Monday, March 31, 2008

Hipertensi+diabetes VS Lidah Buaya

Tumbuhan lidah buaya (Aloe vera Linn atau Aloe barbadensis) berdaun tunggal berbentuk taji, ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi daun bergerigi, tebal berdaging, dan mudah patah. Permukaan daun berwarna hijau dan berbintik putih.

Lidah buaya bersifat dingin dan berkhasiat sebagai penurun kadar gula, pengontrol tekanan darah, antibiotik, dan analgesik (pereda sakit). Zat aloin dalam lidah buaya berfungsi sebagai pencahar.

Pemakaian lidah buaya lebih ditekankan sebagai immunotherapy dengan menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan kanker dan ditunjang oleh khasiatnya sebagai antinflamasi (antiradang). Fungsi ini berkaitan dengan senyawa polisakarida yang terkandung dalam gel daunnya. Sementara itu, daun lidah buaya memiliki khasiat sebagai antikanker dan antitumor.

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa pahit, dingin. Anti radang, pencahar (Laxative), parasitiside. Herba ini masuk ke meridian jantung, hati dan pancreas. KANDUNGAN KIMIA: Aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin.
Ramuan lidah buaya
Bahan: Satu buah pelepah lidah buaya yang sudah tua berukuran sedang, dibuang durinya, tapi jangan buang kulitnya.

Cara Membuat: Potong-potong dan rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Air rebusan lidah buaya diminum 3 kali sehari. Setiap kali hendak minum, Anda harus membuat rebusan baru. @

Petai atasi stroke, tekanan darah, Ginjal sampai anti depresan

Akibat dicap sebagai makanan kampung yang tidak berkelas, petai dipinggirkan. Padahal, nilai gizinya sekelas apel. Selain mengandung antioksidan yang bisa menangkal macam-macam penyakit, petai dapat juga meningkatkan kemampuan belajar anak dan menghilangkan depresi. Makan petai bagi seba­gian orang mungkin memalukan. Selain dianggap sebagai makanan kelas rendah, makan petai selalu identik dengan bau mulut dan bau kentut yang membuat orang dengan sekejap menjauh. Siapa sangka petai punya manfaat yang luar biasa bagi tubuh?

Dalam dunia tumbuhan, tanaman petai diklasifikasikan dalam keluarga Leguminosae (Mimosaceae), marga Parkia dan jenis Parkia speciosa Tanaman petai berupa pohon dengan ketinggian antara 5-25 meter dan membentuk percabangan yang banyak. Bagian dari buah petai yang paling penting untuk dimanfatkan adalah bijinya. Meskipun menghasilkan bau tidak sedap, biji petai sangat digemari oleh sebagian orang karena dapat meningkatkan selera makan. Petai dapat dimakan mentah sebagai lalap, direbus, digoreng atau dibakar. Petai juga banyak dimanfaatkan sebagai penyedap makanan.

Berdasarkan jumlah biji pada polongnya, tanaman petai dikelompokkan menjadi dua yaitu petai gajah dan petai kacang. Petai gajah mempunyai polong sepanjang 25-30 cm, dengan jumlah biji sebanyak 15 atau lebih. Bijinya berukuran besar. Petai kacang ukuran polongnya lebih pendek dari petai gajah. Jumlah biji tiap polong antara 10-12. Ukuran bijinya juga lebih kecil.

Sumber Energi
Dibanding apel, petai memiliki protein empat kali lebih banyak, karbohidrat dua kali lebih banyak, tiga kali lipat fosfor, lima kali lipat vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya. Petai merupakan sumber energi yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. Petai mengandung tiga macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Kombinasi tersebut mampu memberikan dorongan tenaga instan, tetapi cukup lama dan cukup besar efeknya.

Riset membuktikan, dua porsi petai mampu memberikan tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas berat selama 90 menit. Karena itu, petai merupakan sumber energi yang potensial untuk mendukung berbagai aktivitas.

Kandungan fosfor pada petai juga cukup baik, yaitu 115 mg per 100 g biji. Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium. Kurang lebih satu persen berat tubuh kita terdiri dari fosfor. DNA dan RNA di dalam tubuh kita terdiri dari fosfor dalam bentuk fosfat, demikian juga membran sel yang membantu menjaga permeabilitas sel. Sebagian besar fosfor diserap tubuh dalam bentuk anorganik, khususnya di bagian atas duodenum hingga 70 persen. Pada umumnya jumlah fosfor yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 800 mg per hari, kira-kira sama dengan kalsium.

Petai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu 46 mg per 100 g biji. Vitamin C sangat penting perannya dalam proses hidroksilasi asam amino prolin clan lisin, menjadi hidroksiprolin clan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang penting. Penjagaan agar fungsi itu tetap mantap banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh. Perannya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres. Rata-rata kebutuhan tubuh akan vitamin C adalah 75 mg per hari pada wanita dan 90 mg per hari. pada pria dewasa.

Kandungan vitamin A pada petai juga cukup baik, yaitu 200 IU per 100 g. Vitamin A berperan menjaga agar kornea mata selalu sehat. Mata yang normal biasanya mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa, sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Namun, bila kekurangan vitamin A, sel epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein yang tidak larut dalam air dan mukus. Penelitian yang dilakukan oleh Widiarti (2002) membuktikan bahwa konsumsi petai sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain nilai gizinya yang tinggi, petai juga mengandung beberapa senyawa kimia lain seperti Cyclic polysulphida dan Thiozoline-4-Carbocyclic (TCA), yang dapat digunakan untuk pengobatan.


Mengapa Bau?
Bau tak sedap yang khas merupakan salah satu ciri dari napas maupun urin penggemar fanatik petai. Di Amerika, petai terkenal sebagai the most horrible food ini the world (makanan yang paling mengerikan di dunia) lantaran baunya yang menusuk. Apa yang membuat petai mengasilkan bau yang luar biasa?

Penyebab bau itu sebenarnya adalah asam-asam amino yang terkandung di dalam biji petai. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur sulfur (S). Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau. Salah satu gas yang terbentuk dari unsur itu adalah gas H2S (hidrogen sulfida) yang terkenal sangat bau. Bau yang ditimbulkan dari petai itu sebenarnya cukup mengganggu, terutama bagi orang lain yang tidak ikut mengonsumsi. Bagi yang mengonsumsi, meskipun bau setidak-tidaknya sudah menikmati kelezatan petai. Namun, bagi orang lain yang tidak ikut menikmati dan cuma kebagian baunya, akan merasa sangat terganggu. Apalagi dengan air seru yang dikeluarkan­
nya. Jika pemakan petai ini buang air di jamban kurang sempurna membilasnya, jamban akan berbau tidak enak dan mengganggu ketenangan orang lain.

Bila Anda penggemar berat petai, Anda tidak perlu berkecil hati. Meskipun belum memiliki bukti ilmiah secara pasti, menghindarkan bau petai dapat dilakukan dengan mengunyah sedikit bubuk kopi selama beberapa menit, kemudian minum air putih dingin. Konsumsi mentimun juga dapat mengurangi bau petai. Proses pemasakan dengan panas juga sering dilakukan oleh ibu rumah tangga untuk mengurangi bau petai.

Kendurkan Saraf & Hilangkan Depresi
Apakah Anda sering merasa bad ini the mood? Itu tandanya bahwa Anda kekurangan gizi. Mood dikendalikan oleh sistem kerja otak. Kemampuan kerja otak dipengaruhi oleh masukan zat gizi yang diperlukan. Aneka zat gizi itu harus dipasok secara berimbang dari makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Salah satu zat gizi yang berperan memperbaiki mood adalah triptofan (suatu asam amino esensial).

Salah satu survei menunjukkan bahwa di antara pasien penderita depresi, banyak yang merasa menjadi lebih baik setelah makan petai. Hal itu terjadi karena petai mengandung triptofan, yaitu asam amino yang dapat diubah tubuh menjadi serotonin. Serotonin merupakan suatu neurotransmitter yang dapat memberikan efek kalem (calming effect). Efek tersebut akan membuat tubuhmenjadi rileks, mood membaik, dan secara keseluruhan dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia. Hal itu disebabkan oleh kemampuan tirptofan untuk mengendurkan saraf di otak.

OBAT HATI DAN GINJAL
Radikal bebas mudah sekali ditemukan pada berbagai produk pangan, terutama pada produk yang digoreng atau dibakar. Hidrogen peroksida; superoxidee anion, dan hidroksil, merupakan contoh-contoh radikal bebas. Molekul tersebut sangat tidak stabil, sangat reaktif, dan merusak jaringan. Radikal bebas akan menjadi tidak berdaya bila berhadapan dengan antioksidan.

Dari penelitian biomolekuler tingkat sel, terbukti bahwa antioksidan dapat melindung jaringan tubuh dart efek negatif radikal babas. Antioksidan ini ada yang terbentuk di dalam sel-sel tubuh kita (intraseluler), ada pula yang terbentuk dari luar sel tubuh (ekstraseluler), salah satunya adalah dari makanan. Untuk membantu ketidakmampuan sistem antioksidan tubuh, beberapa peneliti telah menemukan senyawa alarm dari tumbuhan yangg dapat berperan sebagai antioksidan. Ternyata antioksidan dari beberapa jenis sayur dan buah dapat diandalkan untuk melawan radikal bebas.

Dalam buku Medicinal Plants: Quality Herbal Products for Healft Living (1999), karangan Vimala S. dkk., dinyatakan bahwa biji petai memiliki aktivitas pembersih superoksida (salah satu radikal bebas) yang tinggi, yakni di atas 70 persen. Biji petai juga dikenal sebagai obat penyakit lever (hepatatgia), udema, radang ginjal (nefiritis), diabetes, dan sebagai peluruh cacing (anteimintik). Daunnya-digunakan sebagai bahan obat sakit kuning. Khasiat itu diduga berkaitan dengan kandungan alkaloidnya. Selain itu, kandungan vitamin A dan vitamin C pada biji petai bermanfaat sebagai antioksidan.

Turunkan Risiko Kematian Akibat Stroke
Petai juga mempunyai manfaat lain yang luar biasa. Jika mengalami PMS (premenstrual syndrome), yaitu sindroma menjelang datangnya menstruasi, seseorang tidak perlu minum tablet apa pun, cukup atasi dengan makan petai. Vitamin B6 yang dikandung petai dapat mengatur kadar gula darah, sehingga akan membangkitkan mood dengan kandungan zat besi yang cukup tinggi (1,2 mg/ 100 g), petai juga dapat menstimulasi produksi sel darah merah dan membantu apabila terjadi anemia. Buah tropis unik ini juga sangat tinggi kalium, tetapi rendah garam, sehingga sa­ngat sempurna untuk memerangi tekanan darah. Begitu besar manfaatnya, sehingga FDA Amerika mengizinkan perkebunan petai untuk melakukan klaim resmi mengenai kemampuan buah ini untuk menun.uikan risiko tekanan darah dan stroke.

Menurut riset dalam The New England Journal of Medicine, makan petai sebagai bagian dari makanan sehari-hari akan menurunkan risiko kematian karena stroke sampai 40 persen. Buah petai juga dapat meningkatkan kemampuan otak. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 200 siswa di Twickenham (Middlesex) menyatakan para siswa itu mengalami peningkatan kemampuan belajar setelah memakan petai pada saat sarapan, istirahat dan makan siang. Riset membuktikan bahwa buah dengan kandungan kalium tinggi dapat membantu proses belajar dengan cara meningkatkan kewaspadaan siswa.

