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test (NT), dan Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama memberikan imunitas yang pasti pada anak.
Radiologi
Foto toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mempunyai ruam yang sama dengan varisela antara lain (William, 2002; Mehta, 2006):
- Small pox/ cacar (ruam terkonsentrasi pada ekstremitas dan muncul pada fase yang sama)
- Infeksi coxsackie virus (lebih sedikit ruam dan tidak menyebabkan krusta)
- Impetigo (lebih sedikit ruam, tidak ada vesikel klasik, pewarnaan gram positif, respon terhadap agen antimikroba, lesi perioral atau periferal)
- Papular urtikaria (riwayat gigitan serangga, ruam nonvesikuler)
- Skabies (tidak ada vesikel yang khas)
- Parapsoaris (jarang terjadi pada anak di bawah 10 tahun, kronik atau rekuren, sering terdapat riwayat varisella sebelumnya)
- Ricketsialpox (bekas gigitan kutu, ruam yang lebih kecil, tidak berkrusta)
- dermatitis herpetiformis (urtikaria kronis, pigmentasi residual)
- Dermatitis kontak
- Infeksi enterovirus
- Infeksi Herpes Simplex Virus
Komplikasi
Resiko komplikasi varisela bervariasi berdasarkan umur. Komplikasi jarang terjadi pada anak-anak yang sehat, namun sering mengenai orang-orang dewasa di atas 15 tahun dan bayi di bawah 1 tahun (CDC, 2005).
- Infeksi Bakteri Sekunder. Varisela menyebabkan pasien lebih mudah menderita infeksi bakteri sekunder.
- Komplikasi pada CNS (sistem saraf pusat)
- Pneumonia. Pneumonia biasa terjadi pada penderita yang imunocompremised, wanita hamil, atau dewasa dan sering menjadi fatal. Batuk, dyspnea, tacyphnea, rales, dan sianosis muncul 3-4 hari setelah onset dari ruam.
- Herpes zoster. Merupakan komplikasi yang lambat terjadi pada varisela, yaitu beberapa bulan sampai tahun setelah infeksi primer. Terjadi pada 15% pasien varisela. Disebabkan oleh adanya virus yang menetap di ganglion sensoris. Gejalanya rash vesikular unilateral, terbatas pada 1-3 dermatom. Rash ini menimbulkan rasa nyeri pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa.
- Otitis media (5%)
- Hepatitis
Hepatitis berat dengan manifestasi klinis jarang terjadi pada anak-anak sehat dengan varisela. - Glomerulonefritis
Haemorrhagic varicella
Terapi
Terapi yang diberikan pada varisela bersifat suportif, meliputi (Mehta, 2006; William, 2002):
- Penjagaan hidrasi pada anak diperlukan, karena saat anak sakit nafsu makan berkurang. Pada anak yang mendapat pengobatan Ancyclovir, obat akan mengkristal di tubulus renalis, sehingga perlu hidrasi yang adekuat.
- Kebersihan menyeluruh tetap harus dijaga (memotong kuku dan membersihkan badan). Melarang anak menggaruk ruam untuk menghindari skar pada kulit. Memotong kuku, memakaikan sarung tangan dan kaos kaki saat tidur dapat menghindarkan garukan pada ruam.
- Pemberian makanan yang sehat dan bergizi, tanpa pembatasan makanan.
- Tidak ada pembatasan aktivitas pada anak-anak dengan varisela tanpa komplikasi.
- Kompres dingin, mandi yang teratur untuk mengurangi gatal
- Obat antiviral
- Obat antihistamin
- Obat antipiretik
Prognosa
Anak-anak sehat dengan varisela mempunyai prognosa baik. Sedangkan anak-anak yang imunocompremise mempunyai resiko yang lebih besar untuk menjadi parah dan meninggal. Angka mortalitas pada varisela neonatus mencapai 30%. Episode ulangan varisela jarang terjadi oleh karena imunitasnya yang bertahan seumur hidup (Mehta, 2006).
Monday, March 16, 2009
Obat Radang Tenggorokan
Bersih-bersih GIGI dan Mulut Bayi, Yuk!
Kesehatan dan pertumbuhan GIGI si kecil sudah terjadi semenjak ia masih berada di dalam kandungan. Karena itu, calon ibu harus rajin mengonsumsi makanan
Sunday, March 15, 2009
Apakah Anda mempunyai Aura yang sehat ?
