Wednesday, July 8, 2009

MASALAH KHITAN YANG PALING SERING DIHADAPI DAN SOLUSINYA

Oleh : dr. Abu Hana

bedah

Secara umum masalah yang berhubungan dengan khitan dan menjadi penyulit adalah sebagai berikut :

1. Hematom (Jendalan Darah) pada khitan.

Pecahnya pembuluh darah akibat penusukan jarum suntik saat anestesi dapat menyebabkan dimana bocoran darah yang mengumpul dan membentuk benjolan yang disebut hematom. Besarnya bergantung dari banyaknya darah yang keluar dari pembuluh darah. Pada pembuluh darah kecil biasanya hematom tidak membesar karena platelet plug sudah cukup untuk menghentikannya. Maka hendaknya kita evaluasi untuk beberapa saat, apakah hematomnya terus membesar atau tidak.

Jika terus membesar maka kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah tersebut dan segera menanganinya dengan cara diikat dengan benang atau dengan metode cauter dan yang lainnya. Sedangkan bekuan darah yang terkumpul tadi segera kita bersihkan atau kita buang. Tindakan diatas dapat diabaikan jika hematomnya tidak membesar.

2. Oedem (Bengkak)

Biasanya oedem saat khitan diakibatkan cairan anestesi yang tidak terserap, cairan ini terkumpul didalam jaringan ikat mukosa dan sub mukosa. Ini dapat mempersulit saat penjahitan luka. Jika odem dirasa sangat mengganggu sabaiknya dibuang atau dikurangi dengan cara mengguntingnya. Meskipun jika kita abaikan pada akhirnya cairan tersebut secara fisiologis akan terserap (di-absorbsi) dengan sendirinya, namun membutuhkan waktu absorbsi yang bervariasi sampai mencapai 24 jam.

3. Glans Penis Tersayat , Tertusuk atau Terpotong.

Penyulit yang satu ini sebenarnya jarang sekali terjadi, dan hal tersebut tentunya sangat erat kaitannya dengan ketelitian, kecerobohan atau profesionalisme pelakunya. Jika ini terjadi pendarahan pada glans penis umumnya aliran darah sangat deras terutama saat ereksi. Tindakan pertolongan pertama adalah menekan pendarahan dengan kasa beberapa saat dan kemudian diulangi lagi sampai berhenti perdarahannya. Jika diperlukan lakukan pengikatan (ligasi) pembuluh darah yang terpotong.

Dalam kondisi tertentu dapat diberikan adrenalin pada kasa tersebut (dikompres), namun harus diperhatikan denyut nadi penderita, jika terjadi takikardi segera hentikan kompres adrenalin. Dapat pula diberikan injeksi transtamin atau karbazokhrom semisal Adona. Jika anda mahir mempergunakan kauter, maka lepaslah dengan cepat tekanan kasa dan sentuhkan dengan cepat ( jangan ditekan) ujung kauter pada pembuluh darah yang tampak terpotong atau bocor. Pemakaian inipun harus berhati-hati dan butuh pengalaman agar tidak menimbulkan luka bakar.

Perhatian!! Jika luka sangat parah dan anda ragu untuk dapat menanganinya dengan baik, segera dilarikan ke rumah sakit atu dokter ahli bedah.

4. Glans Penis Terbakar Elektrocauter

Kejadian ini umumnya disebabkan oleh khitan dengan mentode kauter “laser”. Hal tersebut terjadi akibat ujung kawat/elemen yang terlalu panas atau penekanan yang terlalu lama ketika memotong/menghentikan pendarahan. Jika luka bakar yang terjadi tidak serius maka lakukan penanganan sebagaimana manajemen luka bakar secara umum, misalnya dengan mengoleskan bioplasenton secara rutin pada bekas luka. Adapun jika luka bakar tersebut cukup luas dan parah maka segera rujuk ke Rumah Sakit.