PENJAGA SALURAN PENCERNAAN
Kandungan serat dietary fibers yang tinggi membuat petal sangat balk untuk saluran pencernaan. Petal digunakan sebagai makanan untuk merawat pencernaan karena teksturnya yang lembut dan halus. Buah ini juga mampu menetralkan asam lambung dan mengurangi iritasi dengan melapisi permukaan dalam lambung. Petai memiliki efek antasid pada tubuh, sehingga bila dada Anda terasa panas akibat kebanyakan makan, cobalah makan petal untuk mengurangi sakitnya. Karena kandungan energinya yang tinggi, petal dianjurkan dimakan di antara dua waktu makan untuk mempertahankan kadar gula darah dan menghindari muntah.

Petai juga sangat baik untuk menjaga suhu tubuh. Banyak budaya lain yang melihat petai sebagai buah "dingin" yang mampu menurunkan suhu tubuh dan emosi ibu yang menanti kelahiran anaknya. Di Belanda misalnya, ibu hamil akan makan petai untuk meyakinkan agar si bayi lahir dengan suhu tidak tinggi. Petai juga merupakan obat mabuk yang baik. Salah satu cara paling cepat untuk menyembuhkan "penyakit" mabuk adalah milkshake petai, yang dimaniskan dengan madu. Petai akan membantu menenangkan perut dan dengan bantuan madu bakal meningkatkan kadar gula darah yang telah turun. Sementara susu akan menenangkan dan kembali memperbaiki kadar cairan dalam tubuh.

Setelah membaca semua fakta di atas, Anda harus percaya bahwa petai adalah obat alami untuk berbagai macam penyakit. Sekaranglah saatnya Anda mengubah kata-kata yang sudah terkenal mengenai apel itu menjadi A petai a day keeps the doctor away (makan petai tiap hari akan menjauhkan Anda dari dokter). Makan petai, siapa takut?

Mahkota Dewa Untuk Kanker dan Diabetes

Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya.


Nama Lokal :
NAMA DAERAH Simalakama (Melayu), makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Jawa). NAMA ASING - NAMA SIMPLISIA Phaleriae Fructus (buah mahkota dewa).


Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT DAN KHASIAT Buah berkhasiat menghilangkan gatal (antipruritus) dan antikanker. Biji berracun. EFEK FARMAKOLOGIS DAN HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaktivitas ekstrak buah mahkota dewa dengan metode BSLT yang dilanjutkan dengan uji penapisan antikanker in vitro terhadap sel leukemia 1210, menunjukkan toksisitas yang sangat tinggi dan potensial sebagai antikanker. Identifikasi senyawa kimia aktif dalam ekstrak buah mahkota dewa didapat senyawa lignan yang termasuk dalam golongan polifenol dan senyawa syringaresinol (Dra. Vivi Lisdawati MSi, Apt., tesis S-2 di FMIPA UL Suara Pembaruan, Rabu, 9 April 2003).

Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIGUNAKAN
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun; daging dan kulit buahnya. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau yang telah dikeringkan, sedangkan daging buah digunakan setelah dikeringkan.

INDIKASI
Kulit buah dan daging buah digunakan untuk:
disentri,
psoriasis, dan jerawat.

Daun dan biji digunakan untuk pengobatan:
penyakit kulit, seperti ekzim dan gatal-gatal.

CARA PEMAKAIAN
Belum diketahui dosis efektif yang aman dan bermanfaat. Untuk obat yang diminum, gunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat, seperti kanker dan psoriasis, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan. Perhatikan efek samping yang timbul.

CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Disentri
Rebus kulit buah mahkota dewa yang sudah dikeringkan (15 g) dengan dua gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring clan minum airnya sekaligus. Lakukan 2--3 kali dalam sehari.

Psoriasis
Belah buah mahkota dewa segar (tiga buah), bijinya dibuang, lalu iris tipis-tipis dan jemur sampai kering. Rebus simplisia ini dengan satu liter air dengan api besar. Setelah mendidih, kecilkan api dan rebus sampai airnya tersisa seperempatnya. Setelah dingin, saring dan minum airnya sehari dua kali, masing-masing separuhnya. Jika timbul gejala keracunan, turunkan dosis atau hentikan penggunaannya.

Eksim, gatal-gatal
Cuci daun mahkota dewa segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tempelkan pada bagian yang sakit, lalu balut. Ganti 2--3 kali dalam sehari.

Catatan:
Penggunaan tanaman obat harus berdasarkan asas manfaat dan keamanan. Jika bermanfaat untuk penyembuhan penyakit, tetapi tidak aman karena beracun, harus dipikirkan kemungkinan timbulnya keracunan akut maupun keracunan kronis yang mungkin terjadi.

Bagian buah, terutama bijinya berracun. Jika buah segar dimakan langsung, bisa menyebabkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, kejang, sampai pingsan.
Menggunakan dengan dosis berlebihan dalam waktu lama bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala kronis.

Ibu hamil dilarang minum tanaman obat in

Komposisi :
Daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkaloid, saponin, dan polifenol (lignan). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid.

Kompas - Untuk memanfaatkan potensi tanaman obat Indonesia dan sekaligus meyakinkan masyarakat penggunanya, penelitian adalah salah satu kuncinya. Maka buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) kini juga tengah diteliti secara ilmiah kandungan dan khasiatnya.

Hasil penelitian awal kerja sama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Prof Dr Akio Mimura yang baru saja pensiun dari Departemen Bioteknologi Universitas Yamanashi (Jepang) dengan PT Mahkota Dewa Indonesia menunjukkan, tanaman ini mampu menekan pertumbuhan kanker.

Menurut Dr M Ahkam Subroto, peneliti bioteknologi dari LIPI, diketahui bahwa mahkota dewa mengandung senyawa yang disebut apoptosis. "Senyawa ini memicu sel-sel kanker membunuh dirinya sendiri," paparnya dalam seminar tentang peran mahkota dewa dalam pengobatan kanker, Kamis (26/5) di Jakarta.

Karena itu, kegiatan utama dalam penelitian satu tahun terakhir adalah melihat bagaimana kerja senyawa yang ditemukan dalam menekan pertumbuhan sel kanker, melihat efektivitas kandungan antioksidannya, dan memahami mekanisme diferensiasinya. Semua dilakukan secara in vitro.

Penelitian yang ditargetkan selesai dalam tiga tahun tersebut juga mengupayakan elusidasi struktur untuk melihat adanya senyawa baru.

Sambung Nyawa untuk anti kanker dan demam

Herba, berdaging. Batang memanjat, rebah, atau merayap, bersegi, gundul, berdaging, hijau keunguan, menahun. Daun berbentuk helaian daun, bentuk bulat telur, bulat telur memanjang, bulat memanjang, ukuran panjang 3,5 - 12,5 cm, lebar 1- 5,5 cm, ujung tumpul, runcing, meruncing pendek, pangkal membulat atau rompang. Tepi daun rata, bergelombang atau agak bergigi. Tangkai daun 0,5 cm sampai 1,5 cm. Permukaan daun kedua sisi gundul atau berambut halus. Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai (panicula) sampai malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm. Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul, ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu. Buah berbentuk garis, panjang 4 - 5 mm, coklat. Daun mempunyai susunan dan fragmen yang sesuai dengan sifat anatomi keluarga tumbuhan bunga matahari (Asteraccae = Compositae). Waktu berbunga Januari - Desember. Di Jawa perbungaan jarang ditemukan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 - 1200 m dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput . Secara kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk penumbuhan kalus G. procumbens adalah tangkai daun yang ditaburkan. Media yang terbaik untuk penumbuhan kalus adalah media RTK yaitu media RT dengan air kelapa 10%. Pemberian kombinasi pupuk N dan P memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil produksinya. Pemakaian BA 1 - 4 mg/l memberikan kondisi yang baik untuk multiplikasi tunas. Cara perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan stek batang. Pertumbuhan batang dan daun cepat sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman akan tumbuh baik pada tempat ternaungi karena helaian daun lebih tipis dan lebar, sehingga lebih enak untuk dimakan segar.


Nama Lokal :
NAMA DAERAH: -- NAMA ASING: -- NAMA SIMPLISIA: --


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Minyak atsiri daun Sambung nyawa yang diencerkan dengan etilasetat (1:6) dapat berefek positif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Namun E. coli tidak dihambat oleh minyak atsiri pada pengenceran yang sama secara in vitro. Pemberian ekstrak daun yang larut dalam etanol daun G. procumbens dengan dosis setara dengan 100 g dan 200 g tanaman per mencit, 2 kali seminggu selama 8 minggu, secara nyata menurunkan jumlah nodul tumor per paru, maupun prosentase mencit yang terkena tumor karena benzo(a) piren. Fraksi residu ekstrak daun G. Procumbens yang dilarutkan dalam etanol mempunyai aktivitas biologis terhadap sel vero dengan kadar hambat minimal 4026 µg/ml, terhadap sel mieloma dengan LC50 187 µg/ml. Sari daun yang larut dalam air dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus normal Sambung nyawa mengandung asparaginase dengan aktivitas spesifik 0,0175 ? 0,0080. Waktu inkubasi untuk menentukan aktivitas asparaginase Sambung nyawa adalah 40 menit. Lamanya waktu inkubasi berpengaruh terhadap aktivitas asparaginase Sambung nyawa. Selain waktu inkubasi, pH mempengaruhi aktivitas asparaginase Sambung nyawa dan aktivitas tertinggi pada pH 8,6 yaitu 1,64? 0,232 g NH3 / menit / mg protein. Toksisitas Ekstrak daun G. Procumbens yang larut dalam etanol memiliki LC50 <>

Pemanfaatan :

KEGUNAAN DI MASYARAKAT
Batang tanaman Sambung nyawa sering digunakan untuk menurunkan demam. Sambung nyawa juga digunakan dalam upaya penyembuhan penyakit ginjal, disentri, infeksi kerongkongan, di samping itu digunakan pada upaya menghentikan perdarahan, mengatasi tidak datang haid dan gigitan binatang berbisa.
Umbi untuk menghilangkan bekuan darah (haematom), pembengkakan, patah tulang, dan perdarahan setelah melahirkan.

CARA PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Untuk mengatasi gigitan ular / serangga digunakan daun dan umbi tumbuhan Sambung nyawa 1 batang, kunyit sebesar telur ayam 1 biji. Kunyit dikupas, dicuci kemudian ditumbuk bersama bahan lain hingga lembut. Tempelkan pada luka dan dibalut dengan air bersih.

Untuk mengatasi muntah darah / perdarahan rahim digunakan pohon Sambung nyawa dan umbinya 1 batang, kunyit 1 jari, kayu secang (tua) yang telah diserut 1/4 genggam. Kunyit dikupas, diiris tipis, kemudian direbus bersama bahan lainnya dengan air 2 gelas hingga tinggal 1 1/2 gelas. Angkat dan saring, diminum 2 kali sehari ½ gelas.

Untuk penyembuhan bisul digunakan daun Sambung nyawa segar 8 gram dicuci, ditumbuk sampai lumat. Kemudian ditempelkan pada bisul.