Aura adalah sinar elektromagnetik yang berada 4 oktaf di bawah kemampuan penglihatan mata kasat dengan panjang gelombang 12-6 mikron dan frekuensi 60-120 Hz.
Aura yang sehat, kata Liany Hendranata, adalah seorang ahli aura, aura adalah sesuatu yang melingkari tubuh fisik seseorang dengan bentuk elips jelas dengan tepian padat mulus serta warna cemerlang. Pancaran aura yang sehat dan sangat kuat secara spiritual dapat dilihat pada lukisan Bunda Maria, Isa Almasih, Dewi Kuan Im, Sidartha Gautama.
Kalau kita mempunyai Aura yang sehat dan kuat akan dapat berfungsi:
- Memberi pesona dan karisma yang memunculkan inner beauty.
- Memberi perlindungan dari energi negatif dari luar.
- Memberi energi menyehatkan untuk tubuh fisik dan psikis.
- Memberi perisai bagi kita, sehingga tak mudah didominasi orang.
Trus yang memperlemah aura kita dan perlu sangat diperhatikan adalah :
- Stres berkepanjangan sebab stres adalah pikiran negatif.
- Makan tak teratur dan banyak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan beraura kotor, contoh ikan lele, kodok, dan babi.
- Kurang memperhatikan kesehatan fisik, termasuk kurang olahraga.
- Banyak menyerap energi negatif, baik dari makhluk hidup maupun benda-benda yang memiliki medan energi kuat.
Nah ini tip's agar kita mempunyai aura kuat dan sehat:
- Berpikir positif dan berusaha memiliki perasaan bahagia di setiap situasi.
- Membiasakan diri selalu hidup rileks.
- Bersenam atau jalan kaki di alam terbuka.
- Banyak mengonsumsi makanan sehat dan alami.
- Giat terlibat dalam kegiatan keagamaan dan rajin beramal.
- Mandi di laut.
- Banyak beristirahat di bawah pohon rindang.
- Melakukan terapi aroma yang terbukti menenangkan dan mempertebal medan aura.
- Latihan rileksasi, meditasi, prana, reiki, auto hipnosis.
Sekian dulu penjelasan saya mengenai Aura. Tunggu artikel yang lainnya yah.
Wednesday, March 11, 2009
Ayat Kursi
ALLOHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QOYYUM. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDH. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIH. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHOLFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN (dengung) 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDH. WA LAA YA-UDHUU
Monday, March 9, 2009
Berbagai Gaya Orang Tua
Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orang tua dalam mengasuh anak, antara lain:
1. Gourment Parents (ortu borju)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus, mobil mewah,
Sunday, March 8, 2009
Erisipelas, Selulitis dan Flegmon
Herry E.J. Pandaleke
Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
ABSTRAK
Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe, disebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus grup A.
Selulitis adalah peradangan akut jaringan subkutis dapat disebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus, Stafilokokus aureus dan pada anak oleh Hemophilus influensa. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada. Antibiotika yang tepat baik jenis, dosis, dan lama/cara pemberian perlu diperhatikan.
PENDAHULUAN
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus influenzae; keadaan anak tampak sakit berat,
sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakteremi dan septikemi.
Selulitis yang mengalami supurasi disebut flegmon, Sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus grup A disebut erisipelas.
Dalam makalah ini akan dibicarakan faktor predisposisi, gambaran klinis, diagnosis/diagnosis banding, komplikasi, pengobatan/pencegahan erisipelas dan selulitis/flegmon.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi erisipelas dan selulitis adalah : kakheksia, diabetes melitus, malnutrisi, disgammaglobulinemia, alkoholisme dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes dan alkoholisme sering diobservasi sebagai faktor predisposisi erisipelas(1)
. Faktor predisposisi yang bersifat lokal pada erisipelas umumnya edema baik yang berasal dari renal maupun sistim limfatik.
Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama pada edema limfatik, renal atau hipostatik.
GAMBARAN KLINIS
a) Erisipelas
Masa inkubasi 25 hari diikuti dengan demam tinggi (pada bayi sering diikuti konvulsi), sakit kepala, lesu, muntah-muntah. Pada daerah kulit yang terkena terlihat kemerahan, agak menonjol, batas jelas, nyeri tekan. Kadang-kadang dijumpai vesikel vesikel kecil pada tepinya. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa.
b) Selulitis
Gambaran kliniknya tergantung dan akut/tidaknya infeksi. Umumnya pada semua bentuk ditandai dengan kemerahan yang batasnya tidak jelas, nyeri tekan dan pembengkakan. Penyebaran perluasan kemerahan ini dapat timbul secara cepat di sekitar luka/ulkus yang ada disertai demam, lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren)
Lokalisasi lesi erisipelas dan selulitis paling sering pada anggota gerak bawah/atas, wajah, badan dan genitalia.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis erisipelas dan selulitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan Minis dan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Pada pemeriksaan klinis erisipelas, didapatkan adanya makula eritematous yang agak meninggi, berbatas jelas, teraba panas dan terasa nyeri. Di atas makulaeritematous dapat dijumpai vesikel. Penderita biasanya demam.