5. Syok anafilaktik, syok neurogenik.

Kejadian inipun sebenarnya sangat jarang terjadi dan bersifat individual. Syok neurogenik, disebabkan kegagalan resistensi arteri sehingga darah tertimbun pada pembuluh darah yang berdilatasi akibat perangsangan saraf atau psikis (psikologis), seperti akibat nyeri yang hebat, reaksi ketakutan yang amat sangat maupun trauma spinal.

Syok neurogenik dapat dikenali tanda-tandanya atau gejalanya diantaranya: pucat, keringat dingin, lemas, badan terasa melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut penderita dapat pingsan diikuti hipotensi dan bradikardi. Selain yang diakibatkan anastesi spinal atau trauma spinal, syok neurogenik dapat sembuh spontan, hal penting yang perlu dilakukan adalah dengan meletakkan kepala penderita lebih rendah dari kaki agar suplai darah dan oksigen ke jaringan otak meningkat. Jika penderita masih pingsan perlu dicari penyebab yang lain.

Syok anafilaktik, diakibatkan reaksi alergi tipe cepat (tipe1), terjadinya segera atau beberapa saat setelah masuknya bahan allergen (penyebab alergi), misalnya obat tertentu atau pasien menunjukkan tanda-tanda syok. Reaksi ini sifatnya individual dimana hanya pada pasien tertentu saja yang memang alergi terhadap bahan tersebut dan sifatnya sulit diduga. Kebanyakan terjadi akibat pemberian suntikan antibiotik jenis tertentu dan serum seperti ATS.

Jika pasien mengalami hal ini penatalaksanaan perawatannya sebagai berikut :

a) Letakkan pasien dalam posisi terlentang.

b) Suntikkan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4ml (im), sebaiknya pada otot deltoid (lengan atas) atau subcutan (sc) dan segera di massage, ulangi pemberian 0,3-0,4ml adrenalin tiap 5-20 menit sampai tekanan sistolik mencapai 90-100 mmHg dan denyut jantung/nadi tidak melebihi 120x/menit.

c) [ Suntikan antihistamin difenhidramin 10-20mg.][Kortiko steroid-hidrokortison 100-250mg (iv) perlahan lahan atau deksamethason 8-20mg(iv) >> 1ml mengandung 5mg deksamethason)] [ Aminophilin 200-500mg (iv) perlahan-lahan bila ada spasme bronchial. >>1ml mengandung 24mg aminophilin ].

d) Berikan oksigen murni jika tersedia.

e) Bila nafas berhenti segera beri nafas buatan, bila disertai berhenti detak jantung segera berikan tindakan pijatan jantung ( penekanan pertengahan sternum).

f) Bersama dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatan dan kompresi jantung, pemasangan infuse dengan cairan apa saja,kalau ada dapat dengan kristoloid (NaCl dan Ringer Laktat) dengan tetesan secepat mungkin (deras).

g) Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.

5. Pendarahan Paska Khitan.

Pendarahan ini dapat terjadi beberapa saat setelah operasi selesai atau anak sudah berada dirumah atau beberapa jam kemudian. Hal ini diakibatkan oleh ikatan jahitan/ ligasi yang lepas, akibat kurang sempurnanya ikatan atau anak hiperaktif dan terlalu banyak beraktifitas. Dapat pula diakibatkan ketidaktelitian operator dalam mencari dan menghentikan pendarahan.

Pendarahan banyak terjadi pada anastesi lokal yang mengandung adrenalin, karena pada saat efek vasokonstriktor bekerja pembuluh darah kecil berkontraksi sehingga tidak tampak adanya pendarahan, namun setelah efeknya habis akan muncul pendarahan. Faktor anemia dan gizi buruk juga ikut andil dalam kasus ini.

Jika terjadi pendarahan cukup besar, tindakan yang paling aman adalah jahitan dibuka kembali dan dicari sumber pendarahannya, kemudian diligasi (diikat) setelah dianastesi ulang terlebih dahulu. Namun jika pendarahan hanya merembes artinya tidak deras, dapat dikompres dengan kasa yang telah dibasahi adrenalin. Dapat dipertimbangkan juga pemberian karbozokrom salisilat (adona, adrome).

Sumber: dari sini

No comments:

Post a Comment