Komposisi :
Daun mengandung 4?senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid) . Metabolit yang terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p?kumarat, asam p?hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri. Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; sedangkan pada bercak 11 diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara lain flavon / flavonol (3?hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi gugus 5?hidroksi. Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B .

Kaca Piring Bungkam Diabetes


Pdpersi, Jakarta - Kacapiring berasal dari Cina dan Jepang. Bisa ditemukan sebagai tanaman hias di pakarangan pada daerah pegunungan dengan ketinggian 400 m dpl dan baru berbuah jika ketinggian sekitar 3.000 kaki dpl.

Perdu tegak dengan ketinggian 1-2 m ini mempunyai batang bulat berkayu, bercabang, ranting muda, dan daunnya berlapis lilin. Daun letaknya berhadapan atau berkarang tiga, tebal dan licin seperti kulit, bertangkai pendek bentuknya elips atau bulat telur sungsang, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan atas mengkilap, panjang 4,5-13 cm, lebar 2-5 cm, warnanya hijau tua. Bunga tunggal, bertangkai pendek, warnanya putih, keluar dari ujung ranting, baunya harum. Buah bentuknya bulat telur, kulitnya tipis, mengandung pigmen berwarna kuning, dan berbji banyak.

Di Cina, bunganya digunakan sebagai penambah rasa pada daun teh. Buahnya bisa dimakan dan dapat digunakan sebagai pewarna kuning pada makanan (seperti kunyit). Perbanyakan dengan biji, cangkok, atau stek batang.

Sifat dan Khasiat
Buah kacapiring rasanya pahit, sifatnya dingin, dengan afinitas ke meridian jantung, hati, paru, lambung, dan sanjiao. Buah kacapiring berfungsi sebagai pembersih panas dan api, menyejukkan darah, membuang racun, serta menghilangkan lembab. Khasiat buah kacapiring adalah meningkatkan fungsi hati dan menenangkan emosi (sedative), malancarkan aliran empedu ke usus (kolagoga), antiradang (antiflogistik), antibiotic, pereda demam (anti piretik), peluruh dahak, peluruh kencing (diuretik), penyejuk darah, penawar racun (detoksikan), penghenti perdarahan (hemostatis), dan menghancurkan bekuan darah. Ekstrak buah kacapiring berkhasiat hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari kerusakan akibat racun.

Akar dan bunga berkhasiat peluruh haid. Bunga berkhasiat hemostatis, penenang (sedatif), dan peluruh kencing (diuretik).

Kandungan Kimia
Buah mengandung minyak asiri, gardenin, gardenosid, geniposid, genipin-1-©¬-D-gentiobioside, gardoside (8,10 dehydrologanin), scandoside menthyl ester, glikosid, ©¬-sitosterol, ¥á-mannitol, nonacosane, krosetin, krosin, klorogenin, tannin, dan dekstrose. Gardenin adalah kloroform berwarna kuning emas, larut dalam alcohol dan kloroform. Kulit buah mengandung ursolic acid.

Daun mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak asiri.

Bagian yang Digunakan
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah buah masak (zhi zi) dan akarnya. Daun dan bunga juga digunakan sebagai obat. Buah dipetik setelah masak, lalu kukus atau rebus sebentar sebelum dikeringkan untuk disimpan. Buah bisa digunakan segar atau setelah dikeringkan. Daun dipetik sepanjang tahun. Setelah dicuci bersih, lalu jemur sampai kering.

Indikasi
Buah kacapiring digunakan untuk mengatasi:
Penyakit dengan demam yang memberikan gejala demam tinggi, mudah tersinggung, delirium, gangguan kesadaran,
Radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice) di sertai demam, tidak nafsu makan, air kencing sedikit (oliguria), dan kencing sakit (disuria),
Radang selaput lender kandung kencing (cystitis),
Radang payudara (mastitis),
Perdarahan akibat darah panas seperti muntah darah (hematemesis), kencing darah (hematuria), berak darah, batuk darah (hemoptisis), mimisan (epistaksis),
Susah tidur (insomnia),
Sakit tenggorok, sariawan, sakit gigi,
Disentri, gigitan ular,
Mata bengkak dan nyeri (conjungtivitis akut), dan
Tekanan darah tinggi (hipertensi).


Daun kacapiring digunakan untk mengatasi:
Demam,
Sesak napas,
Tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
Sariawan (obat kumur).

Cara Pemakaian
Untuk obat yang diminum, gunakan 30-60 g akar atau 3-9 g buah, lalu rebus dan minum airnya

Untuk pemakaian luar, giling buah kacapiring segar sampai halus, lalu tambahkan putih telur atau arak putih. Selanjutnya, tempelkan pada bagian tubuh yang sakit, seperti luka memar, keseleo, radang kulit (bisul, abses, borok, cacar ular/herpes zoster), luka bakar, tersiram air panas, dan sakit gigi. Pasta herba kacapiring yang digiling halus dan dicampur dengan terigu dan arak putih sangat efektif untuk pengobatan traima di tendon, ligament, sendi, dan otot. Di Vietnam, bunga kacapiring digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi gangguan pada mata.

Efek Farmokogis dan Hasil Penelitian
Penelitian pada tikus dan kelinci membuktikan bahwa buah kacapiring berkhasiat kolagoga dan koleretik.

Ekstra etanol buah kacapiring menurunkan aktivitar spontan pada binatang yang mengindikasikan adanya efek sedative. Disamping itu, juga ditemukan khasiat antipiretik.

Air rebusan atau ekstrak etanol buah kacapiring memperlihatkan efek hipotensif pada binatang percobaan.

Rebusan buah kacapiring juga berkhasiat antibakteri dan pada percobaan in vitro menghambat aktifitas berbagai macam jamur kulit.

Catatan
Jangan mium rebusan buah kacapiring jika sedang menderita diare.

Obat paten: Daochi Pien, Ching Fei Yi Huo Pien, Zhizi Jinhua Wan. Kacapiring Uraian Tumbuhan

Kacapiring berasal dari Cina dan Jepang. Bisa ditemukan sebagai tanaman hias di pakarangan pada daerah pegunungan dengan ketinggian 400 m dpl dan baru berbuah jika ketinggian sekitar 3.000 kaki dpl.

Perdu tegak dengan ketinggian 1-2 m ini mempunyai batang bulat berkayu, bercabang, ranting muda, dan daunnya berlapis lilin. Daun letaknya berhadapan atau berkarang tiga, tebal dan licin seperti kulit, bertangkai pendek bentuknya elips atau bulat telur sungsang, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan atas mengkilap, panjang 4,5-13 cm, lebar 2-5 cm, warnanya hijau tua. Bunga tunggal, bertangkai pendek, warnanya putih, keluar dari ujung ranting, baunya harum. Buah bentuknya bulat telur, kulitnya tipis, mengandung pigmen berwarna kuning, dan berbji banyak.

Di Cina, bunganya digunakan sebagai penambah rasa pada daun teh. Buahnya bisa dimakan dan dapat digunakan sebagai pewarna kuning pada makanan (seperti kunyit). Perbanyakan dengan biji, cangkok, atau stek batang.

Sifat dan Khasiat
Buah kacapiring rasanya pahit, sifatnya dingin, dengan afinitas ke meridian jantung, hati, paru, lambung, dan sanjiao. Buah kacapiring berfungsi sebagai pembersih panas dan api, menyejukkan darah, membuang racun, serta menghilangkan lembab. Khasiat buah kacapiring adalah meningkatkan fungsi hati dan menenangkan emosi (sedative), malancarkan aliran empedu ke usus (kolagoga), antiradang (antiflogistik), antibiotic, pereda demam (anti piretik), peluruh dahak, peluruh kencing (diuretik), penyejuk darah, penawar racun (detoksikan), penghenti perdarahan (hemostatis), dan menghancurkan bekuan darah. Ekstrak buah kacapiring berkhasiat hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari kerusakan akibat racun.

Akar dan bunga berkhasiat peluruh haid. Bunga berkhasiat hemostatis, penenang (sedatif), dan peluruh kencing (diuretik).

Kandungan Kimia
Buah mengandung minyak asiri, gardenin, gardenosid, geniposid, genipin-1-©¬-D-gentiobioside, gardoside (8,10 dehydrologanin), scandoside menthyl ester, glikosid, ©¬-sitosterol, ¥á-mannitol, nonacosane, krosetin, krosin, klorogenin, tannin, dan dekstrose. Gardenin adalah kloroform berwarna kuning emas, larut dalam alcohol dan kloroform. Kulit buah mengandung ursolic acid.

Daun mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak asiri.

Bagian yang Digunakan
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah buah masak (zhi zi) dan akarnya. Daun dan bunga juga digunakan sebagai obat. Buah dipetik setelah masak, lalu kukus atau rebus sebentar sebelum dikeringkan untuk disimpan. Buah bisa digunakan segar atau setelah dikeringkan. Daun dipetik sepanjang tahun. Setelah dicuci bersih, lalu jemur sampai kering.

Indikasi
Buah kacapiring digunakan untuk mengatasi:
Penyakit dengan demam yang memberikan gejala demam tinggi, mudah tersinggung, delirium, gangguan kesadaran,
Radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice) di sertai demam, tidak nafsu makan, air kencing sedikit (oliguria), dan kencing sakit (disuria),
Radang selaput lender kandung kencing (cystitis),
Radang payudara (mastitis),
Perdarahan akibat darah panas seperti muntah darah (hematemesis), kencing darah (hematuria), berak darah, batuk darah (hemoptisis), mimisan (epistaksis),
Susah tidur (insomnia),
Sakit tenggorok, sariawan, sakit gigi,
Disentri, gigitan ular,
Mata bengkak dan nyeri (conjungtivitis akut), dan
Tekanan darah tinggi (hipertensi).


Daun kacapiring digunakan untk mengatasi:
Demam,
Sesak napas,
Tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
Sariawan (obat kumur).

Cara Pemakaian
Untuk obat yang diminum, gunakan 30-60 g akar atau 3-9 g buah, lalu rebus dan minum airnya

Untuk pemakaian luar, giling buah kacapiring segar sampai halus, lalu tambahkan putih telur atau arak putih. Selanjutnya, tempelkan pada bagian tubuh yang sakit, seperti luka memar, keseleo, radang kulit (bisul, abses, borok, cacar ular/herpes zoster), luka bakar, tersiram air panas, dan sakit gigi. Pasta herba kacapiring yang digiling halus dan dicampur dengan terigu dan arak putih sangat efektif untuk pengobatan traima di tendon, ligament, sendi, dan otot. Di Vietnam, bunga kacapiring digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi gangguan pada mata.

Efek Farmokogis dan Hasil Penelitian
Penelitian pada tikus dan kelinci membuktikan bahwa buah kacapiring berkhasiat kolagoga dan koleretik.

Ekstra etanol buah kacapiring menurunkan aktivitar spontan pada binatang yang mengindikasikan adanya efek sedative. Disamping itu, juga ditemukan khasiat antipiretik.

Air rebusan atau ekstrak etanol buah kacapiring memperlihatkan efek hipotensif pada binatang percobaan.

Rebusan buah kacapiring juga berkhasiat antibakteri dan pada percobaan in vitro menghambat aktifitas berbagai macam jamur kulit.

