Tuesday, May 19, 2009

Hati-hati Kosmetik Palsu

Beberapa minggu terakhir kita menyaksikan bagaimana media elektronik kita secara kontinyu menayangkan informasi tentang beredarnya barang palsu. Bukan hanya uang pecahan ratusan ribu. Melainkan produk kosmetik “abal“ atau palsu. Saya cukup tertegun ketika menyaksikan tayangan tersebut. Bagaimana seseorang tega-teganya melakukan tindak pemalsuan yang tentu saja sangat merugikan.

Coba bayangkan bagaimana rasanya ketika wajah kita memakai produk pembersih muka yang terbuat dari campuran alkohol, air serta pewangi tanpa memberikan atrak kesegaran tertentu. Dan apakah yang akan terjadi ketika wajah kita memakai krim pemutih palsu yang secara gegabah dibuat dari salah satunya adalah KOH atau lebih terkenal dengan soda api. Dalam dunia perbengkelan, larutan soda api biasanya digunakan untuk mengelupaskan atau mengikis cat mobil. Dan larutan itu, sekali lagi mampir di wajah kita.

Ketika diinvestigasi, orang yang melakukan pemalsuan tersebut mengatakan bahwa produk “abal” biasanya dijual separuh harga produk asli. Makanya banyak penjual juga melirik produk itu. Sebut saja produk kosmetik; penyegar muka cair, susu pembersih muka, krim pemutih, vitamin kulit, lotion tubu, cat kuku, sabun wajah dan sebagainya.

Pemalsuan dua produk kosmetik di atas terlihat canggih. Tidak hanya bungkus, tetapi dari plastik segel dan lain sebagainya terlihat mirip dengan asli. Sampai botol-botol kecil, baik plastik maupun kaca telah mereka persiapkan sedemikian rupa. Meskipun kalau kita jeli, tetap akan terlihat beda antara yang asli dengan yang “abal”. Contohnya kosmetik, pada produk “abal” tidak tertulis nomor registerasinya. Pun kalau ada nomor tersebut sudah hampir hilang karena proses pembersihan botol. Maka, seringkali kemasan kosmetik palsu terlihat kurang sempurna.

Dari segi higienitas, keadaan ruang produksi saja tidak mencukupi. Karung-karung tersimpan dalam suhu yang rendah sehingga memungkinkan tercemarnya jamur atau bakteri patogen. Sedangkan mesin-mesin produksi terlihat kotor, juga memungkinkan tercemarnya bakteri. Penerangan hanya mengandalkan dari cahaya beberapa lampu TL. Dari luar, nampak rumah tersebut sebagaimana layaknya. Tidak terlihat bahwa di dalamnya terdapat dua bungker bawah tanah sebagai pabrik jamu oplosan.

Dan sayangnya, para pemalsu yang terjaring operasi hanya dihukum ringan. Misal saja, pemalsu jamu di atas dihukum penjara selama empat tahun dan dengan denda 10 juta rupiah. Di lain sisi, saya membaca bahwa BPOM dan aparat kepolisian masih kurang dalam mensosialisasikan adanya kosmetik, obat dan jamu palsu ke masyarakat. YLKI sebagai yayasan perlindungan konsumen juga masih kurang memberikan informasi tentang beredarnya banyak barang palsu.

Akhirnya, masyarakat resah. Dalam keresahan itu ironisnya ia tidak memiliki pegangan yang kuat terkait dengan ciri-ciri dan kemungkinan wilayah sebaran barang palsu. Harusnya sesekali BPOM atau YLKI mengeluarkan iklan layanan masyarakat di media cetak maupun elektronik agar informasi di atas tersebar secara luas.

Hemat saya, masyarakat luas jangan tergiur dengan produk dengan harga murah atau lebih murah. Coba dengan teliti periksa kemasan, nomor register dan lain sebagainya. Dan sayangnya juga kebanyakan yang mengkonsumsi barang palsu merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah yang akses pengetahuan serta finansialnya minim.

Ada 3 jenis kosmetik palsu yang selama ini beredar di masyarakat.

