Wednesday, June 11, 2008

Nyeri Sendi Kini Tak Hanya Dimonopoli Kaum Tua

Nyeri sendi kerap dipersepsikan banyak orang sebagai penyaki akibat proses penuaan. Tapi, kini anggapan itu tidak sepenuhnya benar, karena banyak orang dengan usia muda juga mengalami nyeri sendiri. Penyakit jenis ini memang tidak berbahaya, namun bila dibiarkan berlarut-larut akan menurunkan produktivitas kerja seseorang.

Ahli bedah ortopedi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta Barat Henry Suhendra menjelaskan, perubahan fungsi atau letak pada sendi merupakan penyebab utama nyeri sendi yang kini juga dialami oleh mereka yang masih berusia muda.

"Perubahan tersebut disebabkan akibat beban tubuh yang berlebihan (obesitas) di suatu area persendian, semisal lutut. Ukuran kaki yang tidak sama atau pernah mengalami patah tulang, juga dapat menyebababkan pergeseran letak lutut," ujar Henry di sela seminar dengan topik Living with Pain-Free Joints di Gedung Pertemuan SHKJ, akhir pekan lalu.
Henry menambahkan, olah raga juga akan membuat beberapa sendi menjadi tidak stabil. Akibat latihan rutin yang mengharuskan olahragawan atau atlet melakukan gerakan dengan intensitas tinggi, bahkan cenderung berlebihan, secara berangsur dapat menggeserkan sendi, khususnya pada bagian kaki, seperti paha, lutut dan pergelangan kaki.

"Selain itu, faktor keturunan bisa menjadi penyebab terjadinya penipisan lapisan sendi yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Seseorang yang memiliki orangtua sering mengalami nyeri sendi, berpotensi lebih besar daripada orang yang tidak memiliki catatan perusakan sendi di keluarganya," kata Henry.

Berdasarkan pengamatan Henry, banyak kasus nyeri sendi yang dialami oleh orang muda, karena mengalami pengapuran dini. Kelainan sendi tersebut disebabkan terjadinya kerusakan pada ligamen (lapisan terluar tulang), sehingga menyebarkan gesekan antar tulang.

"Selama ini, pengapuran sendi dipercaya kerap dialami oleh para orang tua, yang berpusat pada tulang belakang, lutut, tangan, dan kaki, serta otot sekitar sendi," kata dia.

Namun, pengapuran juga dapat terjadi pada orang muda karena dipicu oleh kebiasaan buruk yang kerap menderikan sendi. Sendi yang dibiasakan berbunyi dengan sudut kelenturan yang berlebihan, akan menipiskan ligamen sendi. Bahkan hal tersebut dapat mengakibatkan bergesernya tulang.

Membiasakan diri dengan mempercayakan berobat ke tukang urut atau dukun patah tulang, imbuh Henry, juga dapat merubah fungsi dan keberadaan sendi. Praktik pengobatan tanpa menggunakan CT-Scan yang dilakukan, kerap malah membuat persendian bergeser akibat pemijatan yang yang salah.

Henry mengakui, lebih dari 50% pasiennya adalah mantan pasien dari pelaku pijat urut tradisional. Ketika si pasien sudah dalam penanganannya, keadaanya pun sudah cukup memprihatinkan. Selain banyak tulang yang sudah mencong, segala macam urat juga banyak yang sudah tidak pada posisi yang semestinya.

Selain mengonsumsi asupan yang baik untuk penguatan tulang, baik Henry maupun Haidir menekankan akan pentingnya olah raga sebagai kunci utama untuk mengurangi rasa nyeri di persendian. Sedangkan untuk yang berusia muda, sebisa mungkin menjaga berat badan agar lutut tidak terlalu terbebani sejak usia dini.

Sementara itu, dokter spesialis tulang dan otot Siloam Hospial Kebon Jeruk Haidir Sulaeman menjelaskan, nyeri sendi sifatnya tidak simetris, artinya hanya dialami pada bagian tubuh sebelah kiri atau kanan saja. Sendi yang sering terserang adalah jempol kaki, pergelangan kaki, siku dan pergelangan tangan, bahu, pinggang dan pinggul.

Nyeri biasanya dialami pada malam hari atau pada saat bangun pagi. Rasa nyeri akan semakin bertambah, bila sendi di gerakan. Pada keadaan akut (parah), rasa nyeri akan datang tiba-tiba, bengkak, kemerahan dan terasa hangat. Bila berkembang menjadi kronis, tumpukan asam urat akan membentuk benjolan, baik pada sendi yang terkena maupun pada tempat lain, seperti pada daun telinga, permukaan tulang lengan bawah dan pada jaringan lunak lainnya.

sumber : www.solusisehat.net"

No comments:

Post a Comment