AHLI vaksin menyatakan,hampir seluruh anak penderita alergi vaksin dapat divaksinasi secara aman melalui pengawasan ketat dengan perlengkapan dan standar pencegahan.
Merujuk hasil laporan pada September lalu dari para dokter anak, sebuah tim yang dikepalai Johns Hopkins Children’s Center memberikan instruksi langkah-langkah untuk membantu dokter mengevaluasi dan mengimunisasikan anak-anak yang diduga mengidap alergi vaksin.
Reaksi alergi terhadap vaksinasi memang jarang ditemukan, hanya satu atau dua anak dari jutaan vaksinasi yang dilakukan. Namun, hal itu dapat menjadi hal serius yang bisa mengancam nyawa anak.
Gejala yang ditimbulkan dari suatu reaksi alergi yang tidak semestinya, biasanya akan cepat terlihat,seperti gatal-gatal, kemerahan pada kulit, bengkak, menggigil, batuk, tekanan darah menurun, muntah atau diare, dan dapat memicu sesak napas hingga ancaman kematian.
Untuk membantu dokter dalam membedakan antara reaksi serius dan permulaan reaksi, peneliti mencoba menganalisis fakta-fakta mengenai vaksinasi yang aman dan alergi-alerginya.
”Kami tidak dapat menyatakan bahwa vaksin yang diberikan selama ini sudah benar-benar aman, tapi terhadap anak-anak,vaksin dapat pula menjadi pencetus suatu alergi yang serius,” kata Kepala Dokter Anak Bagian Alergi dan Imunologi di Hopkins Children’s Center, Robert Wood.
Dalam rilisnya, dia juga mengatakan bagian terpenting adalah ketika anak-anak yang telah diketahui menderita alergi dapat divaksin dengan aman. Rangkaian instruksi baru yang dikembangkan tim peneliti bertujuan untuk dapat digunakan pada anak.
Si anak telah diketahui menderita atau memiliki risiko tinggi terhadap reaksi alergi terhadap vaksin. Dalam kasus tersebut, pendapat algoritma yang diberikan ahli alergi dapat ditunjukkan dari tes terhadap kulit ataupun tes darah, untuk mendeteksi keberadaan suatu alergi hingga dugaan terhadap penyebab alergi di dalam vaksin.
Pada sejumlah kasus, seorang anak menderita alergi terhadap penyebab alergi vaksin, sebuah bentuk alternatif bahwa vaksin tersebut bebas dari penyebab alergi sehingga dapat digunakan. Nah, bila sebuah vaksin terbebas dari penyebab alergi, banyak anak dapat tetap divaksin di bawah pengawasan dokter untuk beberapa jam ke depan pascavaksinasi.
Sejatinya,imunisasi terhadap anak yang diketahui menderita alergi vaksin harus mendapat perawatan di klinik khusus.Tempat yang menyediakan peralatan pendukung terhadap ancaman kematian atau setidaknya di ICU (Intensive Care Unit) rumah sakit. Dokter juga memberikan pilihan untuk memeriksakan kekebalan anak terhadap suatu penyakit yang menjadi penolakan terhadap vaksin.
Jika anak tersebut telah menerima imunisasi, dosis lanjutan dari vaksin tidak lagi dibutuhkan. ”Kebanyakan anak yang menderita reaksi alergi setelah vaksin dapat tetap menolak menerima vaksin meskipun tidak menderita suatu penyakit.
Beberapa di antaranya dapat tetap menerima dosis tambahan dari vaksin yang mungkin dapat juga menyebabkan reaksi serupa,” ungkap spesialis penyakit infeksi Hopkins Children’s Center dan Profesor di bidang Kesehatan Internasional Johns Hopkins University School of Public Health, Neal Halsey.
Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh (respons imun) yang berlebihan. Ini diakibatkan sejumlah penyebab atau pencetus. ”Alergi dapat diturunkan dari orangtua si penderita.
Misalnya saja pada alergi udara,” ucap konsultan gizi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak di Ampera,Kemang, Putri Gita Menur SKM. Putri menuturkan, alergi dapat timbul oleh beberapa pencetus, yaitu alergi akibat makanan atau intoleransi makanan,dan bisa juga karena inhalasi/hirupan atau udara tadi.