Pada pemeriksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemi. Selulitis yang disebabkan oleh H. influenza, lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan atau keunguan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia. Anak dengan selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tampak sakit berat dan toksik dan sening disertai gejala infeksi tnaktus respiratonius bagian atas, bakteriemi dan septikemi. Pada pemeriksaan laboratonium danah tepi enisipelas didapatkan leukositosis (15.00020.000). Pada pemeriksaan urine ditemukan proteinuria dan hematuria bila telah ada komplikasi pada ginjal. Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.00040.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Seringkali tidak mungkin membuat kultur dan lesi terhadap Streptokokus kanena hanya positif untuk Streptokokus saat gejala klinis erisipelas bdum timbul; tetapi kuman tersebut dapat dijumpai pada tenggorokan, hidung atau mata. Titer ASTO meningkat pada minggu I.
Erisipelas didiagnosis banding dengan : Dermatitis venenata, edema angioneurotik, scarlet fever, lupus eritematosus diskoid pada wajah dan lepra tuberkuloid akut pada wajah.
Perbedaan selulitis dan eriisipelas adalah : Selulitis batas lesi tidak jelas, sedangkan pada eriisipelas jelas. Juga pada selulitis terdapat infiltrat dijariingan subkutan. Sering pada kasus tertentu sukar dibedakan sehingga didiagnosis sebagai Erisipeloselulitis.
KOMPLIKASI
a) Erisipelas
Bila tidak diobati atau diobati tetapi dosis tidak adekuat, maka kuman penyebab erisipelas akan menyebar melalui aliran limfe sehingga terjadi abses subkutan, septikemi dan infeksi ke organ lain (nefritis). Pengobatan dini dan adekuat dapat mencegah terjadinya komplikasi supuratif dan non supuratif.
Pada bayi dan penderita usia lanjut yang lemah, serta penderita yang sementara mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, erisipelas dapat progresif bahkan bisa terjadi kematian (mortalitas pada bayi bisa mencapai 50%).
Ensipelas cenderungrekuren pada lokasi yang sama, mungkin disebabkan oleh kelainan imunologis, tetapi faktor predisposisi yang berperan pada serangan pertama harus dipertimbangkan sebagai penyebab misalnya obstruksi limfatik akibat mastektomi radikal (merupakan faktor predisposisi erisipelas rekuren).
b) Selulitis
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemi stafilokokus betahemolitikus grup A; dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis sinus kavernosum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit intra kranial berupa meningitis.
PENATALAKSANAAN
a) Erisipelas
Penisilin merupakan obat pilihan untuk erisipelas. Biasanya digunakan Procaine Penicilline G 600.000-2.000.000 IU selama 6 hari untuk penderita erisipelas dewasa yang sedang sampai berat;
pada kasus yang ringan digunakan Penicilline V 250-500 mg perhari peroral selama 10-14 hari. Pada anak-anak, dosis penisilin G 50.000-100.000 IU/kgbb/hari IM. Perbaikan secara umum terjadi dalam 2448 jam tetapi penyembuhan lesi kulit memerlukan beberapa hari. Pengobatan yang adekuat minimal selama 10 hari. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin diberikan eritomisin (dewasa 12 gram/hari; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/ hari) selama 714 hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 4 x 150300 mg/hari; anak-anak 4 x 8-12 mg/kgbb/hari. Penderita dianjurkan istirahat (masuk rumah sakit). Bila lokasi lesi pada tungkai bawah dan kaki maka bagian yang terserang ini ditinggikan. Secara lokal, dapat diberikan kompres terbuka yaitu kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit. Bila terdapat vesikula atau bulla dapat dikompres dulu dengan rivanol 1%, setelah cairan mengering dilanjutkan dengan pemberian topikal antibiotikaseperti kombinasi basitrasin dan polimiksin B atau framisetin sulfat
b) Selulitis
Pada selulitis karena H. influenza diberikan ampisilin 200 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari dan pada kasus berat dapat dikombinasi dengan kloramfenikol 100 mglkgbb/hari. Selulitis karena streptokokus diben penisilin prokain G (dosis = erisipelas)
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan Stafilokokus aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin atau klindamisin (dosis = erisipelas). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritnomisin dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 12,525 mglkgbb/hari secara oral selama 7-10 hari, atau sefalozelin IMIIV (dewasa 1 g/hari, kasus berat ditingkatkan 35 gram/hari; bayi dan anak-anak 2040 mg/kgbb/
hari, kasus berat sampai 100 mg/kgbb/hari; neonati 1020 mg/ kgbb/hari diberikan 2 kali sehari)
PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya erisipelas dan selulitis/flegmon
maka hal-hal di bawah ini perlu dilakukan:
1) Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan
menggunakan sabun atau shampo yang mengandung antiseptik,
agar kuman patogen secepatnya hilang dan kulit.