Catatan
Jangan mium rebusan buah kacapiring jika sedang menderita diare.

Teh Guna Kolesterol dan trigiserida darah tinggi tubuh





Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200 - 2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu var. assamica yang berasal dari Assam dan var. sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setinggi 5 - 10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6 - 18 cm, lebar 2 - 6 cm, warnanya hijau, permukaan mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3 - 4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1 - 3. Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan.



Nama Lokal :
Enteh (Sunda).; Pu erh cha (China), theler (Perancis), teestrauch (Jerman),; Te (Itali), cha da India (Portugis), tea (Inggris).;



Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit kepala, diare, penyubur dan menghitamkan rambut,; Kolesterol dan trigliserida darah tinggi, infeksi saluran cerna,; Kencing manis (diabetes melitus), mengurangi karang gigi.;

Pemanfaatan :
Daun Teh unggulan mengandung senyawa bioaktif Polyfenol.Yang mengandung senyawa Flavonoid, Tannin, Kafein dan Asam Fenalat.Juga mengandung Vitamin B1, B2, C, E dan K.Serta kaya Mineral Fluor, Mangan, Kalsium, Potassium dan Kalium. Senyawa Katekin yang berada dalam senyawa Flavonoid mengandung : Epikatekin (EC), Epikatekin Galat (ECG), Epigalo Katekin (EGC), Epigalo Katekin Galat (EGCG) dan Quercetin. Katekin dalam Teh HitamSenyawa yang disebut-sebut sebagai aktor yang mampu melawan penyakit degeneratif adalah senyawa katekinSenyawa katekin merupakan antioksidan, antikanker, antimutagenik, antidiabetes dan anti penyakit lainnya.Senyawa katekin dalam Teh hitam jumlahnya cukup signifikan. Teh hitam Indonesia mengandung katekin yang lebih tinggi dibandingkan Teh hijau Jepang maupun China. TheaflavinTheaflavin merupakan hasil oksidasi katekin akibat proses oksimatis pada pengolahan Teh hitam.Dengan kata lain, Theaflavin “hanya” terdapat dalam Teh hitam atau Teh yang telah mengalami oksimatis.Kekuatan Theaflavin setara dengan katekin, bahkan beberapa publikasi terkini menyatakan bahwa Theaflavin lebih potensial dari katekin. Terlepas dari mana yang lebih kuat, teh hitam mempunyai keduanya (katekin dan Theaflavin). Hasil penelitian manfaat Teh Hitam The Netherland National Institute of Public Health:1-2 cangkir teh hitam perhari à menekan penimbunan kolesterol 46 %, 4 cangkir perhari menekan à 68%.552 org minum teh hitam 4 -7 cangkir perhari secara teratur menurunkan resiko serangan penyakit stroke. Dr. Joseph Vito – Boston’s School of Medicine:Serangan jantung berkurang 40 % pada orang yg membiasakan minum teh hitam. Penelitian atas 3000 orang dewasa di Arab Saudi: Konsumsi rutin teh hitam dapat menurunkan resiko serangan penyakit jantung koroner sampai 50 %. Penelitian di RS Fukuoka, Jepang : 1306 laki-laki di RS Fukuoka, Jepang(1986-1988): kadar kolesterol berbanding terbalik dengan kebiasaan minum teh. 1371 orang Jepang(1986) usia > 40 tahun : konsumsi teh 4-9 cangkir teh menurunkan lemak secara nyata. HIPERTENSIPenelitian 600 orang dari 1507 orang Taiwan yang punya kebiasaan minum teh > 1–2 cangkir/hr menekan 46% timbulnya hypertensi. Konsumsi 3 cangkir teh (600cc)/hr mampu menekan timbulnya hypertensi hingga 65%. CARRIES GIGIPolyphenol 0,25mg - 1,0mg/ml mampu menghambat penyebaran bakteri mulut & mampu menghambat aktifitas GTF. Fluoride (yg ada dlm daun teh) sebanyak 35 ppm - 339 ppm mampu berperan sebagai anti mikroba, menghambat translokasi gula sel, dan menghambat enzym fosfatase sel.Anak anak SD di Jepang yang mengkonsumsi Teh secara rutin dan kontiniu, tidak dtemukankasus Carries Gigi. MEMPERTAHANKAN BERAT BADAN IDEALPolyphenol teh, menghambat aktivitas lipolisis dari lipase gastrik dan lipase pankreas sehingga pencernaan lemak dihambat, dan tidak dapat diserap oleh usus halus, sehingga dikeluarkan bersama feses. PENELITIAN LAINNYA:Percobaan pada wanita dengan tingkat kegelisahan tinggi dan sedang diberikan 200 mg L-theanin per minggu. Setelah 2 bulan, Gelombak otak a (Indeks Relaksasi) nya semakin membaik. Percobaan pada penderita AIDS:ECG EGCG konsentrasi 0,01µg -0,02 µg/ml mampu menghambat virus AIDS = 50 %.Theaflavin juga mempunyai kemampuan sama.

Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Daun berbau aromatik dan sedikit pahit. KANDUNGAN KIMIA : Daun mengandung kafein (2 - 3%), theobromin, theofilin, tanin, xan-thine, adenine minyak asiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride. Tanin mengandung zat epigallocatechin galat, yang mampu mencegah kanker lambung dan kerongkongan. Setiap 100 g daun teh mempunyai kalori 17 kJ dan mengandung 75 - 80% air, polifenol 25%, protein 20%, karbohidrall, 4%, kafein 2,5 - 4,5%, serat 27%, dan pektin 6%. Biji mengandung saponin yang beracun dan mengandung minyak. Kafein mempercepat pernapasan, perangsang kuat pada susunan saraf pusat dan aktivitas jantung. Theofilin efek diuretik kuat, menstirnulir kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah koroner. Theobromin terutama mempengaruhi otot. Dari hasil penelitian, flavonoid yang merupakan antloksidan polifenol pada teh mampu mernperkuat dinding sel darah merah dan mengatur permeabilitasnya, mengurangi kecenderungan trombosis, dan menghambat oksidasi LDL sehingga mengurangi terjadinya proses atherosklerosis di pembuluh darah yang selanjutnya akan mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung koroner. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 10 x dosis manusia (0,54 g 1200 gbb) pada tikus putih jantan yang diberi kuning telur (1,25 g/200 g bb/hari) dan sukrosa (1,25 g / 200 g bb / hari), memperlihatkan efek penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan berat badan.

Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat

Katno1), S.Pramono2)
Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu
Fakultas Farmasi, UGM

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat,
terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat banyak
digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan
rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan obat sintesis. Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tardsional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat.

Agar penggunaannya optimal, perlu
diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan serta kemungkinan
penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Dengan informasi yang cukup
diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat
tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan.

Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat dan sejahtera lahir
dan batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping
kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan, karena hanya dengan kondisi
kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan proses
kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya.
Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada selogan “Kesehatan memang bukan segala-
galanya, tetapi tanpa kesehatan anda tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-
galanya itu mungkin akan sirna”.

Bertolak dari hal itu maka upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rokhani dan
sosial) mutlak diperlukan baik secara pribadi maupun kelompok masyarakat untuk
mewujudkan Indonesia sehat 2010. Keterpaduan upaya kesehatan tersebut meliputi
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan
rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara bisa dilakukan
dalam rangka memperoleh derajat kesehatan yang optimal, salah satunya dengan
memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional.

Adapun yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan
bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau
campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal
dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral,
sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO)
karena sebagian besar OT berasal dari TO. Obat tradisional ini (baik berupa jamu
maupun TO) masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan
menengah kebawah. Bahkan dari masa ke masa OT mengalami perkembangan yang
semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature)
serta krisis yang berkepanjangan. Namun demikian dalam perkembangannya sering
dijumpai ketidak tepatan penggunaan OT karena kesalahan informasi maupun anggapan
keliru terhadap OT dan cara penggunaannya.

Dari segi efek samping memang diakui
bahwa obat alam/OT memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan obat modern,
tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan konsistensinya
yang belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin.
Berdasarkan hal itu, tulisan ini mencoba memaparkan beberapa aspek OT/TO,
terkait dengan manfaat dan keamanannya untuk menambah informasi tentang tanaman
obat/obat tradisional.
I. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN OBAT TRADISIONAL / TANAMAN
OBAT

A. Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa kelebihan,
antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen
berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu
efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

1). Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu
dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu.
a. Ketepatan takaran/dosis
Daun sledri (Apium graviolens) telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan
tekanan darah, tetapi pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih
(over dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita
tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu dianjurkan agar jangan
mengkonsumsi lebih dari 1 gelas perasan sledri untuk sekali minum. Demikian pula
mentimun, takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari 2 biji besar untuk sekali makan.

Untuk menghentikan diare memang bisa digunakan gambir, tetapi penggunaan
lebih dari 1 ibu jari, bukan sekedar menghentikan diare bahkan akan menimbulkan
kesulitan buang air besar selama berhari-hari (kebebelen).
Sebaliknya penggunaan minyak jarak (Oleum recini) untuk urus-urus yang tidak terukur
akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Demikian juga dengan pemakaian keji
beling (Strobilantus crispus) untuk batu ginjal melebihi 2 gram serbuk (sekali minum)
bisa menimbulkan iritasi saluran kemih.

b. Ketepatan waktu penggunaan
Sekitar tahun 1980-an terdapat suatu kasus di salah satu rumah sakit bersalin,
beberapa pasien mengalami kesulitan persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe
puyang sepanjang masa (termasuk selama masa kehamilan). Setelah dilakukan
penelitian, ternyata jamu cabe puyang mempunyai efek menghambat kontraksi otot
pada binatang percobaan. Oleh karena itu kesulitan melahirkan pada ibu-ibu yang
mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa persalinan karena kontraksi otot uterus
dihambat terus-menerus sehingga memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin
didalamnya. Sebaliknya jamu kunir asem bersifat abortivum sehingga mungkin dapat
menyebabkan keguguran bila dikonsumsi pada awal kehamilan. Sehubungan dengan
hal itu, seyogyanya bagi wanita hamil minum jamu cabe-puyang di awal kehamilan
(antara 1-5 bulan) untuk menghindari resiko keguguran dan minum jamu kunir-asem
saat menjelang persalinan untuk mempermudah proses persalinan.
Kasus lain adalah penggunaan jamu sari rapet terus menerus sejak gadis hingga
berumah tangga dapat menyebabkan kesulitan memperoleh keturunan bagi wanita yang
kurang subur karena ada kemungkinan dapat memperkecil peranakan.

c. Ketepatan cara penggunaan
Daun kecubung (Datura metel L.) telah diketahui mengandung alkaloid turunan
tropan yang bersifat bronkodilator (dapat memperlebar saluran pernafasan) sehingga
digunakan untuk pengobatan penderita asma. Penggunaannya dengan cara dikeringkan
lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap (seperti merokok). Akibat kesalahan
informasi yang diperoleh atau kesalah fahaman bahwasanya secara umum penggunaan
TO secara tradisional adalah direbus lalu diminum air seduhannya; maka jika hal itu
diperlakukan terhadap daun kecubung, akan terjadi keracunan karena tingginya kadar
alkaloid dalam darah. Orang Jawa menyebutnya ‘mendem kecubung’ dengan salah satu
tandanya midriasis, yaitu mata membesar.

