Sunday, June 7, 2009

Tentang Meningitis Meningokokus


Meningitis meningokokus adalah radang selaput otak / sumsum tulang belakang yang terjadi secara akut. Penyakit ini cepat menular, dapat menyebabkan kematian dan bila sembuh dapat meninggalkan gejala sisa akibat kerusakan di otak.
Penyakit ini dikenal juga dengan nama Meningococcal infection, Carebrospinal fever, Meningococcemia

GEJALA DAN TANDA KLINIS
Gejala dan tanda klinis Meningitis meningokokus adalah demam (panas tinggi) yang mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, kaku kuduk, ketahanan yang melemah, kemerahan dikulit yang berupa “petechiae” atau “vesicular” dan pada stadium lanjut kesadaran menurun sampai koma
serta terjadi perdarahan “echymosis” (Benenson, 1987).

AGEN PENYEBAB
Penyebab penyakit adalah bakteri Neisseriae meningitidis (N.meningitidis) disebut juga Meningokokus Neisseriae adalah sekelompok kokus gram negatif.
Ciri khas organisma ini adalah diplokokus gram negatif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Meningokokus ini dapat dikiasifikasikan dalam beberapa group yaitu A, B, C, D, I, H, K, L, X, Y, Z, W-135 dan 29 E. Group Asering sebagai penyebab wabah, sedangkan dalam keadaan endemis umumnya group B dan C. Kuman ini dapat dimatikan cepat dengan pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah dan desinfektan, tetapi tahan pada pembekuan (udara dingin).

RESERVOIR
Manusia adalah satu-satunya tuan rumah (reservoir) alami bagi Neisseriae meningitidis patogen (Benenson 1987, Anjaparidze 1996).

PENYEBARAN INFEKSI
Meningokokus umumnya ditularkan melalui sekret respirasi, hidung dan tenggorokan (droplet infection). Hampir semua infeksi didapat dari “carrier” yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan kasusnya. “Carrier” N.meningitidis adalah orang yang mengidap kuman tersebut tanpa adanya gejala klinis. Kuman tersebut bersarang dalam nasofaring beberapa bulan lamanya.
Ratio kasus dengan “carrier” didaerah endemis adalah 1 : 10.000, sedangkan didaerah epidemi 1 :100. Diperkirakan dengan “carrier rate” 20% dari suatu populasi dapat merupakan ancaman untuk terjadinya “out break”, tetapi perkiraan ini tidak banyak dianut lagi karena “out break” dapat terjadi pada “carrier rate” rendah sedangkan “out break” lebih ditentukan oleh sifat virulensikumannya (WHO 1995).
Penularan pada umumnya melatui kontak Iangsung (erat) dengan kasus atau “Carrier” nya. Pada jarak lebih dan 100 cm diduga dapat menghindari penularan meningokokus (Goldsneider et al, 1969).
Penularan penyakit masih dapat berlangsung terus hingga 24 jam setelah
pengobatan (Benenson 1987).

PATOGENESIS
Kuman N. meningitidis masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran nafas bagian atas. Umumnya wabah Meningitis meningokokusterjadi pada musim panas yang panjang dan kering. Perbedaan suhu tubuh dan udara dilingkungannya serta pengaruh udara yang kering dapat menyebabkan kerusakan sel (lesi epithel mukosa) karena terjadinya denaturalisasi pencairan
selaput lemak sel sehingga terjadi kerusakan mitochandria yang akan mengakibatkan terjadinya metabolik asidosis dan hypoxia cellulair. Kondisi ini akan mempermudah masuknya bakteri kedaiam tubuh yang kemudian akan berkembang biak di selaput nasofaring.
Orang yang terpajan N. meningitis dapat berkembang menjadi dua
kemungkinan yaitu:

Orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sakit, walaupun kumannya bersarang didalam nasofaring, orang tersebut sebagai ‘carrier’.