2) Mengatasi faktor predisposisi.
3) Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila
telah terjadi kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera
dirawat/diobati
KEPUSTAKAAN
1. Bernard P. Bonnetblanc JM, Denis F. Dermatology in Europe (ed) Emililiano Panconesi. Blackweil Scien. Publ. 1991 : 102104.
2. Arnold HL, Odom RB, James WD. Andrew's Diseases of the Skin, Clinical Dermatology 8th c Philadelphia, London, Toronto: WB Saunders Co, 1990 : 27778.
3. Baker AB. Clinical Neurology revised ed. Philadelphia: Harper Row PubI. 1981 : 9-18.
4. Charter C. Grosshans E. Internat. J. Dermatol. 1985; 29(7): 459-66.
5. DiNubile Mark J. Septic Thrombosis of the Cavernosus Sinuses. Arch Neurol 1988; 45: 56772.
6. Eaglestein WH, AndrophyE. Erisipelas. In Current Dermatology Therapy Stuard Maddin (ed). Philadelphia: WB Saunders Co. 1982: 15356.
7. Falco OB, Plewig G, Wolff HH, Winkelman RK. Disease caused by Streptococci. Dennatology. Berlin Heidelberg, New York: Spnnger-Verlag, 1991 : 17375.
8. Gan VHS, SetiabudyR. Antimikroba. Pengantar. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi ke 3, Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. 1987 : 51426.
9. Harun ES, SUkanto H, Agusni 1, Soeparlan AG. Erisipelas. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Surabaya: LabIUPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelanun FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, 1982:
29-31.
10. Hurwitz S. Clinical Pediatric Dennatology 2nd ed. WE Saunders Co. 1993: 28486.
11. Hanger SB. Facial Cellulitis. Pediatrics 1981; 67: 37677.
12. Moschella SL, Hurley HJ Dermatology, Vol. 1, 2nd ed. Philadelphia: Saunders Co, 1985 : 61819. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
Saturday, March 7, 2009
Erisipelas
Erisipelas adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh streptokokus.
PENYEBAB
Bakteri streptokok beta-hemolitik grup A
Mungkin timbul sebagai invasi sekunder pada impetigo
Dapat hilang timbul, menyebabkan terjadinya limfedem kronik
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getal bening.
GEJALA
- Tanda konstitusional berupa demam tinggi dan meninggi dapat mendahului infeksi kulit yang nyata
- Eritema nyeri, edema, merah dan mengkilat
- Pinggir lesi mudah diraba
- Kelainan yang timbul berupa ruam merah dan licin, kulit dibawahnya sangat merah, terasa nyeri, membengkak dan teraba hangat, disertai lepuhan-lepuhan kecil. Mungkin timbul vesikel dan bula
- Biasanya menyerang wajah, lengan dan tungkai
- Mungkin mulai sebagal fisur pada mata, hidung, telinga atau sudut mulut
Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi seringkali membesar dan terasa nyeri.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
- SeIuIitis rekuren; erisipeloid (infeksi dengan Erysipelothrix rhusiopathiae) dijumpai pada neIayan, tukang daging dan koki
- Herpes zoster
- Dermatitis kontak
- Edema angioneurotik Pemerlksaan Khusus
- Kultur dan tes sensitifitas
- Kadang-kadang kultur darah
PENGOBATAN
Untuk infeksi ringan, digunakan penicillin atau erythromycin per-oral (melalui mulut) selama 2 minggu.
Untuk infeksi berat, biasanya diberikan suntikan antibiotik.