d. Ketepatan pemilihan bahan secara benar
Berdasarkan pustaka, tanaman lempuyang ada 3 jenis, yaitu lempuyang emprit
(Zingiber amaricans L) lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan lempuyang
wangi (Zingiber aromaticum L.). Lempuyang emprit dan lempuyang gajah berwarna
kuning berasa pahit dan secara empiris digunakan untuk menambah nafsu makan;
sedangkan lempuyang wangi berwarna lebih putih (kuning pucat) rasa tidak pahit dan
berbau lebih harum, banyak digunakan sebagai komponen jamu pelangsing.
Kenyataannya banyak penjual simplisia yang kurang memperhatikan hal tersebut,
sehingga kalau ditanya jenisnya hanya mengatakan yang dijual lempuyang tanpa
mengetahui apakah lempuyang wangi atau yang lain.
Kerancauan serupa juga sering terjadi antara tanaman ngokilo yang di’anggap
sama’ dengan keji beling, daun sambung nyawa dengan daun dewa, bahkan akhir-akhir
ini terhadap tanaman kunir putih, dimana 3 jenis tanaman yang berbeda (Curcuma
mangga, Curcuma zedoaria dan Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama disebut
sebagai ‘kunir putih’ yang sempat mencuat kepermukaan karena dinyatakan bisa
digunakan untuk pengobatan penyakit kanker.

e. Ketepatan pemilihan TO/ramuan OT untuk indikasi tertentu
Kenyataan dilapangan ada beberapa TO yang memiliki khasiat empiris serupa
bahkan dinyatakan sama (efek sinergis). Sebaliknya untuk indikasi tertentu diperlukan
beberapa jenis TO yang memiliki efek farmakologis saling mendukung satu sama lain
(efek komplementer). Walaupun demikian karena sesuatu hal, pada berbagai kasus
ditemui penggunaan TO tunggal untuk tujuan pengobatan tertentu. Misalnya seperti
yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak pasien di salah satu rumah sakit di
Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi daun keji beling. Pada pemeriksaan
laboratorium dalam urine-nya ditemukan adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah)
melebihi normal.
Hal ini sangat dimungkinkan karena daun keji beling merupakan
diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat
bagi mereka jika menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek
diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis)
yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal
berkalsium.

Penggunaan daun tapak dara (Vinca rosea) untuk mengobati diabetes bukan
merupakan pilihan yang tepat, sebab daun tapak dara mengandung alkaloid vinkristin
dan vinblastin yang dapat menurunkan jumlah sel darah putih (leukosit). Jika digunakan
untuk penderita diabetes yang mempunyai jumlah leukosit normal akan membuat
penderita rentan terhadap serangan penyakit karena terjadi penurunan jumlah leukosit
yang berguna sebagai pertahanan tubuh.

2). Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat
tradisional/komponen bioaktif tanaman obat
Dalam suatu ramuan OT umumnya terdiri dari beberapa jenis TO yang memiliki
efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak
menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang
terhadap suatu efek yang dikehendaki.

Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu formulasi terdiri dari komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan pengobatan,
asisten sebagai unsur pendukung atau penunjang, ajudan untuk membantu menguatkan
efek serta pesuruh sebagai pelengkap atau penyeimbang dalam formulasi. Setiap unsur
bisa terdiri lebih dari 1 jenis TO sehingga komposisi OT lazimnya cukup komplek.
Misalnya suatu formulasi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah,
komponennya terdiri dari :
daun sledri (sebagai vasodilator), daun apokat atau akar teki (sebagai diuretika), daun murbei atau besaren (sebagai Ca-antagonis) serta biji pala
(sebagai sedatif ringan). Formulasi lain dimaksudkan untuk pelangsing, komponennya
terdiri dari : kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengelat), daun jungrahap
(sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu lawak (sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar).

Dari formulasi ini walaupun nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan
kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati
belanda. Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan kunyit sebagai
pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan sebagaimana biasa.

Terhadap ramuan tersebut seringkali masih diberi bahan-bahan tambahan
(untuk memperbaiki warna, aroma dan rasa) dan bahan pengisi (untuk memenuhi
jumlah/volume tertentu). Bahan tambahan sering disebut sebagai Coringen, yaitu
c.saporis (sebagai penyedap rasa, misalnya menta atau kayu legi), c.odoris (penyedap
aroma/bau, misalnya biji kedawung atau buah adas) dan c.coloris (memperbaiki warna
agar lebih menarik, misalnya kayu secang, kunyit atau pandan). Untuk bahan pengisi
bisa digunakan pulosari atau adas, sekaligus ada ramuan yang disebut ‘adas-pulowaras’ atau ‘adas-pulosari’.

Untuk sediaan yang berbentuk cairan atau larutan, seringkali masih diperlukan
zat-zat atau bahan yang berfungsi sebagai Stabilisator dan Solubilizer. Stabilisator
adalah bahan yang berfungsi menstabilkan komponen aktif dalam unsur utama,
sedangkan solubilizer untuk menambah kelarutan zat aktif. Sebagai contoh,
kurkuminoid, yaitu zat aktif dalam kunyit yang bersifat labil (tidak stabil) pada suasana alkalis atau netral, tetapi stabil dalam suasana asam, sehingga muncul ramuan ‘kunir-
asem’.

Demikian juga dengan etil metoksi sinamat, suatu zat aktif pada kencur yang
agak sukar larut dalam air; untuk menambah kelarutan diperlukan adanya ‘suspending
agent’ yang berperan sebagai solubilizer yaitu beras, sehingga dibuat ramuan ‘beras-
kencur’.

Selain itu beberapa contoh TO yang memiliki efek sejenis (sinergis), misalnya
untuk diuretik bisa digunakan daun keji beling, daun kumis kucing, akar teki, daun
apokat, rambut jagung dan lain sebagainya. Sedangkan efek komplementer (saling
mendukung) beberapa zat aktif dalam satu tanaman, contohnya seperti pada herba timi
(Tymus serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk. Herba timi
diketahui mengandung minyak atsiri (yang antara lain terdiri dari : tymol dan kalvakrol) serta flavon polimetoksi. Tymol dalam timi berfungsi sebagai ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol sebagai anti bakteri penyebab batuk; sedangkan flavon
polimetoksi sebagai penekan batuk non narkotik, sehingga pada tanaman tersebut
sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif yang saling mendukung sebagai anti tusif.
Demikian pula efek diuretik pada daun kumis kucing karena adanya senyawa flavonoid,
saponin dan kalium.

3). Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek
tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun kumis
kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (sperti
pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada rimpang temu lawak (Curcuma
xanthoriza) yang disebutkan memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain :

sebagai anti inflamasi (anti radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah), cholagogum
(merangsang pengeluaran produksi cairan empedu), hepatoprotektor (mencegah
peradangan hati) dan juga stomakikum (memacu nafsu makan). Jika diperhatikan
setidak-tidaknya ada 2 efek yang kontradiksi, yaitu antara anti hiperlipidemia dan
stomakikum. Bagaimana mungkin bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif yang dapat menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat bersifat memacu nafsu
makan.

Hal serupa juga terdapat pada tanaman kelembak (Rheum officinale) yang telah
diketahui mengandung senyawa antrakinon bersifat non polar dan berfungsi sebagai
laksansia (urus-urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin yang bersifat
polar dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa menyebabkan konstipasi untuk menghentikan diare.
Lain lagi dengan buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang
pernah populer karena disebutkan dapat untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Kenyataan seperti itu disatu sisi merupakan keunggulan produk obat alam / TO/
OT; tetapi disisi lain merupakan bumerang karena alasan yang tidak rasional untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Terlepas dari itu semua, sebenarnya
merupakan ‘lahan subur’ bagi para peneliti bahan obat alam untuk berkiprah
memunculkan fenomena ilmiah yang bisa diterima dan dipertangungjawabkan
kebenaran, keamanan dan manfaatnya.

4). Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia)
telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke
bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga
sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban
manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan
berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan
kesejahteraan umat manusia.

Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang
memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat
modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan OT atau Jamu yang efeknya lambat,
tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode
berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru
yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit
infeksi.
Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik,
melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan
yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi.
Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang
termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis), hiperlipidemia
(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratifdiantaranya :

rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung),
haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of memory). Untuk menanggulangi
penyakit tersebut diperlukan pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika
mengunakan obat modern dikawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan
dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat
alam/OT, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang
ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

B. Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
(termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun
beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan
baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji
klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

Menyadari akan hal ini
maka pada upaya pengembangan OT ditempuh berbagai cara dengan pendekatan-
pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT yang telah teruji khasiat dan
keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi
medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju
sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas
dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar senyawa aktif
dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar yang umum terdapat
pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawa-senyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat
aktif masing-masing komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk
ekstrak tunggal atau dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO.
Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk kelengkapan data pendukung bahan yang digunakan; seperti umur tanaman yang dipanen, waktu panen,
kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO dan OT.

Demikian juga dengan sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah
terkontaminasi mikroba, perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti
cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta
penyimpanan).

II. EFEK SAMPING TANAMAN OBAT/OBAT TRADISIONAL
Dari definisi Obat Tradisional yang telah direkomendasikan Depkes
(sebagaimana disebutkan pada awal tulisan ini) terdapat kalimat “...yang secara
tradisional digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman”. Pada kata ‘secara
tradisional’ tersirat makna bahwa segala aspeknya (jenis bahan, cara menyiapkan,
takaran serta waktu dan cara penggunaan) harus sesuai dengan warisan turun-temurun
sejak nenek moyang kita.

Penyimpangan terhadap salah satu aspek kemungkinan dapat
menyebabkan ramuan OT tersebut yang asalnya aman menjadi tidak aman atau
berbahaya bagi kesehatan. Pada hal jika diperhatikan, seiring perkembangan jaman
banyak sekali hal-hal tradisional yang telah bergeser mengalami penyempurnaan agar
lebih mudah dikerjakan ulang oleh siapapun. Misalnya tentang peralatan untuk merebus
jamu, dulu masih menggunakan kwali dari tanah liat sekarang sudah beralih ke panci
dari aluminium, untuk menumbuk sudah menggunakan alat-alat dari logam dan tidak
lagi menggunakan alu dari kayu atau batu, dan lain sebagainya.

Disamping itu perlu disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan OT yang
baru diketahui berbahaya, setelah melewati beragam penelitian, demikian juga adanya
ramuan bahan-bahan yang bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-
penyakit tertentu dengan cara-cara tertentu pula. Secara toksikologi bahan yang
berbahaya adalah suatu bahan (baik alami atau sintesis, organik maupun anorganik)
yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu dapat
mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga
mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai menyebabkan kematian.
Suatu bahan yang dalam dosis kecil saja sudah menimbulkan gangguan, akan lebih
berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu kesehatan dalam dosis besar.

