Monday, December 5, 2011

Mengenai Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis terbukti dapat membunuh lebih banyak manusia dibanding HIV/AIDS. Fakta yang lebih mengejutkan lagi dari data WHO, "Setiap 10 detik akan meninggal seorang penderita DM dengan komplikasinya dan pada saat bersamaan pula, ditemukan 2 orang penderita baru." Data lain yang menunjukkan bahwa lebih dari 80 juta penderita diabetes berada di wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara.

Menurut data WHO, Indonesia berada di urutan keempat terbesar berdasarkan jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2006, diperkirakan diabetesi (sebutan untuk penderita DM) di Indonesia meningkat drastis menjadi 14 juta orang. Tidak heran bahwa DM dinobatkan menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti.

Diabetes tak bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan. Perubahan gaya hidup serta pola makan adalah kunci utama. Jadi, alangkah baiknya mengenal lebih dekat penyakit yang diam-diam dapat mengintai tubuh kita kapan saja.

Kenali Lebih Dekat

George Ebers, seorang ilmuwan di kota Thebes (Mesir), mendeskripsikan suatu penyakit mirip diabetes berdasarkan kertas papyrus kuno yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 1550 SM. Aretaeus dari Cappadocia (81–138 M), Bapak Diabetes, juga dengan jelas memberi gambaran tentang penyakit diabetes. Sekitar abad ke-17, Rollo dan Frank kembali mendeskripsikan penyakit tersebut, "Penyakit kencing banyak dan rasanya manis, yakni Diabetes Mellitus."

Dokter spesialis penyakit dalam, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, mengatakan, "Bila tubuh kekurangan insulin, hati akan memproduksi glukosa ke dalam peredaran darah dan kadar glukosa darah pun akan meningkat jumlahnya." Oleh karena itu, penyakit DM digolongkan penyakit kronis dan sistemis. Dikatakan kronis karena menunjukkan perkembangannya yang lama, makin memberat, dan cenderung berkomplikasi. Sistemis, luasnya penyebaran penyakit itu yang mampu menyerang hampir semua organ tubuh manusia. Oleh sebab itu, kualitas hidup diabetesi akan menurun secara bertahap dan dapat berujung pada kematian. Jadi, tak pelak pula DM banyak dijuluki oleh para ahli sebagai the silent killer.

Dokter Sidartawan berkata, "Gangguan yang menimpa pembuluh darah kecil (mikrovaskular) dan pembuluh darah besar (makrovaskular) sebenarnya hanya sedikit, yaitu gangguan pada pembuluh darah kecil." "Diabetes akan masuk ketika peredaran darah terganggu," ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Gangguan kedua pembuluh tersebut berdampak gangguan ke hampir semua organ tubuh manusia. Gangguan pada mikrovaskular dapat mengganggu fungsi penglihatan, ginjal, syaraf, sampai pada gangguan fungsi seksual. Stroke, jantung koroner, hingga penyakit pembuluh darah tepi merupakan penyakit yang ditimbulkan karena gangguan pada makrovaskular.

Deteksi Gejala Klasik "Tiga serangkai"

Secara umum, gejala klasik DM dapat disegera dikenali, yaitu banyak kencing (polyuria), banyak minum (polydipsia), dan banyak makan (polyphagia). Diabetes digolongkan dalam empat tipe: DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain (disebabkan adanya penyakit atau faktor lain), dan DM gestasional.

DM tipe 1 bisa dialami sejak kanak-kanak atau remaja dan si penderita harus mendapat asupan insulin secara rutin seumur hidup (baik melalui injeksi maupun inhalasi). Dokter Sidartawan mengungkapkan bahwa “Diabetes tipe 2 umumnya diderita orang dewasa dan tidak terkait insulin. Oleh karena itu, dapat disebut pula "diabetes melitus tergantung insulin". Hal ini terjadi pada sekitar 10 persen dari kasus DM."

Menurut Dokter Sidartawan, DM tipe lain, secara langsung dapat berhubungan dengan kelainan genetik fungsi sel beta pankreas atau efektivitas kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, dan kelainan hormonal. Selain itu, DM tipe lain ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi, imunologi, maupun penggunaan obat dan zat kimia.

DM gestasional (DMG) terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, yakni kenaikan kadar glukosa darah dan umumnya, baru diketahui pertama kali pada masa kehamilan. "Jika diabetesi sedang hamil, bukan gestational, tapi kehamilan diabetes," tutur dokter yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia).

Oleh karena itu, Dokter Sidartawan menganjurkan sebaiknya seseorang tetap melakukan pemeriksaan rutin glukosa darah, terlebih lagi bagi mereka yang dekat dengan faktor risiko diabetes. "Kalau usia berkisar 40-an dan merupakan keturunan dari keluarga diabetes, harusnya dicek!" lanjutnya pula.

Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Walaupun berbagai perkembangan IPTEK yang kian maju, langkah preventif pun menjadi solusi terbaik untuk mencegah "intaian" penyakit DM.

"Kita harus melakukan langkah pencegahan, yakni harus diberikan info bahwa diabetes itu penyakit kronis yang penyebab utamanya adalah lifestyle. Dengan mengubah lifestyle, kita bisa cegah, sedangkan yang sudah telanjur menderita bisa segera diatasi," ungkap Dokter Sidartawan.

Hal yang paling disayangkan oleh Dokter Sidartawan adalah sikap diabetesi yang sebagian besar baru datang kepadanya ketika keadaan mereka sudah sampai pada level komplikasi. Jika sudah telanjur masuk level ini, penyandang diabetes harus segera mendapat pencegahan tersier, yakni pencegahan untuk menghindari kecacatan lebih lanjut.

"Diabetes tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan"

Dokter Sidartawan mengungkapkan ada lima kunci utama untuk mengendalikan diabetes, empat sehat lima teratur. Lima kunci tersebut mencakup edukasi, aktivitas fisik, pengaturan pola makan, minum obat, hingga pemantauan gula darah secara berkala. "Kalau kita beraktivitas fisik, kan kita bisa menyeimbangkan antara makan dan kerja. Itu berlaku untuk mencegah diabetes maupun mengobati," tuturnya.

Jika empat sehat lima teratur diterapkan secara berkala, kualitas hidup diabetesi akan naik. Dalam jangka pendek, dampak positifnya adalah dapat mengurangi bahkan menghilangkan keluhan atau gejala DM lalu tercapaiah target untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Dalam jangka panjang, lima point tersebut dapat mencegah dan menghambat terjadinya komplikasi yang semakin membuat biaya pengobatan membumbung tinggi, menguras dompet.

No comments:

Post a Comment