Analgesik
SELULITIS
Adalah inflamasi sel pada kulit dan jaringan subkutan yang akut dan menyebar ke samping dan ke bawah[1]. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri staphylococcus, streptococcus, bakteri gram positif, namun tidak menutup kemungkinan bakteri gram negatif[2].
Selulitis menyebabkan kulit berwarna merah, hangat, terasa lembut, nyeri, eritematus, dan bengkak[3].
Tidak ada daerah spesifik yang berhubungan dengan perkembangan selulitis, begitu juga dengan ras dan usia[4]. Namun untuk jenis selulitis wajah terjadi pada anak berusia kurang dari 3 tahun[5],/ 6 bulan-3 tahun[4] / 3-24 bulan[6] dan orang dewasa berusia lebih dari 50 tahun [4]. Sedangkan perianal selulitis dominan terjadi pada anak-anak[5].
ETIOLOGI
Bakteri yang menyebabkan selulitis antara lain bakteri streptococcus grup A, streptococcus grup B hemolitikus, staphylococcus aureus, bakteri batang gram negatif (Aeromonas hydrophyla), pneumococcus, haemophilus influenzae tipe B[6].
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy)[5].
Beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis :
▪ Usia[3]
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
▪ Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)[3][4]
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
▪ Diabetes mellitus[3]
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
▪ Cacar dan ruam saraf[3]
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.
▪ Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)[3]
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
▪ Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki[3]
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri penginfeksi masuk
▪ Penggunaan steroid kronik[5]
Contohnya penggunaan corticosteroid.
▪ Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia[5]
▪ Penyalahgunaan obat dan alkohol[5]
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
▪ Malnutrisi[1]
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini[1].
MANIFESTASI KLINIK
Penampakan yang paling umum adalah bagian tubuh yang menderita selullitis berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap[4]. Gejala tambahan yaitu demam, malaise, nyeri otot, eritema, edema, lymphangitis[7]. Lesi pada awalnya muncul sebagai makula eritematus lalu meluas ke samping dan ke bawah kulit dan mengeluarkan sekret seropurulen[1].
PENATALAKSANAAN
▪ Pemeriksaan Laboratorium
▫ CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri[7].
▫ BUN level[4]
▫ Creatinin level[4]
▫ Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga[7]
▫ Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko[4].
▪ Pemeriksaan Imaging[6]
▫ Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
▫ CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis. Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka pemeriksaan yang dilakukan adalah :
▫ MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
MANAJEMEN
Karena selulitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri maka dokter akan memberikan resep antibiotik untuk mengontrol bakteri penginfeksi atau disertai juga dengan analgesik untuk mengurangi rasa sakit.
Pengobatan antimikrobial antara lain :
▪ Beta-lactam antibiotik, aktivitasnya melawan S. Aureus[6]
▪ Ciproflocaxin (750 mg / 12 jam), aman dan efektif bagi berbagai variasi kulit dan infeksi struktur kulit[6]
▪ Moxiflocaxin (400 mg / hari), efektif pada kulit yang tidak sukar dan infeksi jaringan lunak[6].
▪ Cephalexin (500 mg 3 kali / hari), sama seperti Moxiflocaxin[6].
▪ Penisilin dosis tinggi (1,2-2,4 juta unit selama 14-21 hari)[1]
▪ Eritromisin (4 x 1 gram selama 14-21 hari)[1]
▪Antibiotik berspektrum luas lainnya seperti golongan sefalosporin dan golongan amoksisilin (4 kali sehari 250 mg selama 5-7 hari)[1].
Jika dengan pengobatan oral tanda dan gejala selulitis tidak juga menghilang, meluas, atau menjdi demam tinggi, maka perlu perawatan rumah sakit secara intensif dan mengonsumsi antibiotik melalui pembuluh darah. Obat-obat yang digunakan antara lain
▪ Levoflocaxin dosis tinggi (750 mg sekali / hari), pada kulit dengan ciri khusus yang rumit dan infeksi struktur kulit[6].
▪ Ticarcillin-clavulanate (3,1 gram / 4-6 jam), sama seperti Levoflocaxin dosis tinggi[6]
▪ Linezolid (600 mg / 12 jam), pada penderita dengan komplikasi kulit dengan lesi, penekanan immun, atau pembuluh darah yang tidak cukup[6]
▪ Oxacillin (2 gram / 6 jam), sama seperti Linezolid[6]
PENCEGAHAN[3]
Jika memiliki luka,
▪ Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
▪ Oleskan antibiotik
▪ Tutupi luka dengan perban
▪ Sering-sering mengganti perban tersebut
▪ Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal,
▪ Lembabkan kulit secara teratur
▪ Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
▪ Lindungi tangan dan kaki
▪ Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial
PROGNOSIS
Perawatan biasanya berlangsung selama 7-10 hari. Selulitis dapat menjadi parah jika telah kronis dan memiliki potensi mudah terserang infeksi (immunosuppressed)[7]. Namun jika selulitisnya tidak memiliki komplikasi atau tidak begitu rumit maka prognosisnya baik. Dan antibiotik memiliki keefektifan lebih dari 90% pada pasien[1].