Akan tetapi bahan yang aman pada dosis kecil kemungkinan dapat berbahaya atau
toksis jika digunakan dalam dosis besar dan atau waktu lama, demikian juga bila tidak
tepat cara dan waktu penggunaannya. Jadi tidak benar, bila dikatakan OT/TO itu tidak
memiliki efek samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada; namun hal itu
bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup. Ada beberapa contoh, antara
lain mrica (Piperis sp.) pada satu sisi baik untuk diabetes, tetapi mrica juga berefek menaikkan tekanan darah; sehingga bagi penderita diabet sekaligus hipertensi
dianjurkan tidak memasukkan mrica dalam ramuan jamu/OT yang dikonsumsi.

Kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat menekan batuk, tetapi juga berdampak
meningkatkan tekanan darah; sehingga bagi penderita hipertensi sebaik-nya tidak
dianjurkan minum beras-kencur. Demikian juga dengan brotowali (Tinospora sp.) yang
dinyatakan memiliki efek samping dapat mengganggu kehamilan dan menghambat
pertumbuhan plasenta.
Walaupun demikian efek samping TO/OT tentu tidak bisa disamakan dengan
efek samping obat modern. Pada TO terdapat suatu mekanisme yang disebut-sebut
sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut, yang dikenal dengan
SEES (Side Effect Eleminating Subtanted).

Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit itu juga ada zat anti untuk menekan dampak negativ tersebut. Pada perasan air tebu terdapat senyawa Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai antidiabetes, maka untuk penderita diabet (kencing
manis) bisa mengkonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula
merupakan hasil pemurnian dari tebu.
Selain yang telah disebutkan diatas, ada beberapa tanaman obat/ramuan yang
memang berefek keras atau mempunyai efek samping berbahaya terhadap salah satu
organ tubuh. Selengkapnya TO tersebut seperti tersaji pada tabel berikut :

Tanaman Obat/Ramuan OT yang berefek keras

(mempunyai efek samping berbahaya)

N EFEK TERHADAP CONTOH TANAMAN OBAT
O
1. Jantung Daun digitalis, daun oleander, daun senggunggu
2. Susunan syaraf otonom Umbi gadung, biji saga, daun dan buah kecubung,
daun gigil, biji jarak, daun tuba
3. Susunan Syaraf Pusat Daun koka
4. Sistem Pencernaan Biji ceguk, daun widuri
5. Saluran Pernafasan Kulit buah jambu monyet
6. Sistem Reproduksi Jungrahap, jarong, daun maja, akar kelor, buah
Wanita (Abortivum) nanas muda
7. Sistem Reproduksi Pria ~ penurun libido => biji kapas
~ melemahkan spermatozoa => biji pare
• Diuretik kuat => daun keji beling, meniran
8. Saluran Kencing
• Memacu batu ginjal => bayam, kubis, nenas
9. Hati/Lever Konfrei, arak, daun imba
10. Meningkatkan kadar asam Mlinjo, kacang-kacangan
urat darah
11. Menurunkan Jumlah Sel Ochrosia spp.
Vinca rosea (daun tapak dara)
Darah Putih
Demikian juga dari suatu hasil percobaan toksisitas dan kandungan senyawa kimia
yang berbahaya yang pernah dipublikasikan pada suatu artikel, antara lain menyebutkan
sebagai berikut :
a. Beberapa tanaman yg telah diketahui mengandung bahan yang berbahaya
1. Dari suku Euphorbiaceae :
Phylanthus sp. : mengandung ester phorbol yang dinyata-kan dapat merangsang
virus Epstein-Borr (dalam waktu lama menyebabkan karsinoma)
Recinus comunis : bijinya mengandung protein risin, yang apabila diabsorpsi dalam
bentuk asli, akan meng-hambat sintesis protein, karena dapat
mengacaukan proses metabolisme)
Croton tiglium L. : bijinya mengandung crotin (suatu protein fitotoksin),
fraksi resinnya menyebabkan radang kulit
minyak croton mengandung suatu zat karsinogenik yang dapat
merangsang karsinogen lemah, sehingga memacu terjadinya kanker
2. Dari suku Rutaceae :
Ruta graveolens L. : mengandung glukosida kumarin (rutarin/marmesin)
- mengiritasi kulit (bagi yang peka) menyebabkan lepuh-lepuh dan demam
- jika infusa terminum kemungkinan bisa menimbulkan peradangan usus
a. Tanaman yang dianggap berbahaya (LD 50 : kecil, tetapi belum diketahui
kandungan mana yang mengakibatkan gejala negatif
NO BAHAN BAKU DAN FAMILIA LD-50
TANAMAN ASAL
1. Majakan (proses reaksi daun Fagaceae 16,45 mg/kg. BB
Quercus lusitanica Roxb.)
2. Nagasari Guttiferae 20,93 mg/kg. BB
(bunga Mesua ferae L.)
3. Sukmadiluwih (buah Gunera Halorrhagidace 21,91 mg/Kg.BB
macrophyla Bl.) ae
4. Sidowayah (bunga Woodfor-dia Litraceae 24,22 mg/kg.BB
floribunda)
5. Kulit buah delima (Punica 28,0 mg/kg.BB
granatum L.)
b. Tanaman yang bersifat oksitosik ( merangsang uterus), tetapi belum diketahui
zat penyebabnya
1. Jungrahap (daun Beachea frutescen L. familia Myrtaceae)
2. Majakan (eksudat daun Quercus lusitanica Lamk. Familia Fagaceae)
3. daun kaki kuda (Centela asiatica Urb.familia Umbeliferaeae)
4. Meniran (Phyllathus niruri L.familia Euphorbiaceae)
5. umbi Angelica sinensis L. ~ ramuan yang menyebabkan cacat
Kelima bahan tersebut disusun berdasarkan urutan paling kuat sifat
oksitosiknya. Walaupun baru merupakan informasi percobaan pada hewan, tetapi telah
memberikan petunjuk paling tidak bahwa Jungrahap yang digunakan bersamaan dengan
daun sembung dan beluntas serta daun kaki kuda, mengakibatkan kematian pada induk
hewan percobaan, pendarahan pada uterus dan usus, kematian janin, pertumbuhan janin
tidak normal (lambat); meskipun dosis yang diberikan baru 10 kali lebih kecil dari dosis
lazim pada manusia. Memang tidak begitu jelas adanya adisi, potensiasi atau inhibisi
antara bahan-bahan diatas bila diberikan bersama.
Tetapi setidak-tidaknya dari informasi tersebut kita perlu mewaspadai terutama
bila digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan sistem reproduksi seperti terlambat
bulan/haid, jamu hamil, keputihan, sari rapet dan semacamnya.
III. PENYALAHGUNAAN OBAT TRADISIONAL/TANAMAN OBAT
Sebagaimana halnya obat-obat sintesis, OT/TO pun seringkali disalah gunakan
oleh oknum tertentu baik untuk pemakaian sendiri maupun ditujukan kepada orang lain
dengan maksud-maksdu tertentu. Bila pada obat-obat sintesis sering diinformasikan
adanya penyalah gunaan obat-obat golongan psikotropika (obat tidur,
penenang/tranquilizer), maka pada OT penyalah gunaan itu juga dilakukan dengan
berbagai kasus. Diantaranya yang sering terjadi adalah kasus penyalah gunaan cara
pemakaian (seperti daun ganja, candu untuk dicampur dengan rokok, seduhan kecubung
untuk flay dsb.), juga tujuan pemakaian (misalnya jamu terlambat bulan dicampur
dengan jamu pegel linu untuk abortus) dan yang lebih luas lagi adalah penyalah gunaan
pada proses penyiapan/produksi dengan cara menambahkan zat kimia tertentu/obat
keras untuk mempercepat dan mempertajam khasiat/efek farmakologisnya sehingga
dikatakan jamunya ‘lebih manjur, mujarab, ces-pleng’ dan lain-lain.
Tentu masih segar pada ingatan kita terhadap kasus jamu yang dicampur obat
keras di Cilacap dan banyumas yang kemudian ketahuan dan dicabut ‘registrasi’nya
oleh Badan POM (Kompas, Nov.2001). Adapun obat-obat keras yang sering
ditambahkan pada jamu/OT antara lain : fenilbutazon, antalgin, deksametason (untuk
jamu pegel linu); parasetamol, CTM, coffein (untuk jamu masuk angin dan sejenisnya);
teofilin, prednison (untuk sesak nafas), furosemid (untuk pelangsing) dan lain
sebagainya. Pada hal zat-zat kimia tersebut bisa menimbulkan dampak negatip yang
membahayakan kesehatan; sebagai contoh fenilbutazon bisa menyebabkan pendarahan
lambung dan merusak hati, antalgin bisa menyebabkan granulositosis atau kelainan
darah dan prednison menyebabkan pembengkakan wajah dan gangguan ginjal.
Pada kasus lain, ada juga penyalahgunaan OT dengan cara dioplos bersama
produk lain yang beralkohol (seperti konsumsi anggur jamu yang umumnya dilakukan
oleh para remaja). Hal ini bukan hanya menyebabkan penyakit hati yang parah, tetapi
dapat menyebabkan kematian karena dicampur bahan lain yang berbahaya. Demikian
juga dengan minum jamu terlambat bulan pada dosis berlebih (seperti yang sering
dilakukan sebagian remaja putri untuk abortus). Memang bukan menjadi rahasia lagi
bahwa salah satu cara untuk menjarangkan kehamilan masyarakat Indonesia (khususnya
Jawa) dengan minum jamu terlambat bulan; akan tetapi hal ini sering disalah gunakan
oleh para remaja putri setelah mengetahui akibat perbuatannya yang diluar kontrol
membuahkan keterlambatan menstruasi lebih dari 2 bulan. Terlepas dari segi moral dan
agama yang jelas-jelas melaknat perbuatan ini, dari segi fisik jika calon bayi yang ingin
digugurkan telah cukup besar dan tidak meninggal dapat terjadi kecacatan tubuh secara
permanen akan disandang oleh bayi yang tak berdosa tersebut.
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa OT/TO dapat bermanfaat
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, lebih-lebih dalam upaya preventif
dan promotif bila dipergunakan secara tepat. Ketepatan itu menyangkut tepat dosis,
cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi
penggunaannya. Sebaliknya OT/TO-pun dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang
tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau
memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap
tentang TO/OT, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.