Orang yang terinfeksi menjadi penderita Meningitis meningokokus. Kuman N. mengitidis akan masuk kedalam tubuh kemudian menyebar lewat aliran darah yang dapat mengakibatkan lesi metastatik pada berbagai tempat dibadan misalnya kulit, meningen, persendian, mata dan paru-paru.
Manifestasi klinik yang tampak akan bergantung kepada seberapa jauh lokalisasi metastasenya.

Kelainan Pasca Meningitis
Penderita Meningitis meningokokus yang sudah diobati dapat ditemukan gejala sisa (squale), berupa hydrocefalus, tuli, buta dan para paresis (Benenson 1987, Jannis 1995).

MASA INKUBASI
Masa inkubasi bervariasi antara 2 - 10 hari, umumnya 3 - 4 hari

DIAGNOSA KERJA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesa
-Demam mendadak
-Sakit kepala
-Mual dan muntah
-Anorexia
-Kejang
-Sakit pada sendi.

2. Gejala dan Tanda
a. Rangsangan meningeal
- Kaku kuduk
- Tanda kernig
- Tanda Brudzinski

b. Kemerahan dikulit rash,petechiae, vesicular, echymosis
c. Kesadaran menurun, dellirium kemudian shock.
3. Laboratorium
a. Terhadap penderita dilakukan
a1. Pemeriksaan darah
-Darah tepi
* lekositosis/kadang-kadang leukopenia
* Trombosit normal atau menurun
-Kultur
-Pemeriksaan serum secara Eliza dan Bactericidal anti body test.
a.2 Pemeriksaan liquor carebro spinalis (LCS)
-Warna dan kekeruhan (dapat tak berwarna, jernih, dapat keruh).
-Tekanan dengan manometer, biasa 20 cm HG.
-Kuantitative protein dengan Nonne dan Pandy : + (keruh,penggumpalan).
-Pemeriksaan kualitatif : Cel (PMN & MN)
-Preparat dibanding langsung dengan pewarna : Gram dan BTA.
-Kultur
* Diplokokus Gram (-)
* Oxidase (+)
* Fermentasi glucose dan maltose, tetapi tidak pada lactose.
b. Terhadap orang kontak : dilakukan pengambilan usap nasofaring, kemudian diperiksa secara makroskopis dan kultur.

DIAGNOSA BANDING
1. Perdarahan sub arachnoid
2. Abses retrofaring
3. Demam typhoid
4. Encephalitis
5. Tatanus
6. Sengatan panas
7. Pneumonia
8. Psikosis

KERENTANAN DAN KEKEBALAN
Kerentanan untuk menimbulkan gejala klinik adalah rendah, tetapi untuk menjadi “carrier” sangat besar, kekebalan sementara dapat terjadi setelah serangan sub klinik.

Kekebalan terhadap Meningitis meningokokus serogroup A dan C dapat diperoleh dengan imunisasi. Vaksin yang diberikan adalah Mencevak AC berupa bubuk kering polisacharida murni yang diambil dari bahan N. meningitidis group AC.

Vaksin disimpan dalam kemasan botol (flacon) 5 ml disertai pelarutnya 5 ml. Vaksin ini stabil dalam suhu penyimpanan 2 s.d 8 derajad Celcius. Dosis penyuntikan 0,5 cc yang diberikan sub cutan.
Effek samping tidak ada, atau sangat ringan hariya berupa rash.

Pembentukan antibody dalam tubuh 10 s.d 14 hari setelah vaksinasi. Efekasi vaksin 95% dengan kekebalan ditubuh selama 2 s.d 3 tahun. Vaksin ini tidak boleh diberikan (kontra indikasi) pada wanita hamil.

(Diadaptasi dari PEDOMAN PENANGGULANGAN KLB MENINGITIS MENINGOKOKUS DI INDONESIA EDISI III, DEPARTEMEN KESEHATAN RI)
Semoga Bermanfaat

No comments:

Post a Comment