Jangan anggap remeh payudara Anda. Meninggalnya penyanyi legendaris Indonesia, Melky Goeslaw (59 tahun), akibat kanker payudara stadium empat, yang dideritanya sejak dua tahun silam, menyadarkan orang penyakit itu tidak hanya menimpa wanita, tetapi juga bisa pria.
Meski persentasenya lebih kecil (sekitar 1 persen) daripada perempuan, pria juga bisa terkena kanker payudara, yang juga berbahaya. Penyebaran kanker payudara pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara pria lebih tipis dari perempuan sehingga pada tahap awal mungkin sudah terjadi pelekatan pada jaringan sekitarnya. Karena itu, disarankan pria juga melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) sehingga setiap perubahan cepat diketahui.
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh menjadi sel kanker. Sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Sel-sel yang terus menerus tumbuh menjadi benjolan yang disebut dengan tumor.
Walaupun tidak berkembang, pria memiliki jaringan organ payudara yang sama dengan yang dimiliki wanita. Berbeda dengan wanita, payudara pria hanya memproduksi hormon estrogen (hormon wanita) dalam jumlah sedikit. Hormon estrogen inilah, yang menjadi salah satu pemicu terjadinya kanker pada organ payudara.
Pada pria, kondisi paling umum yang ditemukan selain produksi hormon estrogen adalah gynecomastia yaitu ditemukannya gumpalan akibat peningkatan jaringan tisu pada organ payudara, sindrom Klinefelter, terpapar radiasi, serta riwayat keluarga.
Gumpalan atau keanehan pada payudara pria akan lebih mudah ditemukan karena pria memiliki jaringan tisu yang lebih sedikit dibanding wanita. Sementara Sindrom Klinefelter adalah sindrom kelainan genetika pada pria dimana salah satu cirinya adalah bentuk payudara pria yang membesar. Pembesaran payudara yang abnormal pada pria biasanya disebabkan obat-obatan atau aktivitas hormonal.
Seperti halnya pada wanita, resiko penyakit ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Pada banyak kasus, kanker payudara pada pria terjadi pada usia 60an dan 70an. Kanker payudara yang menimpa pria dibawah usia 35 tahun sangat sedikit ditemukan.
Para pria dengan riwayat keluarga penderita kanker payudara diharapkan lebih berhati-hati karena memiliki resiko yang lebih besar. Menurut National Cancer Institute, dari pada sekitar satu juta orang pria ditemukan 14 kasus kanker payudara pada pria berkulit hitam dan 8 kasus pada pria berkulit putih. Sedangkan untuk ras Asia, kasus kanker payudara pada pria masih sangat sedikit ditemukan.
Pada tahun 2003, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderita meningkat sekitar 20% per tahun.
Kanker payudara, yang dinyatakan sebagai ‘pembunuh’ no. 2 setelah kanker leher rahim, juga mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya.
• Di Amerika Serikat 180.000 kasus baru per tahun
• Di Netherlands 91 kasus baru setiap 100.000 penduduk
• Di Indonesia sendiri, diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena penyakit kanker payudara.
Di Indonesia terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan pengobatan maupun pencegahan kanker payudara.
* 70% dari penderita berkunjung ke dokter atau rumah sakit pada keadaan stadium lanjut.
* Takut operasi, kemoterapi dan radiasi
* Masih percaya dengan pengobatan tradisional, dukun, paranormal atau ‘orang pintar’
* Tidak percaya bahwa kanker payudara dapat disembuhkan
* Tidak menyadari akan penyakit yang dideritanya
* Sosial-ekonomi
* Tidak mengetahui perlunya check up payudara secara rutin.
Seorang pasien kanker payudara harus rutin melakukan check up yang bertujuan untuk mencegah atau mengetahui penyebaran kanker. Untuk awalnya, lakukan kunujungan ke dokter setiap 3—4 bulan. Semakin lama Anda dinyatakan bersih dari kanker, kunjungan ke dokter semakin berkurang. Setelah 5 tahun, kunjungan ke dokter menjadi 1 tahun sekali. Anda juga harus melakukan mamografi baik untuk payudara yang terkena maupun yang masih sehat setiap tahunnya karena risiko terkena kanker payudara tetap ada walaupun Anda sudah terkena.(berbagai sumber/Idh)
No comments:
Post a Comment