KEPUSTAKAAN
-------------, 2001, Jamu Campur Obat Keras dicabut Registrasinya, (Harian Umum,
Kompas, Jakarta, Nov. 2001)
------------, 2002, Potensi Obat-obat Tradisional perlu Digali, Harian Umum, Suara
Merdeka, Semarang, 26 Januari 2002.
Dzulkarnain B., 1989, Obat Tradisional Tidak Tanpa Bahaya,Cermin Dunia
Kedokteran No.59 (hlm. 3-6)
Maheshwari H., 2002, Pemanfaatan Obat Alami : Potensi dan Prospek Pengem-
bangan,http : //rudct.tripod.com./sem2_012/hera_maheshwari.htm
Pramono S., 2002, Reformulasi Obat Tradisional, Seminar Sehari “Reevaluasi dan
Reformulasi Obat Tradisional Indonesia”, Majalah Obat Tradisional &
Fak.Farmasi UGM, Yogyakarta
Santosa O.S., 1989, Penggunaan Obat Tradisional Secara Rasional, Cermin Dunia
Kedokteran No.59 (hlm. 7-10)
Saptorini E., 2000, Efek Samping Tanaman Obat, Sisipan (Mudah, Murah, Manjur)
SENIOR, No.58 (11-17 Agustus 2000)
Lampiran


BEBERAPA CONTOH PENYAKIT YANG BELUM BISA DITANGGULANGI
DENGAN OBAT TRADISIONAL / TANAMAN OBAT


Kelainan kongenital Keganasan/kangker
Defisiensi berat (vitamin/mineral) Penyakit infeksi/menular
Penyakit akut (jantung, hepar, ginjal) Alergi berat/imunologi
Penyakit syaraf dan jiwa Pendarahan berat
Asma


BEBERAPA CONTOH PENYAKIT YANG BISA DITANGGULANGI DENGAN
OBAT TRADISIONAL /TANAMAN OBAT



1. PENYAKIT YANG MUNGKIN DAPAT DIOBAT SECARA KAUSAL
• Cacingan • Malaria
• Panu/kadas/kudis • Gigitan serangga
2. Gejala penyakit yang dapat diobati secara simtomatik
• Batuk • bisul dan gatal-gatal
• Sakit kepala • luka ringan
• Demam • bengkak terpukul
• Encok • kembung
• Mual dan diare • luka bakar kecil
• Sembelit • mimisen/pendarahan kecil
• Mulas • pilek
• Sariawan • anyang-anyangen (polakisuria)
• Wasir • sakit gigi
3. Keadaan yang dapat diobat secara suportif
• jerawat • penyubur rambut
• ketombe • kurang nafsu makan
• pelancar ASI • habis bersalin
• bau badan • kehamilan
• penghitam rambut • lesu darah
4. Penyakit yang telah didiagnosis dokter (dalam kelangkaan obat modern)
• hipertensi • batu empedu
• dibetes malitus • keputihan
• nefrolitiasis • susah kencing (disuria)
• penyakit mata
Daftar Tanaman Obat yang Prospektif untuk Fitofarmaka
N NAMA TANAMAN BAGIAN INDIKASI POTENSI
O OBAT
Rimpang Hepatitis, artitis
1. Temu lawak
(Curcuma
xantorrhiza, Roxb)
2. Kunyit (Curcuma Rimpang Hepatitis, artitis,
domestica Val.) antiseptik
Umbi lps Kandidiasis,
3. Bawang putih
hiperlipidemia
(Alium sativum
Linn)
Daun Anti hiperlipidemia
4. Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia
Lamk.)
Daun Haemorrhoid
5. Handeuleum
(Graptophyllum
pictum Griff.)
Daun Nefrolitiasis,
6. Tempuyung
diuretika
(Sonchus arvensis
Linn)
Daun Nefrolitiasis,
7. Kejibeling
diuretika
(Strobilanthus
crispus Bl.)
8. Labu merah Biji Taenisiasis
(Curcubita moschata
Duch)
9. Katuk (Sauropus Daun Meningkatkan
androgynus Merr.) produksi ASI
Daun Diuretika
10. Kumis kucing
(Orthosiphon
stamineus Linn)
11. Sledri (Apium Daun Anti hipertensi
graviolens Linn)
12. Pare (Momordica Buah/biji Diabetes malitus
charantia Linn)
Daun Anti diare
13. Jambu biji/klutuk
(Psidium guajava
Linn)
Biji Askariasis, oksiuriasis
14. Ceguk/wudani
(Quisqualis indica
Linn)
Daun Analgesik
15. Jambu mede
(Anacardium
ocidentale)
16. Sirih (Piper betle Daun Antiseptik
Linn)
17. Saga telik (Abrus Daun Stomatitis aftosa
precatorius Linn)
18. Sembung (Blumea Daun Analgesik, antipiretik
balsamifera D.C)
Batang (mengarah) anti
19. Benalu the
kangker
(Loranthus spec.
Div.)
Sumber papain
20. Pepaya (Carica * Getah
Anti malaria
* Daun
papaya Linn)
Kontrasepsi pria
* Biji
Batang Anti malaria, diabetes
21. Brotowali
(Tinospora rumphii
Boerf)
Daun Diuretika, antiseptika,
22. Pegangan/kaki kuda
antikeloid, hipertensi
(Centela asiatica
Urban)
23. Legundi (Vitex Daun Antiseptika
trifolia Linn.)
24. Inggu (Ruta Daun Analgesik, antipiretik
graveolens Linn.)
Bunga Antiseptik, diuretika
25. Sidowayah
(Woodfordia
floribunda Salibs.)
26. Pala (Myristica Buah Sedatif
fragans Houtt.)
Daun Antiseptik, diabetes
27. Sambilata
(Andrographis
paniculata Nees.)
28. Jahe (Zingibers Rimpang Analgesik, antipiretik,
officinale Rosc.) antiinflamasi
Kulit buah Antiseptik, antidiare
29. Delima putih
(Punica granatum
Linn.)
30. Dringo (Acorus Rimpang Sedatif
calamus Linn.)
31. Jeruk nipis (Citrus Buah Anti tusif
aurantifolia Swiqk)

Khasiat Tebu

Es air tebu. Tentu Anda pernah merasakan kesegerannya. Apalagi jika menenggaknya di tengah udara panas, atau saat berbuka puasa. Hmm... nikmat tak terkata. Tapi, nanti dulu. Selain manis lezat, tebu pun kaya akan khasiat. Mulai dari batuk sampai panas tinggi, juga jantung yang berdebaran, bisa dipunahkan oleh tebu. Cara mengolahnya juga gampang! Jadi, kenapa tidak dimanfaatkan?

Tebu termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada daerah TEBU (Sacharum offlcinarum, Linn.) yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia terdapat beberapa jenis tebu, di antaranya tebu (Cirebon) hitam, tebu kasur.

Setiap jenis tebu memiliki ukuran batang serta warna yang berlainan. Tebu termasuk tumbuhan berbiji tunggal. Tinggi turnbuhan tebu berkisar 2-4 meter. Batang pohon tebu terdiri dari banyak ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh buku-buku sebagai tempat duduknya daun. Bentuk daun tebu berwujud belaian dengan pelepah. Panjang daun dapat mencapai panjang 1-2 meter dan lebar 4-8 centimeter dengan permukaan kasar dan berbulu.

Pemanfaatan:

(1) Meredakan Jantung Berdebar: 3 genggam akar tebu hitam. Dicuci dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Minum 2 kali sehari.

(2) Sakit Panas: Tebu hitam secukupnya, diperas untuk diambil airnya, lalu diminum.

(3) Batuk: 3-5 ruas tebu hitam, disesap dan diminum airnya. Atau, dibakar, kemudian dikupas dan diperas untuk diambil airnya.

Khasiat Lidah Buaya (Aloevera)

copy from purwakarta .org

Selain menyuburkan rambut, lidah buaya juga dikenal berkhasiat untuk mengobati sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes melitus dan serangan jantung.

Lidah buaya atau Aloevera adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM.

Bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah buaya sebagai obat sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian.

Seorang peracik obat-obatan tradisional berkebangsaan Yunani bernama Dioscordes, menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati berbagai penyakit. Misalnya bisul, kulit memar, pecah-pecah, lecet, rambut rontok, wasir, dan radang tenggorokan.

Dalam laporannya, Fujio L. Panggabean, seorang peneliti dan pemerhati tanaman obat, mengatakan bahwa keampuhan lidah buaya tak lain karena tanaman ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh manusia. Hasil penelitian lain terhadap lidah buaya menunjukkan bahwa karbohidrat merupakan komponen terbanyak setelah air, yang menyumbangkan sejumlah kalori sebagai sumber tenaga.

Makanan Kesehatan

Menurut seorang pengamat makanan kesehatan (suplemen), Dr. Freddy Wilmana, MFPM, Sp.FK, dari sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya, yang baik digunakan untuk pengobatan adalah jenis Aloevera Barbadensis miller. Lidah buaya jenis ini mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Di antara ke-72 zat yang dibutuhkan tubuh itu terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik.

Mengingat kandungan yang lengkap itu, lidah buaya menurut Dr. Freddy bukan cuma berguna menjaga kesehatan, tapi juga mengatasi berbagai penyakit. “Misalnya lidah buaya juga mampu menurunkan gula darah pada diabetesi yang tidak tergantung insulin. Dalam waktu sepuluh hari gula darah bisa normal,” katanya.

Mengandung Antioksidan
Menurut Dr. Freddy, beberapa unsur mineral yang terkandung dalam lidah buaya juga ada yang berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami. Misalnya vitamin C, vitamin E, dan zinc.

“Bahkan hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan asal Amerika Serikat menyebutkan bahwa dalam Aloevera barbadensis miller terdapat beberapa zat yang bisa berfungsi sebagai antioksidan,” ujarnya. Antioksidan itu berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan beberapa penyakit degeneratif.

Lidah buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam lendir lidah buaya terkandung zat lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit. Lendir ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit. Hasilnya, kulit tidak cepat kering dan terlihat awet muda.

Selain wasir, lidah buaya bisa mengatasi bengkak sendi pada lutut, batuk, dan luka. Lidah buaya juga membantu mengatasi sembelit atau sulit buang air besar karena lendirnya bersifat pahit dan mengandung laktasit, sehingga merupakan pencahar yang baik.

Sejauh ini, menurut Dr. Freddy, penelitian belum menemukan efek samping penggunaan lidah buaya. Jika ada masalah, itu hanya berupa alergi pada mereka yang belum pernah mengonsumsi lidah buaya. “Tapi, sejauh ini dari pasien saya yang mengonsumsi suplemen berbahan dasar lidah buaya, reaksi yang muncul adalah karena daya kerja obat yang melawan penyakit,” katanya.

Namun, yang perlu diingat, menurut Dr. Freddy, sifat tanaman lidah buaya hampir mirip dengan buah apel yang bila habis digigit langsung berwarna cokelat. Hal itu bisa menjadi tanda lidah buaya telah teroksidasi, sehingga beberapa zat yang dikandungnya rusak.

“Memang tidak semua unsurnya rusak, tapi siapa yang mau hanya mendapat ampas? Karena itu, sebaiknya segera konsumsi ramuan lidah buaya, baik yang diracik atau yang sudah diolah, agar lebih terasa manfaatnya,” lanjutnya.

Khasiat buah Lengkeng

JIKA di negeri leluhurnya lengkeng dikenal dengan sebutan ong ya guo atau buah mata naga, maka di Indonesia populer dengan sebutan buah ''mata kucing''. Gelisah mendera tanpa sebab? Anda mungkin berpikir untuk menggunakan obat penenang. Sebaiknya, jangan buru-buru mengonsumsi obat kimia. Yang alami jauh lebih baik, aman, dan menyenangkan untuk dicoba.

Salah satu obat pengusir gelisah yang alami adalah lengkeng. Buah kecil berbentuk bulat yang berasal dari daratan Cina ini masih satu famili dengan rambutan dan leci. Lengkeng cukup disukai masyarakat di Indonesia, karena rasanya enak, manis dan menyegarkan. Banyak yang menyajikan buah ini sebagai hidangan pencuci mulut, atau dikonsumsi sebagai cemilan di kala ngobrol atau menonton televisi.

Jika di negeri leluhurnya lengkeng dikenal dengan sebutan ong ya guo atau buah mata naga, maka di Indonesia populer dengan sebutan ''mata kucing''. Julukan ini tak lain karena rupa buah lengkeng memang mirip bola mata. Daging buahnya berbentuk bulat, berwarna putih bening, dan berair. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau coklat tua.