1. Krim pemutih wajah
Ada 2 ibu yang mukanya jadi rusak (kulitnya menghitam) gara2 krim pemutih wajah palsu yang mereka beli di pasar tradisional. Model krim pemutihnya itu yg kemasannya seperti Tull Jye atau Tje Fuk. Pemalsu obat ini menggunakan bahan2 kimia yang dapat diperoleh di toko kimia dan mereka mencampur2 bahan tersebut sehingga menjadi 2 macam krim yg diakui sebagai krim pemutih wajah. Krim2 tersebut dikemas dalam tempat2 kecil dan diberi label "Natural 99" lengkap dengan no registrasi POM di bawahnya (yg mana nomor itu tidak pernah ada). Ada 2 macam krim, krim pagi dan krim malam. Yang satu warnanya putih, satunya lagi warna kuning. Krim2 palsu ini dijual ke toko2 kosmetik di pasar tradisional dengan harga Rp. 25.000/lusin !


2. Pembersih muka & body lotion
- Viva Face Tonic
- Citra Green Tea Body Lotion
- Citra Mangir Body Lotion

Sindikat pemalsu ini mengumpulkan botol2 kemasan bekas yang dicuci kembali lalu diisi dengan cairan kimia yang berbahaya. Parahnya nih, menurut pengakuan si pemalsu mereka juga bekerja sama dengan sales dari pabrik kosmetik yang mereka palsukan, untuk mendapatkan formula yang mirip dengan kosmetik asli. Di sini dikasi liat perbedaan antara face tonic yang asli dan yang palsu. Di dalam panci dinyalakan api dan face tonic yang asli dituang ke dalam panci itu, hasilnya nyala api kecil. Ketika face tonic yang palsu dituang ke dalam panci, nyala apinya besar sekali ! Si pemalsu ini meniru persis formula kosmetik yang mereka palsukan, sampai2 mereka punya plastic seal untuk menyegel tutup botol.

Poin no 1 & 2, bahan2 yg mereka gunakan salah satunya adalah soda api atau caustic soda yang biasa digunakan untuk mengelotokkan cat mobil !

3. Kuteks
Ternyata kuteks ada yg dipalsuin juga ! Modus operandinya, pemalsu membeli botol2 kuteks bekas dari pemulung, dibersihkan kemudian diisi dengan cairan kuteks palsu yang terbuat dari terpentin, metanol dan cat tembok ! Untuk beberapa botol kuteks bekas yang masih ada sisanya sedikit mereka tambahkan dengan vernis supaya jadi cair lagi dan jumlahnya banyak. Dari beberapa merk yang mereka palsukan, mereka pilih merk yang labelnya bisa dilepas karena bisa mereka ganti dengan label yang baru. Perbedaan kuteks palsu dan asli, kuteks yang palsu itu kalau dipakai di kuku terasa dingin, trus warnanya juga beda dari warna asli. Kemudian dari kemasannya, kalau botol kuteks Revlon kan di tutupnya ada 3 garis warna emas, nah yang palsu itu warna emasnya udah pudar. Trus di tutup botol kuteks Revlon kan ada keterangan nomor dan nama warna kuteks, nah kalau yang palsu ngga ada karena udah mereka copot.
Apa sih ciri-ciri kosmetik palsu ?
Ciri-ciri kosmetik palsu sulit dikenali sehingga pihaknya sulit menemukan produk tersebut dalam kegiatan pengawasan produk kosmetik yang setiap tahun rutin dilakukan.

Sebenarnya pada produk asli terdapat nomor registrasi produk dengan kode CD plus angka sepuluh digit untuk produk dalam negeri serta CL plus angka sepuluh digit untuk produk luar negeri. Tapi kode itupun sering ditiru sehingga hampir tidak ada tanda khas yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi. Kalau yang asli ada nomor registasi produk jadi hati-hati saat membeli alat kosmetik.

Kepada para pemalsu, saya masih heran mengapa kalian tega mencelakai sesama manusia? Apa lantaran hari ini tata kehidupan kita sudah begitu bar-bar, sehingga kalian berpikir yang kuatlah yang menang, tentunya dengan berbagai cara.

No comments:

Post a Comment