Tuesday, May 12, 2009

Pandemi atau Tidak, Waspadai Flu Babi

INILAH.COM, London - Jumlah kasus Influenza A (H1N1) atau yang lebih dikenal sebagai flu babi terus melonjak. Dunia pun terbagi dalam memandang virus yang pertama kali ditemukan di Meksiko itu. Bahkan, sekelompok ilmuwan percaya flu A akan menjadi pandemi global.
Periset dari MRC Centre for Outbreak Analysis and Modelling di Imperial College London, Inggris, dalam riset terbaru mereka menyimpulkan bahwa wabah flu A ini menunjukkan tahap awal terjadinya pandemi. Dalam riset itu, MRC berkolaborasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah otoritas kesehatan di Meksiko.

Menurut estimasi periset, berdasarkan kasus yang terjadi di Meksiko, tingkat kefatalan kasus flu A mencapai empat dari seribu kasus. Artinya, rangkaian virus yang menyerang kali ini sama mematikannya seperti pandemi flu pada 1957. Meski demikian, para ahli mengatakan tak perlu panik dengan fakta bahwa dunia medis lebih maju saat ini dibandingkan 1957.
“Hasil studi ini menunjukkan penyebaran virus sama seperti tahap awal sebuah pandemi flu. Sejauh ini hampir mirip dengan pandemi 1957 dalam hal proporsional orang yang terinfeksi dan prosentase kasus fatal,” ujar seorang periset MRC, Profesor Neil Ferguson.

Para ahli memperkirakan kasus H1N1 pertama kali terjadi di Meksiko pada 15 Februari 2009. Pada akhir April, para ahli memprediksikan virus ini akan menjangkiti minimal 6 ribu orang dan maksimal 23 ribu penduduk. Jumlah kematian positif dan dugaan flu A sudah lebih dari 100 kasus.

Prediksi itu benar-benar terjadi. Hingga kini virus itu sudah menginfeksi lebih dari 3.000 orang di Meksiko. Sementara angka kematiannya mencapai lebih dari 150 orang baik yang positif H1N1 maupun dugaan.
Rasio kematian (CFR) akibat flu A diduga berada di kisaran 0,4% (4 kematian dari 1.000 kasus). Ada juga kalangan ahli lain yang masih memproyeksikan CFR pada level 0,3-1,5%.
Untuk setiap orang yang terinfeksi, ada kemungkinan terkena kasus kedua dengan rasio 1,2-1,6 kali. Rasio itu cukup tinggi dibandingkan flu musiman biasa yang menginfeksi 10-15% populasi dunia. Meski demikian, jumlah itu masih lebih rendah pada skala pandemi flu yang menginfeksi 20-30% populasi.

Dalam penyebaran virus H1N1 yang terjadi di tempat asalnya, desa terpencil La Gloria di Meksiko, risiko bagi anak-anak dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
Sebanyak 61% anak-anak di bawah 15 tahun terjangkiti flu A dan orang dewasa di atas 15 tahun hanya 29%. Hal ini disebabkan karena anak-anak lebih rentan atau karena mereka berinteraksi jauh lebih banyak ketimbang orang dewasa, misalnya di sekolah.

“Apa yang kita saksikan ini tak sama dengan flu musiman biasa dan masih ada kekhawatiran mengenai flu ini. Jika benar, maka pandemi akan melukai sistem kesehatan kita. Meski demikian, H1N1 tidak bertransmisi dengan mudah seperti pandemi 1918,” lanjut Ferguson.
Pandemi flu Spanyol (H1N1) pada 1918 menewaskan sekitar 50-100 juta penduduk dunia karena belum adanya sistem medis yang memadai. Tidak ada catatan yang bisa memastikan kawasan asal virus itu.

Sementara pandemi flu Asia (H2N2) yang terjadi pada 1957 berasal dari bebek liar yang pertama kali terjadi di China. Diperkirakan 1-4 juta penduduk dunia tewas saat itu.
Untuk kasus virus H1N1 Meksiko ini, WHO masih menetapkan status kewaspadaan di level 5 atau satu tingkat di bawah pandemi.

Beberapa negara, seperti ASEAN+3, berpendapat status itu terlalu berlebihan karena berdampak buruk bagi suatu negara. Misalnya Meksiko yang langsung mengalami defisit anggaran, mereka terpukul secara ekonomi dan politik.

“Meski demikian, kami memahami WHO mewaspadai gelombang kedua virus ini,” ujar Menkes Siti Fadillah Supari saat memberikan keterangan pers akhir pekan lalu. Kemungkinan terjadinya pandemi selalu ada, namun ada pula kemungkinan hal itu tak akan terjadi. Meski demikian, tak ada salahnya menerapkan gaya hidup sehat sebagai perlindungan diri.

Semoga Bermanfaat

No comments:

Post a Comment