Manfaat Daging Buah

Pola daging buah ini terdapat kandungan sukrosa, glukosa, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, asam tartarik, dan senyawa-senyawa kimia tumbuhan (fitokimia) lainnya yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi dari senyawa-senyawa fitokimia ini melahirkan berbagai khasiat, di antaranya mengedurkan saraf. Makanya, di dalam literatur disebutkan lengkeng memberikan efek penenang dan berkhasiat mengatasi gelisah, susah tidur, dan sulit konsentrasi.

Selain itu daging buah lengkeng juga bermanfaat menyehatkan jantung dan bisa mengobati jantung berdebar keras. Dalam buku terapi buah disebutkan buah lengkeng juga dapat memperkuat limpa, meningkatkan produksi darah merah, menambah nafsu makan, dan menambah tenaga, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh orang-orang yang sedang dalam proses pemulihan stamina sehabis sakit. Buah lengkeng berguna pula untuk menyehatkan usus dan memperbaiki proses penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan, menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan dan hernia.

Manfaat Akar, Daun, dan Biji

Bagian dari tanaman lengkeng yang berkasiat bukan cuma buahnya saja. Akar dan daun lengkeng yang berasa pahit, bahkan biji yang keras pun menyimpan khasiat obat. Akar lengkeng berkhasiat sebagai peluruh kencing dan melancarkan sirkulasi darah. Daun berkhasiat sebagai antiradang dan pereda demam. Adapun bijinya berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan pendarahan. Biji lengkeng ini juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sampo, karena mengandung senyawa saponin yang dapat menghasilkan busa dalam jumlah banyak.

Pengobatan Tradisional

Cemas, Amnesia, Penurunan Mental

Setiap hari minum satu sendok tonik lengkeng (gui yan gao). Adapun cara pembuatan tonik lengkeng sebagai berikut: ambil 500 gram buah lengkeng segar dan 500 gram gula pasir. Didihkan dalam air hingga menjadi kental.

Badan Lemah atau Berat Badan Setelah Sakit

Setiap hari, makanlah sebanyak 250 gram buah lengkeng segar. Buang kulit dan bijinya.

Lemah dan Kurang Tenaga Selama Hamil

Minum tonik lengkeng dua kali sehari, pagi dan malam hari, masing-masing sebanyak satu sendok makan.

Hilang Nafsu Makan, Limpa Lemah

Konsumsi sebanyak 60 gram buah lengkeng segar, buang kulit dan bijinya. Lakukan dua kali sehari, pagi dan malam hari. Cara ini dapat pula mengatasi diare.

Luka Bakar

Ambil sedikit kulit atau cangkang lengkeng. Bakar sampai menjadi arang. Tumbuk halus dan campurkan dengan minyak tung (Aleuritis fordii), bubuhkan pada bagian yang sakit.

Luka Luar yang tak Kunjung Sembuh

Ambil sedikit cangkang atau biji lengkeng yang sudah kering, bakar hingga menjadi arang. Tumbuk sampai halus. Tambahkan minyak zaitun. Dan oleskan di daerah luka.

Jari Kaki Gatal dan Bernanah

Ambil beberapa biji lengkeng. Panggang di atas api. Tumbuk sampai halus. Sebarkan di bagian yang sakit.

Ketiak dan Badan Berbau

Ambil 15 gram biji lengkeng dan 9 gram lombok hitam (piper nigrum). Tumbuk hinga halus dan oleskan pada bagian yang sakit.

Obat Tidur Alami

Selain faktor depresi, insomnia bisa juga akibat pengaruh minuman keras atau minuman yang banyak mengandung kafein, penggunaan obat tidur atau penenang dalam waktu lama, obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker (seperti atenadol, madolol, dan propanodol).

TEH PALA

Mengatasi gangguan tidur tidak perlu ke dokter, apalagi mengonsumsi obat penenang. Dari ranah tanaman ada beberapa tanaman yang bisa didayakan untuk menyamankan tidur Anda. Weiss E.A. dalam Essential Oil Crops Chapter 7: Myristicaceae (1997) menyebut, senyawa aromatik myristicin, elimicin, dan safrole sebesar 2 - 18% yang terdapat pada biji dan bunga pala bersifat merangsang tidur berkhayal (halusigenik) dengan dosis kurang dan 5 g. Jangan banyak-banyak sebab bila mengonsumsi sekitar 8 g (setara dengan dua biji) pala, akan berubah sifat menjadi narkotik yang berbahaya, bahkan bisa merenggut nyawa.

Di beberapa negara Eropa, biji pala di gunakan dalam porsi sedikit sebagai bumbu masakan daging dan sup. Fulinya (kulit pembungkus biji pala) lebih disukai digunakan dalam penyedap masakan, acar, dan kecap. Minyak yang mudah menguap dari biji, fuli, kulit, kayu, daun, dan bunga hasil sarinya sebagai oleoresins sering digunakan dalam industri pengawetan minuman ringan sampai alkohol dan kosmetik.

Minyak pala secara luas digunakan sebagai bahan penyedap pada produk makanan dengan dosis yang dianjurkan sekitar 0,08%. Minyak ini memiliki kemampuan mematikan serangga (insektisidal), antijamur (fungisidal), dan antibakteri. Sebagai obat, pala berkhasiat sebagai bahan perangsang (stimulan), mengeluarkan angin (karminatif), menciutkan selaput lendir atau pori-pori (astrinjen), dan meng atasi lemah syahwat (afrodisiak).

Pala (Myristica fragrans Houtt) termasuk tumbuhan dari famili Myristicaceae (pala-palaan). Tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi mencapai 18 m itu memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang tahun. Buahnya bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih yang merupakan bahan manisan yang dikenal khas di Bogor. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas mirip cengkih.

Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000 - 3.500 mm tanpa mengalami periode musim kering secara nyata. Tanaman pala umumnya dibudidayakan di Kepulauan Maluku, khususnya Ambon dan Banda. Ditanam dalam skala kecil di kepulauan lainnya sekitar Banda, Manado, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Papua.

Per 100 g daging buah pala yang bisa dimakan kira-kira terkandung air 10 g, protein 7 g, lemak 33 g, minyak yang menguap dengan komponen utama mono terpene hydrocarbons (61 - 88% seperti alpha pinene, beta pinene, sabinene), asam monoterpenes (5 - 15%), aromatik eter (2 - 18% seperti myristicin, elemicin, safrole).

Sedangkan bunga pala dapat digunakan sebagai obat tidur dalam bentuk teh. Setiap 100 g bunga kira-kira mengandung air 16 g, lemak 22 g, minyak yang menguap 10 g, karbohidrat 48 g, fosfor 0,1 g, zat besi 13 mg. Warna merah dari fulinya adalah lycopene yang sama dengan warna merah pada tomat.

BIJI ADAS

Jika tiada pala, bolehlah mencoba biji adas. Tanaman yang yang memiliki nama ilmiah Foeniculum vulgare Miller ini termasuk keluarga Apiaceae (pegagan-pegaganan). Di Jawa dibudidayakan di daerah pegunungan seperti di Tengger yang buahnya dipanen sebagai bahan ramuan dengan kulit pulasari (Alyxia sp.) untuk memperbaiki aroma jamu dan bumbu penyedap masakan.

Adas termasuk tumbuhan perdu tahunan yang tingginya sampai 2 m. Batangnya beruas, berlubang, beralur dengan percabangan monopodial warna hijau keputihan. Daunnya majemuk, menyirip ganda, bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 30 - 50 cm, lebar 15 - 25 cm, panjang pelepah 5 - 7 cm berwarna hijau muda sampai hijau.

Bunganya juga majemuk berbentuk payung, tumbuh di ujung batang, kelopak bentuk tabung, hijau, dan mahkota ada lima berwarna kuning. Buahnya berbentuk lonjong, beralur, panjang 6 - 10 mm, lebar 3 - 4 mm, masih muda hijau setelah tua hijau keabu-abuan.

Buahnya diketahui secara umum sebagai obat perangsang (stimulan), menguatkan lambung, peluruh dahak (ekspektoran), dan mengeluarkan angin (karminatif). Secara resmi telah digunakan pada industri farmasi. Di India daunnya digunakan sebagai obat peluruh kencing (diuretik), jus buahnya dapat memperbaiki penglihatan mata. Dalam pengobatan tradisional Cina, adas digunakan sebagai bahan obat radang lambung, hernia, gangguan pencernaan, luka usus, dan merangsang produksi susu (laktagoga). Di Jerman digunakan dalam pengobatan gangguan kejang akibat asam lambung dan peluruh dahak dalam bentuk sirup obat batuk anak-anak.

Menurut Bernath dkk. dalam journal of Essential Oil Research (1996) menyebutkan, buah adas mengandung minyak yang mudah menguap anetol di atas 70 - 80% pinen, fenchon, limonen, estragol, 14 - 22% protein, dan 12 - 18,5% lemak. Buahnya juga mengandung flavanoid dan stigmasterol sebagai antioksidan, antijamur, antibak ten, antivirus, dan bertindak sebagai penenang pada jaringan saraf yang berhubungan dengan kejiwaan (spasmolitik)

DAUN PENENANG

Di samping adas dan pala, terdapat putri malu yang bisa digunakan sebagai obat tradisional penderita insomnia. Tanaman dari keluarga Fabaceae (kacang-kacangan) ini memiliki sejumlah nama. Orang Jawa menyebutnya pis kucing, di Sunda dikenal sebagai jukud riyud, dan orang Papua memberi nama mat mat. Jenis ini mungkin berasal dari Amerika Selatan, tetapi telah menyebar ke daerah tropis lainnya termasuk Asia Tenggara.

Baik di Indonesia, Malaysia, maupun Thailand digunakan secara tradisional untuk pengobatan insomnia. Di Vietnam daunnya sebagai obat tradisional untuk penenang, sehingga dihargai sebagai obat tidur penderita insomnia. Di India dan Thailand rebusan seluruh bagian tanaman untuk pengobatan penderita kencing berdarah. Di Brunei rebusan akarnya diminum penderita asma dan murus atau mencret. Rebusan yang sama di India digunakan sebagai pengobatan gangguan kencing dan lemah syahwat (afrodisiak).

Englert dkk. dalam Planta Medica menyebutkan, tanaman putri malu mengandung senyawa yang sensitif, yakni momosine, sebuah asam amino hasil biosintetik turunan dari lysine. Senyawa itu bersifat racun bagi beberapa binatang seperti babi, kelinci, dan binatang memamah biak.

Hasil eksperimen dengan menyuntikkan 10% sari daunnya berpengaruh menurunkan tekanan darah pada anjing yang sekaligus sebagai penenang (sedatif), antiradang, tidak melekatnya pembuahan telur pada rahim (anti implantasi), dan antiradang rematik. Hasil tes pada tikus memperlihatkan bertambahnya waktu tidur. Dapat menurunkan kadar gula tikus-tikus dengan kadar gula tinggi (diabetes) setelah memberikan pakan dua jam dan jangka maksimum setelah enam jam menunjukkan gejala normal.

Survei dan riset dari aanbae bahwa kombinasi jus alpukat dan susu sangat manjur buat obat tidur, silahkan mencoba