DAFTAR PUSTAKA
[1] Siregar, R.S, “Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit”, EGC, 2005, hlm. 59
[2] Tierney, Lawrence M., et all, ”Current Medical Diagnosis & Treatment 2003”, Lange Medical Book/The McGraw Hill Company, 2003,hlm.120-121
[3] http://www.mayoclinic.com/health/cellulitis/DS00450
[4] http://www.emedicine.com/emerg/topic88.htm
[5] Wolff, Klaus et all., ”Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology”, The McGraw Hill Company, 2005, hlm. 600-612
[6] http://content.nejm.org/cgi/reprint/350/9/904.pdf
[7] http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000855.htm
kumpulan bahan kuliah Ilmu Penyakit Kulit
Halo teman2 sejawat... kali ini saya menemukan kumpulan bahan kuliah Ilmu Penyakit Kulit -dr.Danny. terima kasih kepada beliau yg memudah kan kita dalam belajar.
untuk itu saya juga ingin men-Share dgn teman2 sejawat sekalian.
klik disini: kumpulan bahan kuliah Kulit
semoga bermanfaat
Friday, March 6, 2009
Skabies
P r o l o g
Ini dia, Gudikan atau Skabies, salah satu penyakit kulit yang mudah menular dari satu orang keorang lainnya, sehingga tak jarang menyebar dalam keluarga ketika salah satu anggota keluarganya pulang kerumah membawa penyakit ini.
Di daerah Palaran-Samarinda, gudik (skabies) merebak lagi sejak tahun 2002 hingga saat ini. Pada tahap awal, penyakit gudik (skabies) sulit dibedakan dengan penyakit alergi kulit, akibatnya gudik (skabies) menyebar karena penyebabnya tidak diobati.
Biasanya, penyakit gudik (skabies) terdeteksi manakala menjangkiti lebih dari 1 orang dalam sebuah keluarga.
PENGERTIAN
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melui bekas alas tidur atau pakaian.
Penularan terjadi melalui:
· Kontak langsung,
· Kontak seksual
· Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta pakaian.
TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:
Pemeriksaan fisik yang sangat penting adalah dengan melihat bentuk tonjolan kulit yang gatal dan arena penyebarannya.
Untuk memastikan diagnosa skabies (gudik) adalah dengan pemeriksaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan mengorek tonjolan kulit atau tonjolan yang bernanah, kemudian diperiksa langsung dengan mikroskop.
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll). Infeksi sekunder biasanya disebabkan kuman akibat garukan.
Untuk mengurangi gatal dapat digunakan obat antihistamin.
Obat-obat yang lazim digunakan antara lain:
· Salep yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Dioleskan setelah mandi selama 3-4 hari dan diulang seminggu kemudian.
· Salep atau lotion yang mengandung Benzoas benzilicus 25%. Dioleskan setelah mandi selama 3-4 hari dan diulang seminggu kemudian. Dapat juga di oleskan selama 24 jam dan diulang seminggu kemudian. Jangan diberikan pada bayi dan anak-anak karena rasa panas pada kulit.
· Lotion atau cairan Benzene hexachlorid. Dioleskan setelah mandi ke tubuh ( leher ke
bawah ) kemudian dicuci bersih setelah 12 jam. Pemakaian selama 3-4 hari dan diulang
seminggu kemudian. Jangan diberikan pada bayi, anak-anak dan wanita hamil.
· Dan beberapa obat lain seperti lotion Monosulfiran 25%, dan lain-lain.
TIPS dan ANJURAN
· Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan pengobatan.
· Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas.
· Mandi teratur dengan sabun.
· Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika ternyata menderita skabies, obati semuanya secara serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
· Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk berobat secara serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
l PDT Lab Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamanin, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
l Ilmu Penyakit Kulit, Marwali H. Prof. Dr, 2000 Juni 2007
Disunting dari http://cakmoki86.wordpress.com/2007/06/16/skabies-kulit-gatal-bikin-sebal/