Untuk makanan penyebabnya berhubungan dengan imunoglobin E, sedangkan pada intoleransi makanan berhubungan dengan bahan yang terdapat dalam makanan itu./healthyday
Merujuk hasil laporan pada September lalu dari para dokter anak, sebuah tim yang dikepalai Johns Hopkins Children’s Center memberikan instruksi langkah-langkah untuk membantu dokter mengevaluasi dan mengimunisasikan anak-anak yang diduga mengidap alergi vaksin.
Reaksi alergi terhadap vaksinasi memang jarang ditemukan, hanya satu atau dua anak dari jutaan vaksinasi yang dilakukan. Namun, hal itu dapat menjadi hal serius yang bisa mengancam nyawa anak.
Gejala yang ditimbulkan dari suatu reaksi alergi yang tidak semestinya, biasanya akan cepat terlihat,seperti gatal-gatal, kemerahan pada kulit, bengkak, menggigil, batuk, tekanan darah menurun, muntah atau diare, dan dapat memicu sesak napas hingga ancaman kematian.
Untuk membantu dokter dalam membedakan antara reaksi serius dan permulaan reaksi, peneliti mencoba menganalisis fakta-fakta mengenai vaksinasi yang aman dan alergi-alerginya.
”Kami tidak dapat menyatakan bahwa vaksin yang diberikan selama ini sudah benar-benar aman, tapi terhadap anak-anak,vaksin dapat pula menjadi pencetus suatu alergi yang serius,” kata Kepala Dokter Anak Bagian Alergi dan Imunologi di Hopkins Children’s Center, Robert Wood.
Dalam rilisnya, dia juga mengatakan bagian terpenting adalah ketika anak-anak yang telah diketahui menderita alergi dapat divaksin dengan aman. Rangkaian instruksi baru yang dikembangkan tim peneliti bertujuan untuk dapat digunakan pada anak.
Si anak telah diketahui menderita atau memiliki risiko tinggi terhadap reaksi alergi terhadap vaksin. Dalam kasus tersebut, pendapat algoritma yang diberikan ahli alergi dapat ditunjukkan dari tes terhadap kulit ataupun tes darah, untuk mendeteksi keberadaan suatu alergi hingga dugaan terhadap penyebab alergi di dalam vaksin.
Pada sejumlah kasus, seorang anak menderita alergi terhadap penyebab alergi vaksin, sebuah bentuk alternatif bahwa vaksin tersebut bebas dari penyebab alergi sehingga dapat digunakan. Nah, bila sebuah vaksin terbebas dari penyebab alergi, banyak anak dapat tetap divaksin di bawah pengawasan dokter untuk beberapa jam ke depan pascavaksinasi.
Sejatinya,imunisasi terhadap anak yang diketahui menderita alergi vaksin harus mendapat perawatan di klinik khusus.Tempat yang menyediakan peralatan pendukung terhadap ancaman kematian atau setidaknya di ICU (Intensive Care Unit) rumah sakit. Dokter juga memberikan pilihan untuk memeriksakan kekebalan anak terhadap suatu penyakit yang menjadi penolakan terhadap vaksin.
Jika anak tersebut telah menerima imunisasi, dosis lanjutan dari vaksin tidak lagi dibutuhkan. ”Kebanyakan anak yang menderita reaksi alergi setelah vaksin dapat tetap menolak menerima vaksin meskipun tidak menderita suatu penyakit.
Beberapa di antaranya dapat tetap menerima dosis tambahan dari vaksin yang mungkin dapat juga menyebabkan reaksi serupa,” ungkap spesialis penyakit infeksi Hopkins Children’s Center dan Profesor di bidang Kesehatan Internasional Johns Hopkins University School of Public Health, Neal Halsey.
Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh (respons imun) yang berlebihan. Ini diakibatkan sejumlah penyebab atau pencetus. ”Alergi dapat diturunkan dari orangtua si penderita.
Misalnya saja pada alergi udara,” ucap konsultan gizi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak di Ampera,Kemang, Putri Gita Menur SKM. Putri menuturkan, alergi dapat timbul oleh beberapa pencetus, yaitu alergi akibat makanan atau intoleransi makanan,dan bisa juga karena inhalasi/hirupan atau udara tadi.
Untuk makanan penyebabnya berhubungan dengan imunoglobin E, sedangkan pada intoleransi makanan berhubungan dengan bahan yang terdapat dalam makanan itu./healthyday
oleh www.infeksi.com (2008)
No comments:
Post a Comment